Minggu yang ‘hectic’

Day-1
Cuaca cerah. Beberapa hal harus Sulvi dipersiapkan sebelum berangkat ke Makassar. Pun menyempatkan mengunjungi dokter gigi di RS.Premier dan mengingatkan adiknya Adhy tentang keberangkan malam itu.

21.00 setelah janjian bertemu di lampu merah perdatam poros pasar minggu, Sulvi dan Adhy pun berangkat ke Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng Jakarta dengan Damri.

Day-2
00.45 Menunggu cukup lama di Lounge Garuda, akhirnya panggilan untuk memasuki pesawat pun terdengar. Mereka pun bergegas ke gate 4 seperti arahan pengeras suara yang terdengar.

Setelah semua penumpang duduk di tempat masing-masing dan para pramugari mulai memperagakan Safety Induction, perlahan pesawat bergerak meninggalkan bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Makassar. Dua jam perjalanan pun menjadi tidak terasa karena mereka berdua tidur sepanjang perjalanan.

04.05 Pesawat Garuda yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di bandara Hasanuddin, Maros Makassar. Masih terkantuk-kantuk, mereka turun dari pesawat dan mengambil bagasi.

Rupanya terjadi kesalahan komunikasi sehingga begitu mereka keluar dari ruang pengambilan bagasi, tidak ada jemputan. Sulvi mulai panik dan menelpon iparnya, Anti. Ternyata memang bekerja dengan persepsi itu selalu menjadi kendala.

Dalam perjalanan dari Perdatam ke bandara, Adhy menerima pesan singkat dari Edhy tentang rencana penjemputan di bandara Hasanuddin Maros, Makassar. Adhy menyampaikan kepada Edhy, sopir yang akan menjemput bahwa mereka akan tiba dari Jakarta pukul stengah empat. Edhy minta Adhy untuk menyampaikan ke Budi tentang jam penjemputan dan menunggu perintah. Namun disampaikan melalui bahasa sms galau yang alay dengan segala bentuk singkatan.

Karena Adhy merasa bahwa Edhylah yang bertanya jam berapa penjemputan maka Adhy berasumsi bahwa sudah ada perintah dari kakaknya Budi kepada Edhy untuk menjemput. Sehingga Adhy tidak lagi menghubungi kakaknya seperti permintan Edhy, disamping dia juga bingung membaca isi pesan Edhy yang alay.

Ketika Edhy melapor kepada Budi bahwa pesawat pukul setengah empat subuh, maka Anti, istri Budi berasumsi bahwa Sulvi dan Adhy baru berangkat stengah empat dari Jakarta dan tiba sekitar pukul tujuh pagi.

Jadilah, tidak ada penjemputan pukul stengah empat subuh. Adhy dan Sulvi akhirnya nongkrong lagi di salah satu warung kopi bandara menunggu hingga Edhy tiba menjemput.

06.15 Edhy tiba dengan terkekeh dan minta maaf atas kesalahan informasi ini. Dan mereka melanjutkan perjalanan ke rumah Budi di Pangkep.

13.00 Adhy masih tidur dan sengaja tidak dibangunkan karena akan menyetir mobil perjalanan panjang ke Sor. Sulvi bersama iparnya Anti serta dua kemenakannya Alifia dan Reza berangkat menuju Makassar. Mereka menghadiri undangan pernikahan di rumah Andi Camme, di perumahan RS.Faisal.

Lama bercerita akhirnya mereka pamit karena Sulvi harus bertemu temannya, Andriani, di Pizza Hut Pettarani, Makassar.

Pertemuan Sulvi dengan Andriani tidak terlalu lama karena harus kembali ke Pangkep dan melanjutkan perjalanan menuju Sorowako.

00.30 Sulvi dan Adhy berangkat ke Sorowako.

Day-3
06.30 Adhy berhenti di sebuah mesjid di Bua. Sulvi menyempatkan berganti pakaian karena hendak singgah di Bank BCA Palopo. Sudah cukup lama dan akhirnya urusan dengan Bank BCA pun dapat terselesaikan sebelum mereka melanjutkan kembali perjalanan ke Sorowako.

Sempat beberapa kali mereka singgah untuk sarapan, membeli semangka dan membeli mangga dalam perjalanannya. Sungguh menyenangkan kembali ke kampung halaman ketika musim buah tiba. Hingga mereka pun tiba dengan selamat di Sorowako.

