Pohon Kekayaan

Tidak sengaja menemukan filsafah yang mengajarkan tentang pohon kekayaan dengan pertanyaan apakah ‘kekayaan’ itu?

Mari belajar dari sebatang pohon dengan mengibaratkan pohon itulah kekayaan dimana dedaunannya adalah uang.

Kata Awie Wang, penulis buku Rahasia Sang Waktu ,”Kita tidak bisa menanam daun untuk menumbuhkan pohon, tapi kita bisa menanam pohon untuk menumbuhkan daun”!

Luar biasa….

Script

POHON KEKAYAAN

Setiap orang menginginkan kekayaan…
Tetapi apa sebenarnya yang dimaksud “kekayaan”?

Kekayaan dan Uang adalah berbeda…
Kekayaan bagaikan pohon sedangkan Uang bagaikan daun.

Pohon akan terus tumbuh sedangkan Daun suatu saat akan lepas dari batang pohon.

Jika yang Anda lakukan sekarang adalah menanam pohon,
Maka pada waktunya pohon akan menghasilkan daun.

Dan apabila yang Anda lakukan sekarang adalah memungut daun…
Sudah dipastikan berapapun banyak daun yang Anda kumpulkan tidak akan pernah cukup…

Tanamlah pohon sekarang juga!!

Anda tidak bisa menanam DAUN untuk menghasilkan POHON.

Kenali & pilihlah bibit yang terbaik menurut Anda…
Karena setiap orang memiliki PENILAIAN yang berbeda…

Bibit yang sama juga bisa menghasilkan HASIL yang berbeda..

Berilah air & pupuk dengan KEYAKINAN bibit yang Anda tanam akan tumbuh menjulang tinggi…

Yang pertama tumbuh bukanlah batang atau daun…
Melainkan akar yang tidak kelihatan Seperti pikiran yang mulai berkembang.

Bersabarlah dan jangan putus asa, semua indah pada waktunya…

Pohon memerlukan CAHAYA untuk tumbuh….
Begitu juga dengan kita, Terimalah NASEHAT dan teruslah belajar.

Semakin tinggi pohon, semakin kencang diterpa angin,
Hanya akar yang kuat yang sanggup menahannya.

GODISNOWHERE
what did u read?

GOD IS NO WHERE
or
GOD IS NOW HERE?

depends on understanding each other’s…

#RenunganVie

Berteman Dengan Masalah

Banyak orang tidak suka dengan masalah, benar? Banyak orang menghindari masalah daripada menyelesaikannya, bagaimana menurut Anda?

image

Padahal kita hidup di dunia ini selalu memiliki pilihan hidup… mau lebih baik atau sebaliknya…. memilih apapun kita tetap akan terbentur dengan masalah… mengapa?

image

Ambil contoh misalnya kita memilih untuk mencari hidup lebih baik. Berapa banyak manusia yang memilih urbanisasi atau perpindaham dari desa ke kota di Jakarta misalnya. Apakah ketika mereka memikih untuk mencari hidup yang lebih baik kemudian menyelesaikan masalah mereka? Hmmmmm mari kita pikirkan.

Ketika mereka tinggal di desa… misalnya mereka hanya menjadi buruh tani di sawah orang. Nah, artinya mereka harus mencari kerja yang kadangkala hanya dibayar dengan makanan seadanya. Lalu mereka pindah ke jakarta dengan bekal uang seadanya. Tiba di kota, mereka mulai mencari pekerjaan, alih-alih jika memiliki skill atau keterampilan, kalau tidak? Apakah itu bukan masalah?

image

Tarolah mereka memiliki dana yang cukup untuk memulai usaha, bagaimana dengan tempat tinggal mereka, bagaimana dengan biaya kebutuhan hidup sehari-hari. Kalau ke kota sendiri, nah bagaimana jika pindah bersama keluarga? Suami, istri dan anak-anak? Hmmmm apakah ini merupakan suatu masalah?

Sekarang… mereka mungkin bisa mengatasi masalah tersebut diatas, nah anak-anak akan bertumbuh besar dan mulai mengenal sekolah, bagaimana dengan biaya pendidikannya? Apakah sanggup kita teris menerus menyarankan anak untuk belajar dan meraih ranking di sekolah namun pada saat mereka mulai memilih sekolah yang bagus… dan keluarga ini hanya memiliki dana seadanya, apakah ini bukan masalah?

