Orang yg paling beruntung hanyalah mereka yang menyadari, menerima dan menjalani hidup ini sebagai ujian semata. Dan setiap ujiaan senantiasa Allah sediakan jawabannya, yaitu jalani saja dengan Ikhlas.
Ada diantara mereka yg lahir dengan fisik tidak sempurna, ada juga hampir seluruh waktunya ditemani dengan penyakit. Ada yang sangat miskin, ada yang sangat sangat kaya. Namun semua keadaan itu tidak lain hanyalah fitnah belaka bila tdk mampu diterima sebagai wasilah ujian, sarana terbaik mendekatkan diri kepada yang Maha Berkehendak.
Yang total dalam ketaatan saja masih diuji terus, sedangkan yang ingkar ujiannnya sangat ringan, atau mungkin saja dibebaskan dari ujian karena tidak lagi masuk nominasi.
Diberi dua macam ujian “ujian kebaikan dan ujian keburukan” pun juga di beri kunci jawaban dari Allah yg maha bijaksana “Apabila di beri ujian kebaikan maka bersyukurlah bila diberi ujian keburukan maka bersabarlah.
Kebanyakan orang kaya tidak sabar dan kebanyakan orang miskin tidak bersyukur.
Kekayaan(materi) itu bukan pilihan, bila itu pilihan maka kebanyakan orang jadi kaya karena kebanyakan orang condong pada kekayaan. Karena bukan pilihan jadilah itu kesempatan. Dan setiap orang yang punya kesempatan rata rata tidak sabar. Bisa di test, suruh orang kaya atau pejabat ngantri, bisa panas pantatnya, he he he.
Suruh orang kaya tampil sederhana, jangan beli Ferrari nanti ketahuan korupsi, tetap saja beli Ferrari dan ketahuan korupsi. Maka hanya mereka yg sabar dalam mendapatkan kekayaan dan sabar dalam memperlakukan kekayaannya kemudian menempatkan sebagai materi ujian, akan tampil tidak melampaui batas yaitu tetap menyadari dirinya bukan siapa siapa, tetap tiada daya dan upaya.
Di lain sisi , kemiskinan itu juga bukan pilihan. Itu juga materi ujian dalam bentuk lain. Tapi yang jelas bagi yg materinya kemiskinan pertanyaannya tidak banyak. Maka kecenderungan untuk lulus ujian sangat besar. Jadi klop, kenapa Rosulullah tidak mengkhawatirkan kemiskinan. Makanya yang istimewa itu ketika orang yang diberi ujian kemiskinan itu banyak bersyukur, karena pertanyaannya tidak banyak, kewajiban mereka yang miskin tidak sebanyak si kaya.
Dan yang perlu diperhatikan adalah jangan pernah tergoda oleh materi ujian orang lain, kemudian nyontek. Karena percuma, materi pertanyaannya pasti berbeda. Manusia itu unik, punya peran dan ujian yang pasti juga unik.
Demikianlah Kegunaan Kehendak Allah, mampu menjadikan setiap ciptaanNya unik. Maka sambut Kehendak Nya dengan adap yang paling baik. Jangan pernah iri, dengki ataupun sekedar membayangkan ingin menjadi orang lain. Jangan pula bertanya kenapa kebaikan itu dari dia? Kenapa bukan dari saya? . tetaplah istiqomah dan menerima peran masing masing. Syurga (menuju Allah) itu luasnya seluas langit dan bumi, maka setiap diri punya pintu masuk masing masing tidak perlu berebut atau iri kepada pintu masuk orang lain.
Menjadi penyampai itu juga bukan sebuah pilihan, semua sekedar peran. Semua sandarannya Kehendak Allah. Maka ketika ada anak kecil , perempuan lagi, menjadi asbab hidayah bagi pertaubatan orang tuanya ya jangan heran, sesuatu yang tidak dialami oleh Nabi Ibrahim sekalipun.
Demikianlah harap difahami, Allah penuh dengan kejutan yang tanpa batas.
Begitu banyak kejutan Allah perlihatkan, ada fenomena negara yg dinilai lebih islami dibandingkan dg negara lain yg mayoritas penduduknya orang Islam. Atau figur islami dari mereka yang non muslim. Ini realita yg tidak perlu diperdebatkan tetapi perlu dibaca dan jadikan pelajaran.
Gerakan amar makruf nahi mungkar itu menurut Al Quran sudah diprakarsai oleh Mbah Lukman, di zaman sebelum Al Quran di wahyukan kepada Nabi Muhammad. Al Quran “membenarkan” apa yg dilakukan oleh Mbah Lukman.
Sekarang kalau kita ketemu dg seseorang yang tidak jelas status nya apalagi agamanya, tetapi perilaku nya “dibenarkan” oleh Al Quran , pantaskah kita menilai kafir (ingkar)?
Ayo mikir. …
Bahkan sekarang tata nilai yang dibenarkan oleh Al Quran itu bisa dikemas dalam bentuk aplikasi atau system. Yang dengan system tersebut amar makruf dan nahi mungkar bisa diimplementasikan, apa lagi yg diragukan?
Itulah qadar dan qadla. Manusia disuruh muncul dibumi menjalankan peran sesuai ketetapan Allah. Dan sebenarnya ketetapan itu sudah dibakukan sebagai sunatullah yang berlaku sepanjang zaman. Manusia mengemban peran sebagai khalifah atau perwakilan Allah di bumi, dengan dibekali berbagai kebutuhan untuk menjalani kehidupan di bumi. Ada orang-orang yang menyadari hal tersebut, karena dengan pertolonganNya mereka dikarunia kekekuatan dan keimanan. Ada juga orang yang tergiur dengan kehidupan duniawi karena tidak mendapatkan pertolongan Allah.
Ya bagaimana dapat pertolongan Allah, mereka tidak berusaha dengab sungguh-sungguh untuk menggapai pertolonganNya. Mereka lebih mengandalkan pada kekuatan dan kemampuan dirinya yang sebenarnya bukan apa-apa dihadapan Allah.
Al Quran itu tolok ukur, sesuatu untuk mengukur. Jadi gunakan sebagai alat ukur. Jadi ketika sesuatu diukur dengan Al Quran muncul kebenaran nya ya terimalah kebenaran nya. Sebaliknya bilia salah ya terimalah apa adanya.
Jangan perlakuan Al Quran sekedar “pembukuan” , sekedar dibaca arabnya tidak mau tau maknanya dengan dalih sudah dapat pahalanya. Pahala dari hongkong?
Ada tiga orang, 2 orang berseragam polisi, 1 orang berpakaian sipil. Yang berseragam polisi pertama, dia berpendidikan polisi, berpangkat polisi, tetapi tingkah laku bertolak belakang dengan tugasnya yang diembannya.
Yang berseragam satu lagi dia polisi gadungan, yang berseragam polisi untuk tipu sana tipu sini. Dan yang berpakaian sipil dia bukan polisi, tetapi tingkah lakunya sebagai seorang polisi. Taat pada hukum, membantu masyarakat yg butuh pertolongan, mencegah kejahatan dan sebagainya. Pilih mana yang cocok sebagai polisi ?
Mari mengambil pelajaran daripadanya…
Sumber : Diskusi keluarga DIIAN
la_vie