IBU TELAH TINGGALKANKU

Ibu, kurindu dengar suaramu ibu. Kurindukan peluk kasih sayangmu. Ibu, tak terasa menetes air mataku, dalam sendiri kupanggil namamu.

Hingga usiaku dewasa, kau perlakukan ku seperti, puteri kecil dalam dekapanmu. Namun seringkali diriku, lukai hatimu ibuku, dengan kekanakan sikapku, maafkan diriku, ibu…

S’gala nasehat yang pernah kau berikan untuk ku jadikan bekal jalani hidup. Kata2mu yang indah ajari diriku tuk tegar berdiri jalani hidup

Semua, menjadi tuntunan, menjadikan ku mandiri. Ibu…

Lagu ini kembali terngiang karena hari ini aku melihat jenazah ibu yang ditimbun tanah dan aku hanya bisa melihat semua prosesnya dalam duka yang tak bertepi. Ibu telah meninggalkan ku.

Meski aku berusaha kuat, namun kepergian ibu memberikan luka yang sangat dalam. Ibu telah meninggalkanku sendiri.

Bu, entah aku bisa kuat atau tidak, tapi kepergianmu merupakan ujian bagiku. Selama ini ibu adalah temanku berbagi meski kadang kita tak sepakat namun semua nasehat2 ibu selalu benar. Apa yang ibu katakan selalu menambah khasanah wawasanku tentang hidup dan kehidupan.

Sekarang, pada siapa aku bisa berbagi kegelisahanku bu? Siapa yang akan mendengar aku bercerita tanpa menghakimiku? Meski kadang aku salah dalam berfikir dan bertindak, namun ibu selalu membantuku melihat dari perspektif yang lain, dari pengalaman ibu semasa hidup. Tentu aku banyak mengambil pelajaran dari ibu.

Makammu belum kering, tapi rinduku sungguh tak terbendung. Al-Fatihah ibuku, semoga Allah SWT menempatkanmu di surgaNya.

Aamiim ya rabbil alaamiin

LABUAN BAJO STORY

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hi, ketemu lagi dengan Sulvi di Trip to Labuan Bajo. Kaget juga saat dimintain KTP untuk beli tiket. Ini adalah Perjalanan Dinas pertamaku setelah pindah tugas ke BNPP. Singkatan dari Badan Nasional Pengelola Perbatasan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.

Perjalanan Dinas kali ini, selain memberikan ku tambahan pengetahuan tentang pengelolaan perbatasan Indonesia dengan negara-negara tetangga, aku juga berkesempatan mengunjungi beberapa tempat-tempat wisata di Labuan bajo, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Seperti pepatah, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Sekali perjalanan dinas, tujuan dinasnya terpenuhi, jalan-jalannya juga dapat donk ya hehehhe.

Tanggal 6 Maret 2023 pagi, aku menuju Bandara Soekarno Hatta menggunakan kereta api dari Stasiun Manggarai menuju Bandara international Soekarno Hatta. Setelah bergabung bersama kawan-kawan lain, kami meninggalkan Jakarta menuju Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur menggunakan Batik Air ID 6522.

Alhamdulillah, menempuh sekitar 2 jam an  perjalanan ini tanpa kendala, kami tiba di Labuan Bajo dengan selamat. Setelah semua naik ke mobil jemputan, kami langsung menuju Hotel Jayakarta. Labuan Bajo terletak di ujung paling barat pulau Flores, merupakan satu dari 9 desa di kecamatan komodo, kabupaten Manggarai Barat,Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Setelah tiba di hotel dan istirahat, malam harinya kami menikmati hidangan makan malam dan menyambut seluruh peserta rapat yang mulai berdatangan. kemudian dilanjutkan dengan briefing dan gladi resik persiapan acara.

Secara padat, tanggal 7-8 Maret, kegiatan peserta diisi rapat kerja dengan materi-materi rapat yang sangat berbobot dan memberikan wawasan, pengentahuan serta kesempatan bertukar pikiran antara para peserta dengan pemateri.

Labuan Bajo terkenal dengan Taman Wisata Nasional Pulau Komodonya yang termasuk dalam World Heritage UNESCO. Sehingga pada tanggal 9 Maret, beberapa peserta rapat memutuskan untuk berkeliling menikmati keindahan Nusa Tenggara Timur ini termasuk diriku.