Lantas bagaimana jika sang ayah atau ibu karena kelelahan bekerja, mencari uang untuk keluarga dan mereka tiba-tiba jatuh sakit, tentu hal ini adalah pengeluaran. Ditambah lagi karena sakit sehingga income selama sakit menjadi berkurang, apakah ini bukan masalah?

Beranjak dari sini, anak mulai dewasa, mulai mengenal lawan jenis bahkan berkehendak membentuk keluarga sendiri, apakah ini tidak menjadi beban keluarga.

Baiklah… mereka bisa mengatasi semua masalah-masalah itu. Sang ayah bekerja di perusahaan yang membayarnya cukup, sang ibu juga mulai bekerja dan menambah penghasilan keluarga. Mereka mulai sering bergaul dan akhirnya rumah besar, mobil, pakaian yang bagus sudah mulai terasa sebagai kebutuhan… apakah ini bukan masalah?

Nah intinya… dalam hidup ini, apapun pilihan kita pasti akan ada masalah. Nah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah itu bukanlah dengan memusuhinya… tapi bertemanlah demgan masalah itu. Juatri ketika Anda berteman dengan masalah itu, penemuan-penemuan baru akan tercipta dan menjadi solusi bagi permasalah Anda. SIMPLE KAN?

image

Bagaimana berteman dengan masalah? Luangkanlah waktu sejenak untuk merenungkan masalah anda. Buatlah hubungan komunikasi antara otak kita dengan hati kita. Mulailah mencari jawaban atas 3 pertanyaan:
1. Apa yang Tuhan inginkan dari hidupku ini?
2. Apa yang aku inginkan dengan hidupku?
3. Manusia seperti apakah diriku di akhir masalah ini? Apakah semakin bertanggung jawab ataukah terpercaya atau seperti apa?

Jika telah berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan itu maka mulailah merencanakan hidup Anda. Sehingga solusi permasalahan hidup Anda mulai terjabarkan satu persatu dan solusinya pun akan nampak seiring dengan kondisi yang ada.

Jadi… bertemanlah dengan masalah!

#Renunganvie

Terlalu banyak Excuse

Entah mengapa, perasaan iba terlalu besar buatnya. Kadangkala menjadi sangat menjengkelkan namun rasa prihatin masih jauh lebih besar.

image

Setiap bertemu, banyak sekali keluh kesah, tentang keluarganya, tentang hidupnya, tentang dirinya dan tentang orang-orang disekitarnya. Selalu adaaaa saja yang disebutnya.

Tapi entah kenapa, setiap diberikan peluang, diberikan kerjaan, adaaaaa saja excuse, alasan sehingga dia tidak harus mengerjakan apa-apa. Aduh…. gimana ceritanya yah.

Dia adalah aku. Karena keakuankulah sehingga terlalu jaim untuk menyebut diriku sendiri sehingga menggunakan dia dalam menjelaskan masalahku.

Aku bingung dengan diriku sendiri. Ingin sukses tapi selalu punya alasan untuk tidak melakukan apa-apa. Aku terlalu malas untuk bergerak. Padahal keinginanku untuk bisa berhasil seperti orang-orang itu sangat besar bahkan terlalu besar.

Ibarat kata, tiba-tiba terbangun dari tidur. Lalu mengambil jas terbaik, dan memperbaiki penampilan di depan cermin. Lalu, berteriak dengan semangat menggebu-gebu 3 kali “Aku mau sukses, aku harus berubah, Aku akan Sukses!”.

image

Setelah itu, perlahan membuka jas, membuka pakaian dan kembali menarik selimut dan berbaring di tempat tidur.

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Namun semuanya hanya mungkin dengan kerja keras. Bukan hanya kerja keras, tapi juga kerja cerdas. Tanpa kerja keras dan kerja cerdas, apapun yang kita inginkan hanya menjadi khayalan semata.

Apalagi, jika yang dimunculkan hanyalah alasan-alasan pembenaran sehingga kita tidak perlu melakukan kerja apapun.