Day-4
Persiapan dan menerima tamulah yang menjadi tugas Sulvi di rumah. Ruang tamu sudah diubah menjadi lamin pengantin. Para kerabat mulai berdatangan.

Mendapat surprise sahabat dari Ambon memberi kabar bahwa dia dalam pesawat menuju Makassar pagi itu, sempat membuat Sulvi terpana tak percaya. Namun telpon Loraine yang jauh dari jangkauan meyakinkan Sulvi bahwa sohibnya itu sudah ada di pesawat dan dalam perjalanan melintasi laut Banda.

Begitu En, panggilan sohibnya menelpon dan mengabari ketibaannya di bandar udara Hasanuddin, Maros Makassar, Sulvi hanya dapat memberikan instruksi kepada sahabatnya untuk ke terminal Daya dan naik bus jurusan Sorowako.

Sekali lagi Sulvi mendapat telpon dari En hari itu memberi kabar bahwa dia telah duduk manis di Bus Megamas menuju Sorowako.

Day-5
06.00 Hinggar bingar dentuman suara musik dari lapangan Campsite terdengar kencang. Bahkan elekton yang dipasang di rumah Sulvi pun menjadi mubazur karena tidak jadi digunakan. Lebih kencang suara musik di lapangan untuk persiapan pengukuhan pengurus organisasi jantung sehat kecamatan Nuha oleh puteri Bupati Luwu Timur yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif DPR RI dari partai Golkar.

08.45 En menelpon Sulvi mengabari bahwa dirinya sudah tiba di Sorowako dan menunggu di terminal. Sulvi lantas membangunkan Adhy dan memintanya menjemput En ke Campsite.

Ternyata jalanan menuju terminal bus tertutup warga yang mau mengikuti senam jantung sehat, alhasil Adhy menjemput En dengan berjalan kaki. Untungnya, En hanya membawa tas tangan sehingga tidak ribet.

En disambut meriah di rumah Sulvi. Diperkenalkan pada seluruh kerabat. Sulvi paham tentunya En lelah namun persiapan keberangkatan mengantar calon mempelai pria tetap dilaksanakan. Sehingga Sulvi meminta sahabatnya itu sarapan lalu mandi dan membiarkannya istirahat sampai tiba waktu berangkat ke Bua, Luwu.

14.00 Persiapan selesai. Seorang tokoh agama tiba dan memimpin doa agar perjalanan dan seluruh rangkaian pernikahan dapat terselenggara dengan baik dan lancar serta rombongan kembali dengan selamat ke Sorowako.

15.00 Iringan rombongan pun berangkat. 8 kendaraan penuh penumpang menemani calon mempelai pria menuju kediaman calon istrinya. Memasuki kota palopo, iringan ini pun berpapasan dengan rombongan lain namun dengan tujuan yang sama menghadiri pernikahan anak, saudara, kemenakan, cucu, kerabat, teman dan rekan sekerja mereka, Andry Suardy dan Indrawati.

20.00 rombongan pengantin laki-laki diterima di rumah pengantin wanita yang baru saja selesai melaksanakan adat pacci. Adat Mapacci ini merupakan rangkaian prosesi pernikahan berupa penyucian diri bagi masyarakat Bugis Makassar, Sulawesi Selatan.

image

Dalam upacara Mapacci  secara sederhana dilakssnakan pada malam pengantin dengan mendudukkan pengantin di lammin atau kursi khusus yang dihias dan disiapkan di ruang tamu. Lalu protokol mulai mempersilahkan pembaca barzanji atau lantunan syair dan doa untuk memulai disertai dengan para tetamu dan undangan yang telah ditetapkan untuk maju satu persatu ke arah pengantin menambil sedikit daun pacci yang telah dihaluskan dan meletakkannya pada telapak tangan calon pengantin.

Setelah semua tetamu yang ditetapkan telah melakukan ritual mapacci maka seluruh hadirin melantunkan doa semoga calon pengantin direstui oleh Yang Maha Kuasa dan agar kelak keduanya dapat menjadi suri tauladan karena harkat dan martabatnya yang tinggi– Cukkong muwa minasae, nakkelo puwangnge naiyya ma’dupa.

Day-6
Pagi-pagi semua sudah pada ribut. Tidak peduli dengan kondisi sekelilingnya, Sulvi mengambil ember dan air lalu mulai melap mobil yang semalam dikendarainya dari Sorowako.