Menggunakan kapal D Four 2, kami berkeliling perairan Flores. Pertama-tema kami meninggalkan Pelabuhan Labuan Bajo menuju Pulau Padar. kami diajak menikmati spot foto yang menjadi latar uang Rp. 50.000,- di Pulau Padar. Ada 5 stasiun peristirahatan untuk mencapai puncak Pulau Padar yang setiap peristirahatan menjadi spot foto dengan pemandangan yang berbeda.

Selanjutnya perjalanan ke pantai Pink. Menurut beberapa sumber, warna pink pantainya berasal dari hewan yang berukuran mikroskopis bernama Foramifera. Hewan inilah yang memberikan pigmen merah pada koral. Koral-koral tersebut kemudian terbawa gelombang menuju pasir lalu hancur menjadi pasir pantai.

Puas bermain di pantai pasir pink kami melanjutkan perjalanan ke pulau Komodo. Ada sekitar 1.500 ekor komodo hidup di Pulau ini. Wah, baru beberapa meter kami melangkah di pulau ini, seekor komodo telah menunggu dengan santai di tepi pantai. Mashaallah, ukurannya benar-benar besar. Tak lama kemudian seekor komodo bergabung bersama kami. Sungguh indah ciptaan Allah SWT ini. Dari yang biasa melihat cicak, kadal, biawak dan buaya, akhirnya bisa melihat komodo dengan ukuran yang sangat besar. Menurut Tour Guide yang kami temui, seekor komodo bisa mencapai panjang 3 meter dengan bobot berat 160kg. Untuk 3 komodo yang saya temui kira-kira memiliki panjang di kisaran 2m-2,5m per ekornya.

Setelah puas berkeliling, akhirnya kami kembali ke kapal dan santap siang sebelum lanjut ke Manta Point untuk berenang bersama ikan Pari. Lalu kami singgah sejenak di Pasir Timbul Taka Makassar dan menikmati keindahan dalam laut di pulau Kanawa. Pulau yang terkenal dengan spot snorkeling untuk melihat keindahan di dalam lautnya. Benar saja, saat berenang, saya bertemu dengan beraneka ragam jenis ikan yang cantik dan unik.

Puas seharian menikmati keindahan untaian pulau-pulau beserta pemandangan sekitarnya, kami kembali ke hotel untuk beristirahat. Hingga kami meninggalkan NTT pada tanggal 10 Maret menggunakan GA 0453 menuju Jakarta. Ada banyak kisah yang kami temukan di pulau cantik ini. Semoga senantiasa terjaga dan memberikan manfaat pada setiap orang yang menikmatinya.

Semoga menginspirasi perjalanan kamu nanti dan sampai jumpa di kisah perjalanan saya selanjutnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Show quoted text

2023 HIDUP BARU

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Sungguh, manusia merencanakan, Allah SWT yang menentukan. Dan inilah yang menginspirasi kisahku kali ini.

Jelang akhir 2020 aku mendapat telpon dari Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia. Telepon yang menanyakan keinginanku untuk bergabung dengan BNPP.

Akupun mendiskusikan hal ini dengan Bupatiku Alm H. Muh. Thoriq Husler. Saat itu beliau memberikan jawaban yang bijaksana sehingga membuatku memutuskan untuk memproses kepindahanku.

Semua berproses. Namun kehendak Allah SWT, Pak H. Husler meninggalkan kami dalam duka yang panjang. Aku bahkan menjadi tertuduh sebagai lawan dari Wakil Bupati yang menggantikan almarhum. Bahkan sempat “dikantorkan” tanpa penugasan meski akhirnya “diaktifkan” kembali dalam tugas. Tapi sekali lagi semua berproses. Dan berkaskupun tetap berproses.

Sampai akhir tahun 2022, saat aku masih dalam pemulihan paska operasi pengangkatan tumor Suprasellar yang menekan jaringan saraf mataku ke otak, kabar putusan proses kepindahanku terbit dan aku diminta mengambilnya.

Sungguh Allah SWT Maha Kuasa atas segalanya. Semua terjadi diluar perkiraanku. Sempat membuatku terpaku dan tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Namun tetap saja rasa syukur terucap tanpa henti.