Alkisah di sebuah negeri. Ada seorang pengembara yang berkunjung hanya dengan sebuntal kain. Setelah shalat dan mengelilingi mesjid tua dan reyot itu lalu dia mengambil tempat dan duduk di emperan mesjid. Dia mulai berdendang berisi petuah dan nasehat. Tak lama, mulailah orang berdatangan dan mengerumuninya.

Setelah cukup ramai, sang pengembara ini mulai menangis tersedu. Semakin lama semakin keras dan kencang. Sontak saja warga menjadi heran dan merasa iba.

Entah siapa yang memulai, satu per-satu warga mulai melemparkan koin. Semakin banyak koin yang dilemparkan ke hadapan sang pengembara, semakin keras tangisannya dan semakin menyayat hati. Hingga akhirnya orang-orang pun berhenti melemparkan koin dan pengembara itu pun berhenti menangis.

Lalu dia mulai berdendang kembali. “Wahai puan cantik berhati mulia, wahai tuan tampan berhati emas, dimuliakanlah semua yang telah melemparkan keping-keping perak di hadapan hamba. Hamba telah datang jauh dari ujung langit namun sebentar saja melepas lelah di mesjid ini telah mengumpulkan ratusan keping perak. Adalah kiranya puan dan tuan berbesar hati, kepingan-kepingan ini akan menjadi tiang penyangga mesjid ini sehingga kembali kokoh laiknya istana yang puan dan tuan miliki.”

Semua orang terkejut mendengarkan dentang pengembara ini. Sesungguhnya selama ini mesjid tua itu telah mereka tinggalkan dan berpindah pada mesjid agung milik raja. Untuk mencapai mesjid raja itu, mereka harus berkendara sementara mesjid tua ini berada di pinggir desa dan tidak terurus.

Lanjut sang pengembara, “tentulah mesjid tua ini juga akan menjadi indah, jika keping-kepingan perak ini terkumpul sedikit demi sedikit dan digunakan untuk membangunnya. Terkadang kita lebih puas dengan milik orang lain sementara mengabaikan harta yang kita miliki. Terkadang kita puas dengan kesuksesan orang lain namun tidak mencari sukses kita sendiri.”

“Wahai puan dan tuan pemilik tanah ini. Peliharalah semua yang menjadi milik kalian, karena akan lebih mulia kesuksesan yang kalian terima ketika dibangun dari hasil jerih payah sendiri. Biar gubuk tapi hasil kesuksesan sendiri daripada puas menyaksikan hasil karya orang lain sementara milik sendiri terlantarkan.”

Mendengar lantunan gubahan sang pengembara, beberapa warga mulai menangis, bahkan perak yang tadinya hanya kepingan mulai bertambah dengan pundi-pundi bahkan kepingan emas.

Memang, kadangkala kita lupa bahwa apa yang kita miliki dapat dimaksimalkan untuk kesuksesan kita. Kita terbuai dengan rasa malas melihat kesuksesan orang lain. Padahal bisa jadi kemampuan kita lebih dari yang lain. Bisa saja para tukang yang membangun mesjid raja berasal dari negeri itu. Bisa saja material yang digunakan raja berasal dari negeri itu. Atau mungkin para pengukir, muadzin bahkan pengunjungnya kebanyakan warga negeri itu.

image

Kadangkala, terlalu banyak excuse untuk mencapai kesuksesan kita. Padahal, ketika kita melirik kebun tetangga, kita mungkin bisa lebih baik mengerjakannya dengan ide-ide kreatifitas kita.

Pengembara itu hanya bertindak kecil, tanpa excuse untuk sukses mempengaruhi warga menyumbang demi perbaikan mesjid. Tidak seberapa yang dia dapatkan, tapi merupakan bukti kongkrit dari apa yang diupayakannya.

image

Mari manfaatkan kemampuan yang kita miliki dan raih sukses kita!

#Renunganvie

Strategi Penjualan BOZ

Bagaimana seorang motivator hebat bisa sukses, padahal di balik kesuksesannya ada upaya licik untuk mengelabui para pengikutnya.

Alkisah ada seorang motivator yang luar biasa. Dia dikenal dengan sebutan BOZ singkatan dari Brahma Orsien Zein. Boz sering mengadakan prrsentasi-presentasi luar biasa yang mengajarkan para pengikutnya untuk cepat kaya.

image

Dengan kemampuannya beretorika, Boz acapkali tidak susah ketika merekrut orang-orang baru untuk masuk ke dalam timnya. Dia hanya menyebarkan panflet rencana seminarnya dan orang pun berduyung-duyung membayar kelas yang mahal demi mengikuti presentasinya.

