Sesungguhnya perjalanan akhir tahun itu membutuhkan pertimbangan yang banyak buatku. Namun kehadiran Profesor Kathryn Robinson dari Australia National University (ANU) membuatku melupakan segala pertimbangan untuk bisa menghadiri Festival I La Galigo ke-3 di Watan Soppeng, Sulawesi Selatan.
Setelah bersepakat dengan sahabatku Mardiani juga Opu Odeng Harta andi Djelling untuk bertemu di Soppeng, maka kami memutuskan untuk registrasi online.
Aku mengenal Prof. Kathy, begitu kami memanggilnya, ketika aku baru kembali ke Indonesia tahun 2009. Saat itu beliau sedang berkunjung ke Sorowako dan Mardiani membawanya ke sanggar Measa Aroa. Jadilah kami bercerita panjang dan membuat saya tertarik mengenal Sorowako lewat hasil penelitiannya yang dibukukan tahun 1986 dengan judul Stepchildren of Progress yang bercerita tentang kisah Dampak kehadiran tambang nikel pada masyarakat Sorowako, tempatku dilahirkan.
Sejak itu, komunikasi kami terus berlanjut. Bahkan dalam beberapa kali kunjungan beliau ke Sorowako, saya berusaha bisa menemani bersama Mardiani. Kami pernah menempuh perjalanan menuju Mahalona melewati Petea, bahkan ke Routa Sulawesi Tenggara dengan menyeberangi danau Towuti.
Selain itu, saya juga pernah diundang sebagai salah satu pembicara dalam workshop tambang di Australia National University tempat Ibu Kathy mengajar tahun 2015 dengan mengangkat judul Issues of Mining Investment and Government Relation in Decentralised Indonesia (in case of Luwu Timur, Sulawesi Selatan).
Olehnya itu, kehadiran beliau dalam Seminar International La Galigo ini tentu menjadi penting untuk saya hadiri juga Mardiani. Karena begitu banyak informasi dan up-date issue yang kami diskusikan dalam setiap kunjungan beliau ke Indonesia.
Walhasil, meskipun jadwal yang sangat padat dari panitia untuk para pembicara, usai mengikuti seminar hari pertama, kami berhasil membawa Ibu Kathy berkeliling kota Soppeng. Tentu saja tak lupa kami berkunjung ke Taman Kota Kalong atau Kelelawar.
Setelah itu kami beristirahat di Triple 8 Riverside Resort yang ternyata juga menjadi tempat makan malam para pembicara dan panitia Seminar dari Universitas Hasanuddin atau Unhas.
Satu hal yang sangat saya sukai ketika melakukan perjalanan seperti ini adalah informal talk yang berisi muatan informasi dalam bentuk brainstorming. Sedikit lebih detail jika informasi itu kami dapatkan dalam kelas apalagi ruang seminar.
Meski hari berikutnya kami tidak sempat lagi bercerita panjang dengan ibu Kathy karena beliau lebih dahulu meninggalkan Soppeng menuju Makassar. Namun pertemuan kami saat menjemput dan mengantarnya ke bandara di Makassar cukup menambah referensi.
Mardiani dan aku memang masih menyelesaikan seminar hari kedua bersama kak Ida el Bahra. Selain itu kami menunggu kedatangan Opu Odeng Harta Andi Djelling. Meski singkat, namun padat aktivitas. Mulai dari kunjungan ke Taman Kalong, berfoto di depan Villa Yuliana dan menikmati hidangan khas Soppeng di Pusat Kuliner Festival La Galigo 2018.
Dan akhirnya kami meninggalkan kota Soppeng dengan segala kisah tentang Festival La Galigo International ke-3 yang unik dan tentu saja seru 😍.
XXX