3 Januari 2023 pertama kali aku menapakkan kaki secara resmi ke BNPP dan semua berproses dengan bantuan kakak cantikku kak Anne, yang banyak memberikan wejangan dan memperkenalkanku lebih jauh tentang BNPP.

Welcome New Life, inshaallah berkah.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

BERENANG DI PARASULU

Day 51 – BERENANG DI PARASULU

Buat yang punya hobby berenang, snorkeling atau diving, Parasulu merupakan salah satu tempat indah untuk dijelajahi. Hampir 90% wilayahnya ditumbuhi karang. Bahkan memiliki banyak atol bawah laut.

Atol adalah terumbu karang yang berbentuk melingkar menyerupai cincin yang mengelilingi sebuah laguna di dalamnya. Atol ini memiliki fungsi sebagai rumah bagi ikan-ikan kecil, sebagai sumber makanan berbagai makhluk hidup di laut, sebagai salah satu sumber keindahan bawah laut dan menjadi tempat penelitian.

Ketika saya snorkeling di Parasulu, saya sempat bermain bersama sekawanan ikan ekor kuning dan kerumunan ikan barakuda. Kalau kita menyelam sedikit lebih dalam, kita akan bisa menemukan penyu, nemo, hingga nudibranchia (kelinci laut), kima (kerang raksasa yang dilindungi di dunia karena memiliki bentuk dan ciri paling unik di antara semua jenis kerang), kerang listrik (Ctenoides ales), ikan kerapu, padang lamun untuk dugong, baronang, kepiting, lobster dan masih banyak lagi.

Keindahan terumbu karang di perairan tropis Indonesia sudah terkenal sebagai gudang keanekarahaman biota. Tapi, keindahan ini hanya bisa terus kita miliki jika kita memeliharanya. Dalam sebuah studi disebutkan bahwa satu kilometer terumbu karang sehat mampu menghasilkan 15-26 ton ikan per tahunnya.

“Alhamdulillah, rumah apung Nanggala membuat Parasulu ini kembali terjaga. Kami bisa mendapatkan kembali ikan-ikan yang selama ini sudah jarang ditemukan disini. Sudah tidak adalagi aktivitas menangkap ikan dengan bom atau racun.” Terngiang kata-kata Pak Bambang, salah satu nelayan yang sempat aku temui sedang mengumpulkan ikan dari Bilanya. “Masyarakat sudah paham dan menangkap ikan dengan metode ramah lingkungan. Kita pun nyaman berenang di Parasulu.

.

.

@cahyadi_takariawan

Credit Foto @mdc

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

PALUMARA PARASULU

Day 50 – PALUMARA PARASULU

Langit begitu cerah. Begitu cantik perpaduan awan putih di langit yang biru. Warna laut laksana cerminan langit namun jernih sekali. Kami dapat melihat ikan-ikan yang berenang kesana kemari di bawah rumah apung Nanggala Parasulu.  Dengan alat snorkeling, kami bahkan bisa melihat  kedalaman dan karang-karang Parasulu. Mashaallah.

“Naikki dulu makan.”

Rasanya baru sebentar kami berenang, sudah dipanggil makan. Sebelum tiba di rumah apung ini, kami sempat menyambangi pak Bambang yang sedang memanen ikan di “Bila” nya. Bila adalah sebutan tempat menangkap ikan dari kayu dan jaring yang ramah lingkungan. Kami diberikan beberapa ekor ikan segar.

“Kita makan ikan satu kali mati” istilah kawan saya yang begitu tiba langsung menuju dapur dan menyiapkan makan siang.

“Wah, rasa daging ikannya manis dan gurih. Beda sekali rasa ikan segar dengan ikan yang kita beli di pasar ya,” celotehku sambil menikmati masakan palumara yang lebih tepatnya sop ikan kuah kuning. Meski hanya menggunakan bumbu dasar kunyit, garam, jeruk nipis dan cabe rawit, rasa sop ikannya bisa mengalahkan racikan restaurant.

Semakin sedap dicocolkan pada racikan rawit, garam dan jeruk nipis sebelum disantap.

“Apalagi ditambah sedikit air laut asin yang berjatuhan dari tanganku yang basah,” timpalku kemudian tertawa.