Tanpa merasa canggung, datanglah peserta seminar ini di acara luar biasa yang diadakan Boz. Dengan kemampuan komunikasi persuasive tingkat tinggi, Boz mulai melahap para peserta satu-persatu. Dia mulai berbicara dengan usaha-usaha yang digelutinya dalam bidang real estate.

Lalu dengan lihai, di sela-sela retorikanya, Boz mulai menanyakan kepada peserta siapa-siapa yang ingin cepat kaya. Tentu saja, para peserta pun mengangkat tangannya. Lantas Boz menurunkan semangat peserta sebelum menaikkannya kembali dan meminta orang-orang yang betul-betul mau cepat kaya untuk berdiri dan maju ke depan untuk bersalaman dengannya.

Setelah peserta ini maju, Boz pun menyuruh mereka untuk berjalan ke arah para registrer-registrer cantik yang siap dengan kertas formulir dan pen. Merrka dengan ramah mulai mengambil data diri para peserta ini.

Dan ternyata para peserta ini pun diminta untuk menyerahkan sejumlah dana, yang menjadi biaya perjalanan mereka menuju suatu tempat untuk melihat unit real estate yang ‘dijual’ secara terselubung oleh Boz.

Tentu saja, secara tanpa disadari ke dalam alam pikiran para peserta itu, untuk menjadi kaya dan berpenghasilan besar, tentulah tidak sebanding dengan biaya yang mereka keluarkan saat itu. Apalagi ditambah dengan bumbu kata-kata bahwa ketika mereka tidak jadi berangkat, maka hanya dana transportasi yang dipotong, selebihnya akan dikembalikan.

Jika Anda berada ditempat itu, tentu Anda akan tergiur dengan pemahaman tentu tidak sebanding antara dana yang Anda keluarkan dengan unit yang Anda miliki.

Padahal, untuk sebuah unit real estate yang Anda sepakati, harus diselesaikan karena baru nilai indent yang Anda bayar sebelum unit selesai. Nah setelah unit selesai, Anda harus bekerjasama dengan pihak pengembang untuk memasarkan unit tersebut. Nah… taruhlah harga unit tersebut sebagai unit kosong, bagaimana denga unit yang dipasarkan lengkap dengan furniture. Tentu saja Anda harus mengeluarkan investasi yang cukup besar untuk seluruh furniture itu.

Nah, kira-kira berapa lama investasi Anda akan kembali? Jika harga unitnya tidak sebanding dengan yang Anda bayangkan?

image

Itulah teknik si Boz dalam mendapatkan nasabah baru.. secara lugas menjual ide dalam presentasinya tentang motivasi, namun sesungguhnya dia memasarkan bisnisnya kepada para peserta-peserta yang terbuai dengan kata-katanya.

So! Be aware terhadap hal-hal seperti. Cara Boz ini sudah mulai banyak diminati dan dilakukan oleh beberapa motivator. So be carefull….. jangan sampai berfikir mengeluarkan dana untuk keuntungan sebesarnya-besarnya, eh ternyata buntung di tengah jalan hehehehhee…

image

High Return High Risk. Sesuatu yang mudah datangnya kadangkala cepat juga hilangnya. Karena kita dapat menuai hasil yang kita tanam. So hati-hati…

#renungan vie

Sakit Itu Tidak Enak

Tidak pernah terbayang, betapa sulitnya hidup ini ketika kita sakit. Dan betapa bahagianya mendapatkan ucapan sekedarnya, “cepat sehat ya…”. Meskipun kadang kala kita merasa itu hanya di bibir saja.

Sehat itu memang luar biasa. Kita bisa beraktifitas seperti biasa. Bisa jalan sesuka hati, bisa bercengkerama dengan saudara maupun kawan. Bisa melakukan semua hobby.