Setelah itu dia menjalani ritual mandi yang dilanjutkan dengan merias. Setelah itu semua rombongan satu persatu mulai didandani dan mengenakan pakaian yang telah disiapkan.

image

Sempat terjadi insiden kecil ketika baju seragam untuk laki-laki tiba, ternyata janji ‘indo botting‘ untuk memberikan pakan baru ternyata bohong. Justru pakaian kumal, pudar bahkan ada yang sobek yang diberikan untuk dipakai.

Keluarga mempelai laki-laki meradang. Merasa tidak terima dan meminta ayah dari pengantin perempuan untuk mengenakan jas hitam biasa. Untunglah setelah mengirim foto ayah mempelai pria mengenakan baju yang kebesaran dan pendek, pihak mempelai wanita menyetujui permintaan mereka sehingga ayah mempelai wanita mengenakan jas hitam.

image

Barulah ketika semua siap, maka rombongan mempelai pria bertandang ke rumah mempelai wanita untuk melangsungkan pernikahan.

10.00 Walimah pernikahan pun dilaksanakan. Semua berjalan mulus dan lancar.

image

Usai ijab kabul dan mempelai pria menjemput mempelai wanita ke kamarnya untuk menyelesaikan proses administrasi bersama-sama, kedua mempelai menuju tenda pelaminan dan menyapa tamu undangan yang sudah lebih dahulu menunggu.

image

Suasana pesta yang meriah  para tetamu datang silih berganti mengucap selamat. Para keluarga saling bertemu dan bersilaturahmi. Indahnya jalinan kekeluargaan yang baru terbina.

image

13.30 Resepsi berakhir, kedua mempelai kembali ke rumah mempelai wanita dan tamu-tamu serta kerabat telah meninggalkan tenda pelaminan. Demikuan pula keluarga mempelai pria.

15.00 Usai berpamitan, rombongan keluarga mempelai pria meninggalkan Bua menuju Sorowako.

Day-7
06.00 Belum hilang letih, pagi datang disertai riuh persiapan acara syukuran di rumah mempelai pria. Meskipun kedua mempelai tidak dapat hadir, namun perhelatan syukuran pernikahan yang dirangkaikan dengan syukuran kembalinya ibunda mempelai pria dari menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah tetap dilangsungkan.

19.30 Para tetamu mulai berdatangan. Acara diawali permohonan maaf Shohibul bait atau tuan rumah atas ketidakhadiran kedua mempelai serta ucapan terima kasih atas kehadiran tamu undangan. Lalu para tamu dipersilahkan menyantap hidangan makan malam yang telah disediakan.

Day-8
06.00 Pagi menjelang. Matahari terbit di ufuk timur. Hari terakhir sebelum Sulvi kembali ke Jakarta. Diapun mengajak sohibnya berkeliling kota bersana kedua kemenakannya Alifia dan Reza serta saudara sepupunya Inna yang seumuran Reza untuk berenang ke danau Matano. Tak lupa disempatkannya menjemput Lydia, salah satu teman yang sempat diperkenalkannya kepada En saat masih di Jakarta.

image

Merekapun memilih pantai Salonsa untuk berenang dan berendam. Lalu berkeliling Salonsa untuk berfoto juga ke Pantai Ide di Pontada. Selepas itu… menjemput iparnya, Anti dan makan bakso di warung pojok YPS Sorowako.

image

Akhirnya semua kembali ke rumah dan beristirahat.

20.00 Sulvi bersama Adhy dan Loraine serta kakaknta Budi sekeluarga menigggalkan Sorowako menuju Makassar. Awalnya hendak singgah menjemput kedua mempelai di Bua untuk bersana-sama ke Makassar. Namun berhubung salah satu saudara ibunya, Tante Mini ikut di rombongan, akhirnya tidak jadi.

image

21.00 Di tengah perjalanan, rombongan singgah makan malam di warung Aroma Laut Lampia, Malili. Hidangan seafood pun disajikan dan sempat-sempatnya kak Budi ikut memancing usai makan malam.

image

Day-9
08.00 Hujan mengguyur kota Maros dengan derasnya. Namun kuterbangun ketika mobil berhenti tiba-tiba karena menghindari motor yang tiba-tiba menyalip di depan tanpa tanda.