“Betul kak, makanan seperti ini justru lebih menyehatkan. Karena itu kita harus bisa menjaga laut kit, utamanya terumbu karang. Supaya biota laut itu bisa aman, bisa menjadi tempat bertelur dan berkembang biak. Dan kita bisa menikmati ikan-ikan yang sehat. Kejayaan laut dan kekayaan alam kita juga akan terjaga.

.

.

@cahyadi_takariawan

Credit Foto @AndiMuslihin

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

TENTANG MALILI KUNO

Day 49 – Tentang Malili kuno

“Jadi, kampung pertama di sini bukan Malili, tapi Ussu, Lampia dan Merau”.

“Jadi, bagaimana sejarah sampai disebut Malili kak?”

“Yang pertama datang di tempat ini, tepatnya di sekitar jembatan gantung yang pertama, adalah orang Toraja. Karena tempatnya gelap disebutlah Malillin yang artinya gelap.”

“Wah, begitu ceritanya?”

“Lalu orang Toraja itu bermukim di Malili, kemudian pindah ke Pongkeru. Sampai beranak keturunan disana”

“Lalu, Merau itu letaknya dimana kak?

“Merau itu adalah perkampungan di atas pancoran Karebbe sekarang. Dulu kampung itu ramai”

“Wah saya baru dengar nama itu sekarang. Kenapa tidak masuk di nama-nama desa di Malili ya?”

“Nah, wilayah di seberang jembatan Malili itu dulu disebut Tawaro Wango atau Tabaro terbakar.” Saat itu semua pohon sagu terbakar.”

“Kemudian, Balantang itu bukan di tempat yang sekarang, tapi di muara sungai Malili.”

“Dulu disana ada Sesco, pengusaha kayu Jepang.”

“Apakah itu ada kaitannya dengan bangkai Kapal Jepang yang masih tenggelam di Sungi Malili, kak?”

 “Tidak ada, kapal itu adalah kapal perang. Dulu, kapal itu dibom dari udara. Anehnya, kampung di sekitarnya tidak ada yang dibom.”

Percakapan singkat ini semakin menimbulkan rasa penasaran dan keingintahuan yang lebih akan cerita tentang asal mula kampung Malili. Kampung yang sekarang ini telah menjadi ibukota kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Semoga saya bisa menguntai satu demi satu cerita tentang Malili, yang semakin lama membuat saya semakin takjub.

.

.

@cahyadi_takariawan

Credit Foto dari internet

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

LA PANANRANG

Day 47 – LA PANANRANG

Aku selalu percaya, kalau niat baik, inshaallah akan diberikan petunjuk. Sesungguhnya Allah SWT yang mengatur seluruh cerita kehidupan yang kita alami. Setelah melalui beberapa waktu, akhirnya aku mendapatkan jawaban tentang bullyan dan perdebatan yang cukup menyesakkan dada.

Sebenarnya jengah juga karena seolah-olah aku salah, memberikan nama Tanjung Husler. Padahal penjelasanku dari awal, bahwa kesana di ajak untuk mengambil gambar, dan nama itulah yang disebutkan padaku. Eh, rupanya menjadi bahan bullyan padahal maksudku menceritakan kecantikan Tanjung itu, lengkap dengan beberapa foto lokasi dan foto-foto yang menampakkan suasana liburan disana.

Akhirnya, aku mendapat penjelasan lengkap dari Pembina lingkungan kanda Madras Ambasong tentang kerancuan nama tanjung yang disebutkan. Ini bermula ketika almarhum Thorig Husler, yang saat itu adalah Bupati Luwu Timur menyelam dan menikmati keindahan alam disana, kemudian berseloroh dan meminta pendapat bagaimana jika namanya disematkan pada Tanjung kecil di ujung Pelabuhan Waru-Waru. “besok lusa bisa diceritakan bahwa satu waktu ada orang Jerman yang bernama Husler pernah menyelam disini” kenang Madras.

Dari semuanya, yang paling menjelaskan kerancuan nama ini, saat kanda Madras menjelaskan bahwa tempat yang kami datangi pun bukanlah Tanjung Husler, bukan Parasulu juga bukan tanjung Pagara. Tapi tepatnya La Pananrang. “Tempat itu dulunya lokasi lodging/penebangan kayu, kemudian saya bayar orang untuk bersihkan sehingga memperlihatkan kecantikan alamnya yang perlu dijaga dan dipelihara untuk kepentingan bersama.”