Nah ketika sakit, semua menjadi tidak enak. Tidak enak makan, tidak enak baring, tidak bisa bekerja, tidak bisa main. Yang paling menjengkelkan adalah harus terbaring di tempat tidur sepanjang hari, syukur-syukur kalau tidak perlu masuk rumah sakit dan diinfus.

image

Seperti yang saya alami minggu lalu. Sungguh tidak menyenangkan. Selama 2 hari saya demam. Saya pikir hanya flu biasa. Tapi demam saya tidak turun-turun. Walhasil, di hari ke-3 saya pun memaksakan diri untuk ke rumah sakit Tebet yang dekat dengan mess.

Begitu tiba di rumah sakit. Sayapun menuju tempat registrasi yang ternyata sudah tutup. Akhirnya saya ke UGD dan langsung dipersilahkan istirahat di UGD.

Semakin tidak enaklah. Ada satu jam barulah saya diperiksa. Itupun setelah saya bertanya ke suster, kenapa saya belum diapa-apakan. Whuakakakakka setelah bicara barulah saya cerna kembali kata-kata saya… hehehehhe harusnya saya bertanya kenapa saya belum diperiksa… memangnya saya mau diapakan? Huakakakakka.

Jiah.. apa sudah tidak ada dokter lagi di rumah sakit ini? Sungguh miris, saya diperiksa oleh seorang dokter laki-laki yang “maaf” sudah uzur. Selayaknya dokter itu sudah tinggal di rumah, menikmati waktu bermain bersama cucu-cucunya. Tangannya sudah gemetaran, berbicarapun pelan dan terbata. Subhanallah…. Dok, jika saya putrimu, tidak akan kubiarkan kau tetap di rumah sakit. Sudah cukup pengabdianamu selama ini. Sudah saatnya kau beristirahat dan menikmati sisa-sisa usiamu bersama keluargamu.

Usai diperiksa, saya diminta untuk pemeriksaan lebih lanjut. Untuk itu saya pun mengambil air seni untuk pemeriksaan urine dan pengambilan darah. Dalam kondisi yang sangat lemah, akhirnya saya mengiyakan saja ketika suster meminta ijin untuk memasang infus neurolbine, penambah darah.

image

Sebenarnya saya sudah tergerak untuk opname, apalagi dokter sudah menyatakan bahwa saya terkena typus, namun miris karena pasien di sekitar saya terkenan penyakit Demam Berdarah. Saya jadi takut akan terjangkit sehingga memutuskan untuk pulang dan di rawat di rumah saudara.
Walhasil, terkaparlah saya selama 8 hari tidak bisa beraktifitas apapun. Bahkan makan pun harus di tempat tidur dengan demam tinggi disertai batuk.

Ya allah…. jauhkanlah sakit dariku dan orang-orang yang kusayangi.

#renunganvie

Valentine’s Day vs Kelud Mountain

Semua orang laiknya telah terlelap. Walau tetap saja sebagian kecil masih di jalanan mengais sejumput rejeki untuk dibawa pulang. Tidak ada panik, tidak ada teriakan orang berlarian seperti musibah-musibah lainnya. Semua tenang, meskipun perut bumi menyala dan bergeliat dalam selasar hitungan detik.

Ketika di belahan bumi lainnya, semua sibuk menyampaikan ungkapan kasih dalam bingkai coklat, bunga dan boneka teddy bear sebagai lambang cinta kasih, disisi barat Indonesia, duka bagai tak ada ujung. Belum hilang dari ingatan ketika gunung Sinabung menyisakan perih pada masyarakat di Sumatera Utara, banjir yang melanda ibukota Jakarta dan beberapa kota lainnya, kini meletusnya gunung Kelud menambah jejeran duka di bumi Indonesia.

Tak ada henti, derai air mata membasahi bumi pertiwi. Duka yang semakin menyayat hati.

Pun ku sapa kawan di timur Jawa, Malang dan Jogyakarta. Tak ada lagi ucapan Happy Valentine Day seperti waktu-wakyu sebelumnya. Hanya untaian doa semoga semua keluarga dan kerabat senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan.

image

Adik ipar yang sementara menanti kehadiran buah hati pertama di kota ibundanya di Jogyakarta pun mengisahkan duka. Betapa pekarangan rumah menjadi tertutup debu hingga 3 sentimeter. Kemana-mana harus mengenakan masker penutup hidung dan mulut. Terkadang debu masuk ke mata dan menyebabkan iritasi. Sungguh pemandangan yang mengenaskan bagi sebuah kota hijau.

Semoga semuanya baik-baik saja.

#renunganvie