Akh, sudah pagi. Lapar pikirku. Bak gayung bersambut, iparku menerima telpon dan kami berhenti untuk pertukaran posisi antara tante dan kakakku. Namun ternyata iparku salah, maksud kakakku bukan berhenti begitu saja tetapi sekalian singgah untuk sarapan dan kemudian bertukar tempat.

Jadinya singgalah kami di warung coto. Setekah sarapan barulah tanteku pindah ke kijang putih sementara kakak dan kemenakanku reza pindah ke inova. Perjalanan ke Makassarpun dilanjutkan kembali.

Begitu tiba di Solthana, Makassar semua tepar, mencari posisi masing-masing untuk tidur.

13.00 Aku pamit ke rumah sakit menjenguk calon mertua.

18.00 Aku tiba di Solthana, ternyata adikku Adhy masih tidur dan belum bangun. Padahal pesawat kami kembali ke Jakarta pada pukul 19.45. Sementara di luar juga hujan lebat dan awan gelap. Cukup mengkhawatirkan untuk ke bandara.

Akhirnya kuputuskan untuk menunda penerbangan. Selain alasan cuaca, juga menjaga kualitas tuan rumah yang baik. Sehingga En dapat berangkat terlebih dahulu ke Ambon baru kami berangkat ke Jakarta.

D-10
03.00 Kubangunkan seisi rumah dan bersiap-siap ke bandara karena pesawat yang di tumpangi Loraine ke Ambon akan berangkat pukul 04.50. Syukurlah karena semalam sudah check in lebih awal sehingga ke bandara tidak terlalu tergesa-gesa.

En berangkat, sementara adhy dan diriku masih menunggu waktu keberangkatan kami. Hingga akhirnya waktunya tiba dan kami terbang bersama Garuda Indonesia menuju Jakarta.

Sungguh minggu yang padat dan melelahkan.

#CourtesyVisit

Hikmah Menunggu

Bangun subuh bukanlah hal yang luar biasa… namun bangun subuh untuk menunggu bukanlah pekerjaan yang mudah.

Kunjunganku ke Jogja kali ini terbilang paling singkat. Tidak cukup 24 jam sejak kedatangan hingga keberangkatan kembali ke Jakarta. Bahkan aku lebih banyak menghabiskan waktu menunggu di bandara.

Ketika baru tiba, aku harus menunggu pesawat delay dari Makassar selama 4 jam. Dan saat kepulangan, aku harus menunggu jadwal penerbangan yang padat selama 7 jam.

Awalnya terfikir untuk kembali ke kota mencari tempat untuk tidur. Namun akhirnya kuputuskan untuk tetap di bandara tapi menunggu di Garuda Lounge dengan menggunakan Kartu GFF atau Garuda Frequent Flyer serta boarding pass Garuda.

Menunggu itu tidak pernah menyenangkan, namun menunggu dengan kesempatan berdiskusi dengan seorang penulis buku Internasional besarta istrinya yang merupakan fotographer dunia adalah hal yang luar biasa.

Awalnya mereka berdua duduk di bangku depan, namun karena orang-orang cukup ramai bersorak mengikuti pertandingan tinju akhirnya mereka pindah dan duduk di hadapanku yang memang terletak di pojok ruangan.

Dalam percakapan singkat itu, aku mengetahui behwa kedua ‘bule*’ dihadapanku adalah pasangan suami istri antropologi, Graham Hancock, penulis buku dan Shanta Faiia, fotographer.

image

Aku ingat dulu sering melihat tulisan-tulisan Graham Hancock dan bukunya banyak terpampang di toko buku. Buku-buku bestsellernya antara lain The Sign and The Seal, Fingerprints of the Gods, dan Heaven’s Mirror yang terjual lebih dari lima juta copy di seluruh dunia dan diterjemahkan dalam 27 bahasa.

Tak sabar, sembari diskusi, aku membuka situs resmi dan halaman Facebook beliau dan menemukan informasi yang membuatku terpukau pada sosok sederhana pasangan suami istri di hadapanku.

Hancock mulai menulis sejak usia 12 tahun. Melanjutkan kuliah jurusan sosiologi dan berkarir di jurnalistik dan menulis artikel untuk surat kabar terkemuka di Inggris termasuk The Times, The Sunday Times, The Independent dan The Guardian.

Sebelum tahun 1990, beliau adalah penulis ekonomi, namun setelah 1990, beliau lebih tertarik pada kemungkinan adanya hubungan antara fenomena yang tampaknya tidak berhubungan.

Hancock sering memberikan ceramah dan kuliah umum sebagai seorang wartawan yang mengajukan pertanyaan berdasarkan observasi serta penyeimbang yang diyakininya sebagai bentuk yang ‘dipertanyakan’ terhadap apa yang disajikan para ahli baik melalui bidang pendidikan, media dan masyarakat umum.

Graham juga sering tampil di Tv dan Radio termasuk 2 serial utama TV untuk Channel 4 di Inggris dan The Learning Channel di Amerika Serikat – Quest For The Lost Civilisation and Flooded Kingdoms of The Ice Age – yang menempatkan dirinya sebagai pemikir ‘unconventional‘ yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan kontroversi tentang masa lalu manusia.

Istrinya, Shanta Faiia adalah seorang fotografer profesional yang mengkhususkan dirinya pada pengambilan gambar-gambar budaya dan monumen kuno. Karyanya telah dipublikasikan internasional dan pada tahun 1990 pameran fotonya Ethiopian Trilogy dibuka pada The Royal Geographical Society London  oleh yang mulia Puteri Anne.

Tahun 1998, foto-foto Faiia diterbitkan dalam bentuk buku Bestseller Heaven’s Mirror dengan teks oleh Graham Hancock. Gambar Faiia diambil dari situa suci Candi Angkor di Kamboja dan Piramida terbesar Giza di Mesir yang membawa kehidupan dunia yang hilang dan ‘mencapai preatasi langka mwmbuat Anda merasa Anda berada di sana’ (Western Mail).

Faiia bekerja sama dengan Hancock pada Dunia di Bawah – Underworld. Foto-fotonya dari reruntuhan kuno bawah air di lepas pantai Jepang, seluruh Pasifik, beberapa di Indonesia dan Malaysia, juga di India, Mediteranian, Atlantik dan Karibia yang menambahkan dimensi baru pada konteks kata-kata.

Tertarik untuk mengenal beliau, ide-ide beliau tentang masa lalu manusia dapat membuka situs http://www.grahamhancock.com

Dalam bincang-bincang singkat kami, mereka membuatku penasaran ketika menjelaskan kemiripan candi Sukuh di Karanganyar Jawa Barat dengan Chichen Itza di Mexico. Dimana keduanya berada di belahan dunia yang berbeda yang dibangun sejak ribuan tahun silam dan diyakini tidak memiliki hubungan sama sekali ketika pembangunannya dilaksanakan.

image

image

Akhirnya, aku mulai melakukan pencarian di Google dan menemukan bahwa banyak sekali situs-situs kuno yang memiliki kemiripan dan sepakat dengan hipotesa Graham bahwa yang harus dibuktikan para ahli antropologi adalah hubungan ada pada masa-masa dan seharusnya korelasi itu ada.

Suskes terus pak Graham dan ibu Shanta…. Luar biasa perbincangan dalam penantian yang panjang di bandara Adisucipto, Jogyakarta. Worthedlah. … 🙂

#CourtesyVisit

*bule adalah panggilan kepada tamu  asing di daerahku Sulawesi Selatan

GangNam JangGeum Ganjen

“How you’ve been? You were in Korea?
Seorang kawan menyapa lewat facebook. Aku hanya tertawa dan menjawab bahwa Korea masuk dalam list negara-negara yang akan aku kunjungi suatu hari nanti. Foto-foto yang pernah aku upload dengan background budaya Korea itu, pengambilannya berlokasi di sebuah restaurat di Jogyakarta.

Jawabnya, “Ohh hahaha you tricked me.”

Terakhir kunjunganku ke Jogyakarta benar-benar pengalaman yang luar  biasa. Kota gudeg ini tiba-tiba berubah menjadi negara Korea bagiku. Bermula dari pertemuan dengan para juniorku sesama alumni Universitas Hasanuddin Makassar yang sementara melanjutkan kuliah di Jogya.

Malam itu kami memutuskan untuk menghibur diri setelah seharian aku mendapat 3 ledakan bom dahsyat terkait urusanku ke Jogya. Kami memutuskan untuk melepaskan seluruh aura-aura negatif lewat vokal yang tentunya tanpa pelatih vokal sebenarnya hehehehe.

image

Masuk di Happy Puppy Karaoke, kami harus menunggu sejenak sampai akhirnya mendapatkan room. Bahkan menyempatkan diri berpose di lorong menuju room yang disiapkan.

image

Berasa biduan tak bertuan, satu-satu dari kami pun mulai memilih lagu andalan walaupun terbukti diantara sekian banyak hanya satu dua yang benar-benar dapat bernyanyi. Tapi itu bukanlah soal, yang penting happy di Happy Puppy. Dan semua tersentak ketika lagu-lagu yang terpilihpun terdapat lagu-lagu Korea hits sebagai penutup fun seperti Gang Nam Style, Mr. Awesome dsb.

Jelang tengah malam, kami bergeser ke  Legend Cafe, tempat paling top buat nongkrong di malam hari. Selain menikmati hidangannya, kami juga menikmati suasana dan kenyamanan bangunan heritage dan unik ini dengan mempertahankan arsitektur design awal  bangunan dengan sedikit sentuhan modern minimalis.

image

Keesokan harinya, setelah melakukan perburuan data terkait urusan yang harus kuselesaikan, aku dan keempat kawan yang bersamaku pun mulai mencari alamat restaurant Korea DaeJangGeum untuk membuktikan keakuratan informasi yang kami dapat pada malam sebelumnya. Tentu saja karena berada pada arah yang sama dengan yang kami tuju dalam pencarian ini.

Tempat ini terletak di Jalan Palagan Yogyakarta, bisa dibilang cukup jauh dari pusat kota. Kalau datang dari arah Monjali ( Monumen Jogja Kembali), maka bisa lurus terus sampai menemukan hotel Hyatt, nah belum sampai, masih lurus lagi kira-kira ± 2km nanti di kiri jalan akan ada papan nama Dae Jang Geum.

Kami sempat bolak balik karena tidak tampak bahwa tempat yang kami tuju adalah restaurant. Lebih tampak seperti rumah kediaman seorang pejabat teras dengan pagar kayu tinggi mengelilingi halaman rumah.

image

Setelah kami masuk, nampaklah pemandangan luar buasa, seakan memasuki dunia yang berbeda dari tanah Jogyakarta. Sampai di pintu kami disambut oleh beberapa pelayan yang menggunakan hanbok seragam seperti dayang-dayang dapur istana.

Mereka memiliki 3 macam tempat makan, yaitu indoor tapi di tempat terbuka, pendopo, dan model private room, ruang kecil-kecil yang berkapasitas 6-15 orang. Dan kami memilih pendopo.

image

Tak sabar akhirnya kami bertanya tentang pakaian adat korea yang bisa digunakan. Dan ternyata benar. Akhirnya kami pun ke ruang ganti dan mulai memilih pakaian-pakaian khas Korea. Asli… ganjen deh…!

Setelah bersalin pakaian, hidangan korea yang kami pesan pun telah tersedia. Karena menunya banyak dan kondisi kami kelaparan, kami memilih barbeque menu dengan dilengkapi hidangan pembukan khas Korea seperti kimchi,  asianan tauge, dan beberapa hidangan lainnya.

Puas mencicipi hidangan yang tersedia, kami mulai bergerilya mengabadikan segala moment. Karena setiap sudut menawarkan background foto yang berbeda dan hasilnya tidak menggambarkan kami berada di Jogyakarta seperti aslinya.

image

Sungguh terbayangkan jika di suatu sudut di negara orang lain, juga terdapat sebuah restaurant Indonesia yang tidak hanya menawarkan makanan khas Indonesia, namun juga budaya, pakaian dan nuansa daerah kita yang beragam.

Saat ini, aku kembali ke Jogyakarta. Berharap akan menemukan pengalaman baru yang berbeda dalam setiap kunjunganku ke kota keraton ini.

Sampai bertemu dalam perjalananku berikutnya…

#CourtesyVisit

Ozy Life

Ozy Life gc girlssss nge-Ozy banget a623076877_644463_8838

The memories when I live, study and work in Australia from 2007-2009. Having new friends, family and community. Love to have the experience back but prefer to find more excitement in a new place for the future 😀 Every day was a new day for me, learn about the culture, about the language, about the people, about the political situation, the social life, fulfilling my life with more enjoyment moment, share all love and kindness. Always love to come back to Australia….