Ada jejak yang ditinggalkan kanda Madras disana; bale-bale untuk istirahat, dapur umum, bahkan meja yang kami gunakan untuk foto-foto semua disiapkan secara mandiri untuk digunakan oleh siapapun sepanjang dibayar dengan Cinta, menjaga lingkungan tanjung dengan tidak melakukan aktivitas yang merusak laut.”

.

.

@cahyadi_takariawan

Credit Foto pribadi

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

TANJUNG PARASULU

Day 46 – TANJUNG PARASULU

“Tabe bu, bisaki dengan kameramenta ikut teman-teman DLH ke Tanjung Parasulu untuk ambil gambar disana?”

 

Pucuk dicinta ulampun tiba, sejak saya dibully di medsos gara-gara berceloteh tentang Tanjung Husler, saya memang ingin kesini. Rupanya lokasi yang pernah saya datangi dan ditunjukkan sebagai Tanjung Husler, berbeda dengan lokasi rumah apung Nanggala Tanjung Parasulu, meskipun berdekatan. Tapi saya akhirnya jadi tahu bahwa lokasi itu dikenal dengan sebutan La Pananrang, mengingatkan kisah Sawerigading dalam cerita I lagaligo.

 

Awalnya biasa saja. Malah bagi saya ini adalah teluk bukan tanjung karena menjorok ke daratan bukan ke laut. Tapi kemudian saya mulai mendapat penjelasan tentang aktivitas yang terjadi di Tanjung Parasulu. Mashaallah, tiada yang lain selain ucapan syukur bahwa Luwu Timur memiliki seorang tokoh pemerhati lingkungan seperti Madras Ambasong. Tokoh muda yang menjadikan hobbynya sebagai sumber inspirasi mengembalikan ekosistem terumbu karang yang sudah punah menjadi titik pertumbuhan baru ramah lingkungan.

 

“Fasilitas Rumah Apung Naggala ini saya gratiskan untuk nelayan dan tamu yang datang. Bayarannya hanya dengan CINTA, menjaga Tanjung Parasulu dari tindakan pengrusakan. Apalagi Tanjung Parasulu merupakan benteng terakhir pertahanan Teluk Bone” Jelas Madras kepada kami.

 

Sejak 2010, banyak kegiatan sudah dilakukan seperti pelepasan penyu yang ditangkap nelayan bahkan membuatnya merogoh kocek, karena penyu memakan karang tua sehingga memungkinkan tumbuhnya karang baru. Transplantasi Terumbu karang, Penanaman bakau dan kelapa di pesisir pantai serta mengajarkan nelayan untuk menyelam, sehingga dapat melihat dampak dari perbuatan mereka terhadap laut danmenjadikan mereka cinta akan laut, sehingga bersama-sama mengembalikan Tanjung Parasulu sebagai kampung ikan.

 

Sayapun menikmati snorkeling dan diving di Tanjung Parasulu ini. Berenang bersama ikan ekor kuning serta ribuan ikan teri serta melihat terumbu karang baru yang tumbuh sebalum kembali ke Pos Angkatan Laut Lampia. Memang pantas kalau kanda Madras diusulkan untuk menerima penghargaan Kalpataru 2022 kategori Pembina.

.

.

@cahyadi_takariawan

Credit Foto pribadi

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

13 Angka Sial

Day 45 – 13 Angka Sial

Lelah tubuh ini saat kembali dari tanjung Parasulu. Dalam perjalanan kembali ke Malili, kami berdiskusi tentang tata letak sebuah jalan yang memberikan pengalaman naas bagi beberapa orang yang pernah melaluinya.

“Dulu juga ada mobil Pemda nomor 13 yang pernah kecelakaan di tempat ini. Menurutnya angka di mobil itu sial, makanya merrka kecelakaan” Jelas teman yang mengendara mobil yang kami tumpangi.

Akhirnya kami pun membahas kenapa angka 13 dikatakan angka sial. Beragam cerita pun kita diskusikan, mulai dari bangsa Eropa yang melambangkan angka 13 sebagai bentuk ketidakharmonisan, bencana, kematian, kehancuran, kutukan, pengkhianatan, kontradiksi, dan non-pemenuhan. Sedangkan di Asia Barat, 13 adalah jumlah dunia bawah, jumlah yang menghancurkan tatanan kosmik.

Bahkan para arsitek menghilangkan angka 13 pada gedung-gedung perkantoran. Baik itu lantai gedung, nomor gedung bahkan lorong. Meski bagi mitologi Norse, Aztek, Tibet dan Mongolia, angka 13 justru dianggap baik, positif dan bersifat ketuhanan. Namun bagi kaum Sumeria Kuno, khususnya kalangan matematikawan atau ahli angka menganggap bahwa angka 12 merupakan angka sempurna. Sehingga berdampak ketidaksukaan pada angka 13. Lebih-lebih ketika angka 13 yang disimbolkan pengkhianatan Yudas Iskariot terhadap Yesus Kristus sesaat sebelum penyaliban.

Tidak bisa dipungkiri, meskipun zaman sudah maju, namun masih banyak kalangan yang mempercayai mitos-mitos tersebut. Semua penjelasan itu sangatlah rasional sampai kemudian kami diberikan sebuah kisah yang berbeda dan membuat saya betul-betul berfikir, apakah ini nyata atau mitos.

“ini adalah filosofi Babi. Yang mana induk babi memiliki 12 putting susu, namun Babi memiliki kemampuan melahirkan hingga 13 anak babi. Sehingga bayi babi ke-13 dianggap kesialan karena tidak bisa mendapatkan puting susu ibunya.,” sambungnya.

Kamipun tertawa, tapi iya juga sih ya.. Babi kan sekali melahirkan bisa 11-13 anak bayi. Allahu alam bissawab.

.

.

@cahyadi_takariawan

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

PERNIKAHAN DINI

Day 44 – PERNIKAHAN DINI

Hari ini aku menemani adik sepupuku mendaftarkan gugatan cerai pada suaminya di kantor Pengadilan Agama. Cukup lama kami menunggu, karena antrian yang panjang. Namun aku menjadi bertanya-tanya, apakah karena emansipasi wanita hingga hamper semua kasus hari ini dilaporkan oleh perempuan-perempuan muda dan cantik-cantik.

Tidak lama, datanglah seorang ibu dengan sepasang anak remaja.

“Ada yang bisa kami bantu bu?” tanya petugas penerima laporan.

“Iye bu, saya  mau menikahkan anak saya.”

“anaknya masih dibawah umur ya bu?” tanya petugas itu menegaskan.

“iya bu, keduanya masih di bawah umur.” Jawab ibu itu menjelaskan.

“Wah, kalau keduanya masih di bawah umur, apa tidak bisa ditunda sampai cukup dewasa bu? Kita lihatmi ini beberapa ibu-ibu muda datang untuk meminta perceraian dengan suaminya.

“Apa na sudah tidak bisa mi pisah ini anak berdua bu. Tidak mau mi nendengarkan nasihat orang tua. Keduanya sudah minta menikah.” Jelas itu lagi.

“Baik bu, kalau sudah tidak bisa dinasehati. Anak ibu yang laki-laki atau perempuan bu? Tanya petugas itu lagi.

“Yang laki-laki bu. Yang perempuan sudah yatim piatu. Pernihakan ini juga akan membantu kehidupannya nanti,” jelas sang ibu bangga.

Banyak pertanyaan detail yang dipertanyakan olelh petugas Kantor Kementerian Agama kepada mereka yang datang dengan segala keluh kesanya. Saya hanya diam memperhatikan meereka yang dengan sabar memberikan nasehat-nasehat untuk memperbaiki hubungan sebelum mengambil keputusan berpisah. Menyiapkan segala bukti-bukti yang diperlukan sebelum masuk ke ruang persidangan. Memberikan masukan akan dampak dari pernikahan dini.

Yang pasti, para petugas itu mencoba untuk memberikan penjelasan bahwa pernikahan dini bukanlah pernikahan yang diharapkan terjadi, melainkan pernikahan yang dilaksanakan karena kedua belah pihak telah sama-sama mengerti.

.

.

@cahyadi_takariawan

Credit Foto Pribadi

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis