DUTA LADA LUWU TIMUR

Istanbul Trip 4

Lada Indonesia yang mereka kenal adalah Lada Bangka. Percakapan pun berbuntut panjang dengan saya memperkenalkan Lada Luwu Timur di pasar Tradisional Eminönü. 😁

Kembali ke hotel

Malam mulai menyapa. Saatnya kembali ke hotel untuk beristirahat. Alhamdulillah, perjalanan hari ini mengajarkan banyak hal dan saya sangat bersyukur dengan perjalanan ini.

Teman-teman dari Izmir juga sudah tiba di Istanbul. Rencana mau keluar malam, tapi saya tidak jadi ikut, lebih memilih istirahat.

Saatnya Pamit

Saya bertemu teman-teman saat pagi. Saya menikmati sarapan terakhir di Istanbul, tentu saja dengan teh khas Turki dengan makanan sehat.

Kami di jemput staf KJRI Istanbul. Lalu diajak berkeliling kota dan singgah di tepi pantai Zeytinburnu Laut Marmara Istanbul. Laut ini memisahkan Turki Asia dan Turki Eropa.

Saat berpisah telah tiba dan Kami harus pamit. Terima kasih atas undangannya. Terima kasih atas jamuannya.. semoga kerjasama yang diharapkan dapat terwujud dalam pemanfaatan potensi lada luwu timur dan peluang pasar di Turki dan Eropa dapat menerima produk kami.

Menggunakan Ejtihad EY96 IST-AUH, EY470 AUH-SIN, EY8156 SIN-CGK kembali ke Indonesia dan ID6264 CGK-UPG kembali ke Makassar.

Wah… memang benar bahwa bandara Singapore merupakan bandara yang nyaman. Meskipun kami hanya transit, namun spot-spot foto tetap disiapkan pihak bandara Singapore. Sehingga menunggu tidak menjadi cerita yang membosankan.

Alhamdulillah, perjalanan ini pun selesai saat passport distempel kembali di imigrasi Bandara Soekarno Hatta. Tugas untuk memperkenalkan Lada Luwu Timur kepada para pengusaha Turki di Istanbul telah selesai dilaksanakan. Masih ada harapan semoga peluang pasar terbuka lebar untuk Lada Luwu Timur yang tentu saja menjadi peer bagi petani, pengusaha dan Pemerintah Daerah kabupaten Luwu Timur untuk meningkatkan kualitas dan menembus pasar Eropa.

– Malili 2019 –

DUTA LADA LUWU TIMUR

Istanbul Trip 3

Gemetar diri ini, tercekat kerongkongan dan aku kehabisan kata-kata saat melihat kiriman foto-foto dan video yang kuterima pagi itu. Serasa ingin terbang kembali ke Indonesia. Rumahku kebanjiran. Hanya sangup menangis dan membayangkan seperti apa nanti kondisinya saat pulang, karena masih butuh beberapa hari untuk tiba di Malili.Butuh waktu beberapa saat untuk bisa menenangkan diri, menimbang-nimbang apakah ingin tetap di kamar dan meratap ataukah melanjutkan rencana menikmati keindahan Istanbul Turki. Sampai akhirnya kuputuskan untuk melupakan sejenak kejadian di Indonesia karena aku juga tak dapat berbuat apa-apa selain pasrah.Selain itu, Icha, mahasiswa Turki asal Kalimantan, Indonesia yang rencananya akan menemaniku berkeliling hari ini telah tiba dan menungguku di Loby hotel. Akupun bergegas mempersiapkan diri.Sebelum kami berangkat, segelas cay, teh hitam asli Turki menjadi hidangan pertama sebelum kami meninggalkan hotel. Hari ini rencana berpetualang menggunakan kendaraan umum yang ada di Istanbul.Emirgan Korusu Festival TulipNaik kereta bawah tanah, itulah kesan pertama naik kendaraan umum di Istanbul yang kemudian dilanjutkan dengan naik bus menuju lokasi Festival Tulip. Saya masih beruntung karena hari ini adalah penutupan lokasi Festival Tulip di Istam. Setiap tahunnya Festival Tulip diadakan dari tanggal 1-30 April.Sesampainya di taman Emirgan tak henti-henti saya mengucap alhamdulillah berkesempatan menyaksikan indahnya festival bunga tulip ini. Belum lagi saat saya mendapat penjelasan bahwa festival tulip tahun ini menghadirkan 192 jenis tulip dengan jumlah 2,8 juta tanaman tulip seluruh taman, Mashaallah.Lelah berkeliling, kami menuju restaurant yang terletak bukit Emirgan. Wah.. sistemnya sekali bayar, makan sepuasnya.. hehhehe yuummyyyyy.. walhasil.. kamipun makan sepuasnya 🤣 suka suka sukaaaa… strawberrynya besar-besar, madunya masih yang ambil potong dengan sarangnya belum lagi aneka salad dan keju … wah… surga dunia deh.Setelah makan lanjutkan perjalanan ke Musium Aya Sophia, yang mana selama 916 tahun pernah digunakan sebagai gereja dan 482 tahun sebagai mesjid sebelum menjadi musium.Banyak hal yang membuatku terkagum-kagum di Museum ini. Pertama kali masuk, aku mendapat penjelasan bahwa di depan pintu gerbang terdapat cekungan di sisi kiri dan kanan. Yang mana merupakan tempat berpijak para pengawal sepanjang hari, yang meskipun bergantian tetap dipijakan yang sama sehingga tanahnya tenggelam.Lalu, begitu masuk ke dalam, terdapat simbol Islam dan Kristen pada langit-langit bangunan. Rupanya, ketika Utsmani dibawah kepemimpinan Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel, gereja utama Kristen Ortodoks ini lalu diubah menjadi mesjid. Namun berbagai lambang Kristen seperti lonceng, gambar dan mosaik yang menggambarkan Yesus, Maria, orang-orang Suci Kristen dan para malaikat hanya di tutup kemudian ditambahkan atribut keislaman, mihtab, mimbar dan empat menara. Sehingga ketika dibuka sebagai musrum semua peninggalan Konstantinopel maupun Utsmani masih bisa ditemukan di museum ini.Atraksi ice cream TurkiSelesai berkeliling museum Aya Sofya. Udara cerah membuat ingin mencoba ice cream Turki yang sangat terkenal dengan kejahilannya tarik ulur mempermainkan pembelinya dengan berbagai trik sebelum benar-benar menyerahkan es krim ke tangan pembeli. Dan akhirnya saya menemukan sebuah stand ice cream yang membuat saya ngakak karena pembelinya benar-benar marah karena dipermainkan.Yang membuat saya kagum adalah penjual ice crem melakukan beberapa atraksi dengan jungkir balik bahkan akrobatik mirip tukang sulap. Anehnya, itu ice cream tidak jatuh maupun meleleh. Dan akhirnya saya googling dan menemukan bahwa keunikan ice cream turki ini karena menggunakan susu kambing yang creamy, menggunakan akar anggrek lokal yang disebut salep sebagai pengental membuat tekstur ice cream turki ini super elastis. Selain itu, kejahilan mereka hanyalah strategi marketing karena memang ice cream harus ditarik-tarik dulu sebelum disajikan supaya lembut.Foto Booth SultanBerhubung saya berada di daerah turis, maka saya pun dengan mudah menemukan booth foto ala-ala sultan dan putri bangsawan Turki. Jeeee rupanya pakaian-pakaian itu sangat tebal dan berat hufft… tapi sungguh sangat layak dicoba. Jadilah kita foto ala-ala putri bangsawan Turki 😁Pasar tradisional EminönüPengen keliling lagi tapi sudah jelang sore dan tujuan utama saya belum tercapai, yakni melihat pasar tradisional. Akhirnya Icha membawa saya ke pasar tradisional Eminönü. Wah… bener-bener pasar yang tertata dengan harga murah dibandingkan Grand Bazaar yang terkenal dikalangan turis.Fokus pertama saya adalah ke bagian rempah-rempah. Berhubung perjalanan saya terkait dengan peluang dan potensi Lada Luwu Timur. Sayangnya, 6 penjual rempah yang saya temui, tak satupun mengenal Lada Luwu Timur. Lada Indonesia yang mereka kenal adalah Lada Bangka. Percakapan pun berbuntut panjang dengan saya memperkenalkan Lada Luwu Timur 😁To be continue to Istanbul Trip 4

DUTA LADA LUWU TIMUR

Istanbul Trip 2

Ada kejadian unik dalam pertemuan Forum Bisnis Indonesia-Turki. Saat diminta menyiapkan bahan presentasi, kami boleh memberikan materi dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Jadi karena sudah lama tidak menggunakan bahasa Inggris secara aktif, maka proses pengembalian memori pun saya lakukan, persiapan presentasi lah ceritannya.

Namun kejadiannya diluar rencana. Ternyata translator yang disiapkan KJRI justru tidak fasih berbahasa Inggris, sehingga saat menterjemahkan sambutan Bapak Konjen justru terbata-bata. Akhirnya Pak Henry Sudrajat, Konjen RI Istanbul melanjutkan sambutan dalam bahasa Indonesia dan terjemahannya pun menjadi lancar. Walhasil kami yang presentasi pun menggunakan bahasa Indonesia yang ditranslate ke Bahasa Turki dengan fasihnya.

Rombongan Lutim Terbagi

Setelah pertemuan bisnis selesai, maka saya pun harus berpisah dengan Pak Sakir dan Pak Ikbal. Berdua, mereka bersama Pak Toary dari Konjen RI melanjutkan perjalanan ke Ismir dengan jarak tempuh 6 jam, sehingga pihak konjen menyarankan untuk menggunakan kendaraan kecil supaya bisa pp. Berhubung kapasitas mercy hanya untuk 4 orang, saya pun tetap tinggal di Istanbul.

Saya pun berpindah dari Hotel Veyron ke Villa Blanche Hotel dan mendapatkan kamar vintage 😍

Semua ada hikmahnya koq. Berhubung saya tetap tinggal di Istanbul, maka Pak Hasan, staf KJRI Istanbul mengajak saya berjalan-jalan sore itu bersama pak Rapolo Hutabarat. Pertama-tama tujuan kami adalah ke Mesjid Sultan Ahmet, mesjid terbesar di Turki. Mesjid ini dibangun pada masa Kesultanan Utsmaniyah (1435-1923) yang juga dikenal dengan sebutan mesjid Biru larena interiornya dominan berwarna biru.

Saya pun tertarik dengan kerumunan orang di depan mesjid Biru. Setelah melihat ke lokasi itu, rupanya terhampar permadani tulip yang tersusun dari bunga tulip di depan mesjid Hagia Sophia.

Mesjid Biru berada dalam satu kawasan dengan Hagia Sophia atau aya sophia. Namun berhubung waktunya kasip, saya tidak sempat masuk ke dalam musium Aya Sophia. Saya hanya sempat berkeliling di sekitatnya, dan menikmati pemandangan bangunan-bangunan indah yang telah berdiri sejak abad 15 dan masih terjaga hingga saat ini.

Lalu kami melintasi selat Bosphorus Turki melalui terowongan Eurasia yang dalam bahasa turkinya disebut Avrasya Tüp Tüneli yakni terowongan jalan raya yang menghubungkan Kazliçeşme di Bagian Eropa dan Göztepe di bagian Asia dari Istanbul.

Keunikan tunnel ini adalah warna biru yang muncul di atapnya, yang menandakan bahwa kita persis di bawah air laut. Segala jenis pikiran muncul di kepalaki. Termasuk kekaguman akan kemampuan Turki untuk memungkinkan yang dulu pasti dianggap mustahil oleh sebagian orang.

Lalu kami menuju Yaman Ve Bahçeler Müdürlügü untuk menikmati sunset dengan pemandangan jembatan Bosphorus yang sangat terkenal sebagai penghubung antara benua Asia dan Eropa.

Malam menjelang dan kami diantarkan kembali ke hotel. Karena belum terlalu larut maka saya menyempatkan singgah di tepi kolam renang dan menikmati malam dengan kebab Turki.

Akh.. selesai sudah perjalanan hari ini. Mari beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk perjalanan besok.

To be continue… to Istanbul Trip 3

DUTA LADA LUWU TIMUR

Istanbul Trip 1

Berbekal undangan dari Konsulat Jendral Republik Indonesia untuk Turki, kami berangkat ke Turki. Awalnya undangan ini akan dihadiri Bupati Luwu Timur Muhammad Thorig Husler. Namun, adanya himbauan Menteri Dalam Negeri agar semua Kepala Daerah tidak keluar negeri 1-30 April 2019 terkait kondisi pra dan paska pemilu serta rangkaian Hari Jadi Luwu Timur ke-16, Bupati mengutus saya mendampingi 2 pedagang lada Luwu Timur yang akan berangkat ke Turki.

Sungguh saya beruntung, karena secara kedinasan, anggaran daerah perjalanan luar negeri hanya disiapkan untuk Bupati. Sementara staf seperti saya tidak dianggarkan untuk perjalanan dinas keluar negeri. Namun karena kebaikan hati kedua pedagang lada yakni pak Sakir (44) dan Ikbal (40) untuk membiayai keberangkatan saya, maka saya bisa menginjakkan kaki di Istanbul bersama mereka.

Insiden Tiket

Astaghfirullah, belum juga kami berangkat, masalah pertama kami hadapi. Nama di passport pak Sakir berbeda dengan nama di Visa dan Tiketnya. Jadinya Visa dan tiketnya harus diganti dengan membeli yang baru. Oughhh saya merasa sangat bersalah.. namun apa daya karena saya memesannya berdasarkan data yang diberikan. Walhasil, kami pun berangkat dengan pesawat yang berbeda, dan sedikit saja kami terlambat masuk ke imigrasi, kami bertiga bisa batal berangkat.

Kampungan

Meninggalkan Indonesia menuju Istanbul, kami menggunakan Etihad Airways dengan transit di Abu Dhabi. Pertama kalinya saya menaiki sebuah pesawat yang menyediakan akses wifi di dalam pesawat. Wow… dan saya menjadi sangat kampungan. Dengan penasaran saya pun membeli paket dan benar saja.. saya bisa online sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Abu Dhabi.

Sedih Tak Bertemu Hana

Cukup lama kami transit di Abu Dhabi. Akhirnya saya kontak Hana Al Ali, teman kuliah di Griffith University, Australia. Sayangnya tidak dapat bertemu. Karena kalau saya keluar bandara, maka saya harus mengambil Visa UAE dan Hana pun tidak memiliki akses untuk masuk ke Bandara. Sedihnya, cukup berkabar-kabar saja, padahal sudah berada di kotanya meski hanya beberapa jam saja.

Tiba di Turki

Alhamdulillah, meski badan terasa lelah, kami tiba di Turki dengan perasaan lega. Perbedaan waktu kedatangan dengan pak Sakir membuat kami menunggunya di bandara. Tapi tentu saja tidak menjemukan karena spot fotonya buanyakkk sekali hehehhee. Dan serasa orang penting banget, seperti tamu2 VIP wuish, kami dijemput staf protokol KJRI bernama Oki sehingga semua lancar-lancar saja. Orangnya ceria jadi banyak menjelaskan sepanjang perjalanan menuju kantor Konjen RI Istanbul.

Beda Hotel

Begitu kami tiba di hotel Villa Blanche di belakang KJRI, ternyata bookingan untuk kami tidak terbaca menjadi tantangan lagi. Hanya ada satu kamar dengan 2 tempat tidur yang siap. Jadilah Pak Sakir dan Pak Ikbal yang check in, sedangkan saya harus pisah hotel dan diantarkan ke Hotel Veyron.

Hotelnya tidak begitu jauh, tapi tetap harus berkendaraan untuk sampai kesana. Hotelnya unik, namun pegawainya sedikit kurang ramah. Saya diberikan kamar di lantai 7 sedangkan lift hanya sampai lantai 6. Terpaksa naik tangga untuk ke kamar saya. Tapi begitu tiba di kamar, WOW, kamarnya luar biasa megah 😁.

Makan malam di L’event

Kami hanya diberi waktu setengah jam untuk bersih-bersih karena ada welcome dinner dengan pak Toary di L’event. Wah.. senangnya bisa merasakan salmon Istanbul, bahan boleh sama… namun rasa sangat beda. Kami juga bertemu dengan beberapa tamu dari Indonesia yang dijamu oleh Konsulat Jenderal Indonesia untuk Turki.

Pertemuan Bisnis

Paginya, aku dijemput di hotel dan menuju skyline lounge Mövenpick Hotel Istanbul guna mengikuti Forum Bisnis Indonesia-Istanbul. FBII ini dibuka secara resmi oleh Henry Sudrajat, Konjen RI Istanbul bersama Ketua Dewan Bisnis Turki-Indonesia (DEIK) Ilhan Erdal.

Kehadiran saya di Forum Bisnis ini mewakili Bupati Luwu Timur untuk memaparkan presentasi tentang potensi dan peluang pengembangan dan pemasaran Lada Luwu Timur. Saya hadir bersama 2 pengusaha lada Luwu Timur.

Selain saya, pemateri lainnya adalah Rapolo Hutabarat, Ketua Umum Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) sekaligus mewakili Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia yang berbicara tentang potensi pengembangan Kelapa Sawit Indonesia.

Ada kejadian unik dalam pertemuan ini. Saat diminta menyiapkan bahan presentasi, kami boleh memberikan materi dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris…

To be continue… to Istanbul Trip 2

Reference link :

https://kemlu.go.id/portal/lc/read/238/berita/forum-bisnis-indonesia-turki-buka-peluang-ekspor-lada-dan-produk-kimia-turunan-kelapa-sawit-indonesia

https://www.beritasatu.com/ekonomi/552718/turki-jajaki-impor-lada-dan-kimia-dari-indonesia

Bazaar Ugik 2018

Rasa haru dan bangga ketika melihat warga asing lain senang dan antusias mencoba mengenakan pakaian tradisional kita. Itulah yang kami rasakan ketika baju bodo dan jas tutup khas Luwu Sulawesi Selatan Indonesia tidak hanya dipamerkan tapi juga dikenakan oleh warga negara asing di Singapore.

Kesempatan ini didapatkan di Bazar Ugik, Bugis Festival di Malay Heritage Centre (MHC) Kampong Glam Singapore pada Sabtu 14 April 2018. Festival ini dilaksanakan Bugis Melayu Society Singapore bekerja sama dengan Malay Heritage Centre, Kedatuan Luwu, Kerajaan Riau Lingga dan Persatuan Pencak Silat Sendeng Ritz Singapore.

Sesungguhnya, hampir saja perjalanan ini batal karena izin cuti keluar last minutes hehhehe. Alhamdulillah, semua berjalan sesuai rencana bahkan dengan beberapa perubahan yang sangat membahagiakan. Yang mana berdasarkan Surat Tugas Datu Luwu XL Nomor 01/ST/KDL-PLP/IV/2018 maka ibu Hartawati Andi Djelling Opu Odeng dan penulis bertindak mewakili Kedatuan Luwu dan disponsori oleh CV Mario Putra Tana Manai Jakarta.

Selain kami berdua, turut hadir dari Indonesia, Ketua Umum Kerukunan Keluarga Tana Luwu (KKTL) Dr. dr. Andi Arus Viktor, SpM(K) dan Nuhudawi Andi Affan Naja Opu Ireng, juga istri dari Gubernur Kepulauan Riau, Noorlizah Nurdin dan rombongan dari Batam dan Tanjung Pinang.

Pukul 8 pagi, kami memulai persiapan penataan stand bazaar di halaman Malay Heritage Centre. Dari Stand Kedatuan Luwu, kami memajang pakaian tradisional bugis dengan aneka model dan warna baju bodo lengkap dengan aksesorisnya, jas tutup untuk laki-laki, makanan ringan seperti jipang dan baruasa, serta pisang epek dengan rasa original dan durian.

Menjenguk ke stand sebelah, ada stand dari perkumpulan pencak silat Singapore, aneka makanan khas Bugis seperti kapurung, lawa, coto pangkal pinang, ayam lekku dan masih banyak lagi buah tangan dari Kepulauan Riau disamping pameran baju bodo, lalu ada stand dari Bugis Melayu Society singapore dan kelas memasak kue Bugis yakni metode pembuatan barongko dan sanggara balanda.

Selain itu ada sajian tari-tarian diantaranya tari Pakarena Bugis, Zapin Melayu, Tari Pagellu Toraja, ada pula peragaan pakaian pengantin Bugis dan tabuhan gendang.

Ini adalah pengalaman pertama kami melakukan pameran di luar Indonesia, sehingga semua terasa excited dan penuh rasa ingin tahu – curiosity. Namun kami memiliki pemandu yang cantik dan baik hati Haslinna Jaaman yang senantiasa memberikan penjelasan sehingga kami tidak terlalu kaku dalam kegiatan itu.

Walhasil, kami merasa senang ketika rombongan wisatawan Eropa berkunjung ke stand kami. Mereka mencoba pisang epek bahkan menggunakan baju bodo dan jas tutup. Bahkan sempat membuat heboh, seorang bloger asal Mexico Edgar mendadak menjadi pusat perhatian dengan menggunakan jas tutup warna hijau. Dengan gayanya yang lucu dan mengundang perhatian, Edgar “diserbu” untuk berfoto bahkan dipanggil Datuk Museng 😂😂. Frankly said, he is so charming.

Pameran ditutup dengan hujan dan insiden kecil yang membuat Ibu Noorlizah Nurdin sangat terluka. Dia menumpahkan isi hatinya melalui media sosial miliknya.

Namun demikian, semoga insiden ini menjadi koreksi bersama. Teringat pepatah dimana langit dipijak disitu langit dijunjung. Terkadang, kekurangan informasi menyebabkan keputusan yang kita ambil menjadi sepihak dan tidak mengindahkan pihak lain sehingga terkesan individualistik. Apalagi sampai menyinggung tetamu yang hadir.

Salam budaya 🙏🙏🙏

Kerja Sambil Jokka

Dapat perintah kerjaan saat jadwal sosial padat itu rasanya gimanaaa gitu. Sedih, penat, bahagia, semua bersatu rasa nano-nano.

Gimana tidak, H-1 prosesi inti Luwu Royal Wedding, harus berangkat ke Makassar lanjut ke Padang. Andaikata bisa memilih, pengennya sih setelah acara selesai baru berangkat. Tapi yang namanya kerjaan, dikerjakan jadi duit, dilepas jadi kehilangan duit. Semoga duit tidak menjadi Tuhan bagiku. 😆😆

Tapi ternyata sedihku berubah menjadi senyum lebar, saat aku melihat foto-foto kesuksesan Pernikahan Putri Paduka datu Luwu, Andi Kartika Mackulau dan Ahmad Thayyib di group pernikahan Ngka juga pada wall teman-teman di facebook. Alhamdulillah…

image

Kemeriahan Pesta Pernikahaan Putri Paduka Datu Luwu, Andi Kartika Mackulau juga dihadiri Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ibu Ani Yudhoyono, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, Raja2 se Nusantara dan sulsel, nampak hadir Somba Gowa Andi Maddusila, dan kerabat Tana Luwu di dalam dan luar negeri dari berbagai kalangan.

                   *   *   *   *   *

Syukur alhamdulillah juga kurasakan karena hasil pertemuan sangat baik dengan penandatanganan kontrak sesuai kesepakatan mufakat. Yeiii, meskipun melewati diskusi yang alot. ;););)

Menikmati perjalanan juga membawa kehabagiaan. Apalagi, bisa menikmati buah durian dengan teknik yang berbeda. Di kampungku, makan durian hanya buahnya saja. Di Padang, buah durian dimakan dengan ketan, baik itu ketan putih dengan bentuk nasi biasa seperti yang aku coba di Ganting Padang.

Sedikit berbeda saat aku makan durian di Kota Baru Padang Panjang. Karena ketan putihnya dimasak di dalam bambu yang kalau dikampungku disebut “pa’peong”. Setelah jadi peong, maka durian dimakan dengan peong yang dicelup ke dalam tapai ketan hitam.

image

Meskipun beberapa kali tertimpa bencana Gempa, Padang tetap bersinar. Pertama kali aku ke Padang setelah Gempa Padang 2009. Saat itu aku mendapat tugas menyampaikan hasil donasi masyarakat Sorowako dan digunakan untuk membangun sebuah puskesmas plus di kabupaten Agam.

Memang banyak sekali perbaikan yang telah dilakukan di Padang. Bahkan banyak bangunan-bangunan baru didirikan. Kebanyakan merupakan museum. Aku sempat berkunjung ke pantai Padang, Tugu Merpati Perdamaian, museum Gempa Padang 2009 yang terletak di Museum Adityawarman,Tugu Gempa Padang 2009, Museum Rumah kelahiran bung Hatta Wakil Presiden Indonesia Pertama

image

Selain itu, keindahan alam juga terukir dengan banyaknya tujuan-tujuan wisata yang telah ditata dengan baik, seperti pantai Padang, Air terjun Lembah Anai, Janjang Seribu Great Wall of Koto Gadang, atau Tangga seribu yang sering disebut tembok Cinanya Sumbar, juga ada Lobang Jepang, Jam Gadang Bukit Tinggi, Danau Singkarak, Lembah Hijau Green Canyon ala Sumatera Barat (Sumbar), Benteng Fort de Cock yang menjadi bukti sejarah jejak Perang Paderi. Juga terlihat pada Istano Basa Pagaruyung, Kota Batusangkar.

image

Akh… masih banyak tempat yang belum sempat ku kunjungi sedangkan waktu kembali ke Jakarta telah tiba. Puskesmas Agam yang juga ingin kukunjungi juga tidak cukup waktu.
Tapi perjalanan 2 hari kemarin sungguh meninggalkan kesan yang luar biasa.

image

Yang penting.. dah berpose laiknya Bundo Kanduang dengan pakaian gadis minang. Luar biasa…

la_vie

Istana Alam Shah

Pagi yang redup. Akhirnya perpisahan itu menjadi kalimat terakhir dari semua kondisi. Meski berat, namun tak kuasa menahan apa yang telah menjadi tekadmu. Perjalananku masih panjang, dan kalian memilih tak bersamaku. Berat, namun senyum itu masih mau menjadi temanku. Maafkan aku.

Sedikit tergesa, karena hati tidak menyatu dengan akalku. Tapi keputusan telah diambil, dan konsekuensinya aku tetap harus bergerak. Untung Abang Romazi tetap berendah hati memaklumatkan kami untuk bersegera. Tibalah kami di Istana Alam Shah. Hari ini adalah hari terakhir sebelum kami bertolak kembali ke tanah air Indonesia, namun kami telah diundang untuk melihat-lihat Istana Alam Shah yang luar biasa megah. Setiba di Istana, kami disambut Pengku Yang Berhormat Dato’ Dr. H. Ahmad Yunus bin Hairi, Pengerusi Jawatan Kuasa Tetap Hal Ehwal Agama Islam, Adat Melayu dan Warisan, Pembangunan Desa dan Kampung Tradisi merangkap Pengerusi Perbadanan Adat Melayu dan Warisan Negeri Selangor serta pejabat tinggi Dewan Di-Raja Kesultanan Selangor lainnya.

IMG_7186

Sebelum melanjutkan program melancong di Istana, kami diminta mencicipi aneka jenis sarapan pagi. Hmmm, saya pun mengambil mie goreng, setelah mencicipi, sedikit rasa penasaran dengan mie goreng yang enak sekali, saya pun bertanya pada seorang pelayan. dan tadaaaa, ternyata kami dijamu menu khusus istana, oalah… senangnya. Lalu pelayan itu meminta saya membalik piring yang kami gunakan, dan disitu tertulis bahwa tepian piring adalah emas 24K huaaaaa dan mata saya terbelalak.. akh.. sayang sekali penyakit kleptomania tidak pernah saya miliki, padahal ingin rasanya memasukkan piring itu ke dalam tas bersama sendok garpu yang terbuat dari perak itu hahahha. tapi untungnya tidak saya lakukan, barangkali saya tidak bisa kembali ke Indonesia dan mendekam di balik jeruji istana hehehhe takut akh…

20160518_103819

Usai sarapan, kami lalu diajak oleh Penghulu Dalam Istana En. Abdul Kadir Sapuan untuk berkeliling istana. Beliau menjelaskan bahwa tempat kami dijamu sarapan disebut Balai Tengah. Lalu kami diajak masuk ke Anjung Seri. Di situ kami melihat seperangkat Gamelan  yang dipesan khusus ke Indonesia oleh Sultan Shah Alam guna pertunjukan di istana. Setelah beberapa saat, kami diajak melihat Balai Santapan Diraja. Balai Santapan Diraja ini merupakan ruang makan yang sangat besar untuk menjamu tamu-tamu kehormatan istana dalam pesta besar. Uniknya, seluruh tamu dipersilahkan makan mengikuti Sultan, tidak boleh terlambat. Jika Sultan selesai makan, maka semua sajian akan ditarik kembali oleh para pelayan. Kebayang deh kalau seperti saya yang suka menunda-nunda karena suka mengambil gambar, bisa-bisa tidak sempat makan deh hahaha.

Setelah itu, kami menuju Balai Tetamu, dimana Sultan khusus menerima tamu. lalu kami diajak melihat Balai Menghadap, yang merupakan ruang pribadi Sultan. Berhubung tidak semua tempat bisa digunakan untuk mengambil gambar, maka, di istana Sultan telah disediakan Balai Bergambar, dimana tersedia logo Kesultanan besar dan kita bisa berfoto di depannya. Setelah itu, kami diajak ke Balai Nobat Diraja dan Balai Rongsi. Kami tidak diperkenankan mengambil gambar di Balai Nobat Diraja, saya pikir lebih pada keamanannya saja, karena di dalam ruangan itu benar-benar bermandikan emas, hehehhe.

IMG_7320

Tour masih berlanjut ketika kami diajak melihat Balai Pengampunan Negeri, ruangan yang diperuntukkan untuk para wakil-wakil masyarakat untuk membicarakan suatu masalah hukum sebelum Sultan mengambil keputusan terakhir, semisal pengampunan. Lalu kami diajak masuk ke Balai Dewan Di Raja sebelum kembali ke Balai Tengah.

Setelah berpamitan, kami diajak melihat Mesjid Sultan, dan tetap membuat saya terkagum-kagum. hehehe, baru pertama kali saya melihat sebuah mesjid yang tidak terlalu besar, tetapi menggunakan eskalator hehehe, kampunganku di’!! tapi itu belum seberapa, memasuki ruang mesjid, saya melihat sebuah kipas tanpa putaran, hanya lingkaran kipas saja tetapi memberikan hawa sejuk. itu belum seberapa lagi, ketika kami diajak melihat ruang pemandian jenazah, disitu telah tersedia sehelai kain penutup keranda yang telah dipersiapkan sejak tahun 2011 seharga RM 45.000 atau setara dengan Rp. 150jt Wowwwww tak terasa air mataku menetes, sungguh tak tau harus berkata apa.

Tapi ternyata kekagumanku tidak bisa berhenti disitu. kami lalu diajak melihat Royal Automobile Gallery Sultan Selangor. Berhubung Sultan Selangor, Duli Yang Maha Mulia Sultan Sharafuddin Idris Shah Alhaj ibni Almarhum Sultan Abdul Aziz Shah Alhaj adalah pencinta automotive. Suatu kehormatan bagi kami, karena Galeri ini tertutup untuk umum dan yang biasa diajak melihat galeri ini hanya kawan-kawan Sultan saja. cieeee….

IMG_7331

Sekali lagi, hanya kekaguman yang bisa terucap. 48 koleksi mobil mewah, 7 Harley Davidson, 9 motor gede dan berbagai jenis transportasi darat serta aksesoris lainnya. yang saya pikirkan ketika melihat semuanya bersih, mengkilat bahkan sangat cantik adalah, bagaimana membersihkannya?? hahahahha Tapi saya suka, ada beberapa perjalanan road trip Sultan yang didokumentasikan dengan baik. baik petanya, rutenya, sampai foto-foto dan detail kendaraan  yang digunakan. Luar biasa sekali.

Akh.. rasanya tidak ingin menginggalkan galery itu hahahha.. sudah terlanjur cinta, namun kami harus pergi. dan tour pun berakhir. kembali ke kehidupan nyata, bahwa kami harus mengurus imigrasi dan meninggalkan Kesultanan Selangor menuju Kuala Lumpur dan kembali ke Jakarta. Namun yang pasti, ikatan kekerabatan itu telah terjalin. Datu Luwu XL telah membuka jalan bagi semua garis keturunan Melayu Bugis (Luwu) untuk menyatukan hati, dan menjadi penting sekali untuk menguntai kembali manik-manik yang terserak sehingga kembali menjadi kalung yang indah dalam naungan Pajung Luwu.

Terima kasih tak terhingga kepada Opu Andi Idhanursanty yang telah menjadi sponsor perjalanan Muhibah Kedatuan Luwu 2016, juga kepada Prof. Dr. Andi Ima Kesuma, keluarga besar Kerukunan Keluarga Tana Luwu, Excite Indonesia Group Sinar Mas, Kompas, Republika, Ida El Bahra Art Management dan Sekretariat Festival Tana Luwu 2017. Semoga perjalanan Muhibah Kedatuan Luwu 2016 memberikan manfaat bagi kita semua, insyaallah. Aamiin yra.

 

Kita adalah Sama

Muhibah Kedatuan Luwu Day – 4

Hari ini kami meninggalkan Johor menuju Selangor. Masih di negara yang bertag line Malaysia Truly Asia. Di perjalanan, benakku melayang pada kisah Opu Daeng Lima. Lima bersaudara digelar dengan nama 5 Opu Daeng, bangsawan tinggi Kerajaan Luwu’, sekarang disebut Palopo, di Sulawesi Selatan. Ke 5 Opu Daeng adalah: Opu Daeng Parani, Opu Daeng Marewa, Opu Daeng Manambung, Opu Daeng Cellak, dan Opu Daeng Kamase.

IMG_7057

Merekam jejak perjalanan kami, sejak meninggalkan Jakarta menuju Batam, Tanjung Pinang, Pulau Penyengat, Singapore dan sekarang di Malaysia, membuatku menghayal, andai saja Kedatuan Luwu itu tetap berdiri dengan tegak, tanpa perpecahan tentu kemuliaan itu tetap menjadi kebanggaannya. Namun, ibarat sebuah kalung manik-manik, yang telah disimpul dengan seutas benang merah, maka dispora yang tercerai berai itu tentu dapat disatukan kembali menjadi bingkai yang indah, dengan ciri khasnya masig-masing. Semakin faham lah saya dengan tujuan Datu Luwu XL, Andi Maradang Mackulau Opu To Bau mengajak rombongan menjalin silaturahmi ke kerajaan-kerajaan kerabat di semenanjung Melayu.

Terlambat perjalanan menuju Selangor, sungguh terasa letih bagi yang tidak menikmatinya. Lelah pun terasa lebih saat hati diselimuti rasa angkuh dengan keterbatasan yang tersaji. Karena itu pula, perpecahan dan perpisahan menjadi jawaban. Mereka berjalan dengan kepongahannya, kami berjalan dalam batas-batas yang telah ditetapkan.

Cukup padat jadwal yang disajikan di hari ke-4 Muhibah Kedatuan Luwu ini. Dimulai dengan ziarah ke Makam Diraja Sultan Selangor Pertama, Sultan Salehuddin (Raja Lumu) ibni Alm. Opu Daeng Chelak (1766 – 1782).

IMG_7104

Usai Ziarah, kami menuju lokasi Diskusi sejarah yang mengambil tema Sejarah Hubungan Kesultanan Selangor dan Kedatuan Luwu. Dimana Prof Andi Ima Kesuma memberikan materi dengan judul Sejarah Kerajaan Luwu dan Perkembangannya. Dipanel dengan Mohamad Romazi Nordin dengan judul materi Retrospektif Legasi Bugis Berdaulat dan Sejarah Pentadbiran Mukim di Selangor.

Hanya sedikit waktu yang diberikan untuk bersalin pakaian. Kami meneruskan perjalanan kurang lebih 2 jam menuju Shah Alam, tempat pertemuan Keluarga Persatuan Melayu Bugis Selangor dalam bingkai Malam Citra Budaya Melayu Bugis Selangor – Luwu 2016. Malam Citra ini diadakan bersama Perbadanan Adat Melayu dan Warisan Negara Selangor, bertempat di Dewan Raja Lumu Muzium Sultan Alam Shah.

 

Sungguh luar biasa malam Citra Budaya Melayu Bugis Selangor – Luwu 2016 ini. Rombongan Datu Luwu XL dijamu dengan aneka hidangan yang lezat juga tampilan dari budaya-budaya Bugis yang telah terpadu padan dengan kebudayaan Melayu. Kami disajikan tarian dan lagu-lagu persembahan Kebudayaan dari Persatuan Melayu Bugis Selangor, PADAT dan dari rombongan Kedatuan Luwu.

“Kita adalah bersaudara, kita adalah sama, perbedaan hanya ada pada sistem di tempat kita masing-masing. Namun darah kita sama, kita satu keturunan, maka kita harus saling menjaga dan kemuliaan Tana Luwu adalah Pajung,” tegas Datu Luwu XL mengakhiri sambutannya malam itu.

Kunjungan Balasan Ke Johor

Muhibah Kedatauan Luwu Day-3

Gaduh, begitu aku membahasakan apa yang kami alami semalaman. Rasa tak nyaman, lapar, emosi yang membuncah di dalam dada. Entah telah berapa kali aku pergi bersama rombongan, baru kali inilah aku merasakan ketidaknyamanan yang menyebabkan lidah menjadi kelu dan berucappun terasa linu. Akh, andai hari itu dapat kuputar, kuingin bahagia itu menjadi temanku.

“Kita di negeri orang, bersabarlah! Semua itu ujian” pintaku pada hatiku yang sedang gundah. Entah berapa banyak istighfar terucap dari bibirku, dari relung batinku yang paling dalam. Entah berapa banyak doa dan al fatihah yang aku bacakan kiranya dada sesak ini dapat merongga. Namun kenyataan membawaku pada sebuah asa, bahwa kita jalan bersama, kita melangkah bersama, telah kita mulai sebuah perjalanan, dan akan kita akhiri bersama, layar telah terkembang, pantang surut kita ke tepian, hingga marwah menjadi jawaban.

Jemputan telah tiba, kami semua bergerak menuju pusat Singapore. Hari ini hari ketiga perjalanan muhibah kami. Kami diberikan waktu untuk berpose di bersama pokem Singapura sebelum berlanjut ke Johor. Walhasil, entah berapa kutipan kami ambil, terkenang masa kamera menggunakan roll film, tentu tidak akan ada ribuan gambar yang akan terekam, karena kami akan sangat hati-hati memilah moment  yang akan diabadikan.

13226916_802524623182614_97983903769115893_n

Belum puas rasanya. Namun perjalanan harus dilanjutkan. sehingga kami pun berangkat. Perjalanan Singapore-Johor ditempuh cukup jauh, apalagi kami harus berhenti sejenak melalui imigrasi keluar dari Singapura dan masuk ke Malaysia. Pengalaman yang unik tentunya, karena ketika keluar Singapura, kami hanya diminta membawa passport. jadi teringat saat kami masuk kemarin hahaha, kali ini tidak banyak pertanyaan, hanya stempel dan pergi. Tapi begitu kami masuk imigrasi Malaysia, mesti batenteng koper pula hehehe, untuk naik lift dan eskalator. coba tidak, huaaaa, mana tahan…

Setelah melalui segala proses imigrasi, akhirnya kami melanjutkan perjalanan dan tidak sedikit siang di Johor. Sedikit bernafas lega, kami ada waktu sejenak untuk meluruskan badan, sebelum kami harus bersiap-siap menuju tempat pertemuan berikutnya.

Hahaha, rupayanya travel yang menjemput kami tidak mengetahui lokasi kediaman pribadi Dato Seri Tengku Baha Ismail di Batu Pahat. walhasil, bukannya tiba di kediaman, kami justru masuk ke perkebunan sawit, kebayang deh kalau ada orang kampung yang bertemu kami, lengkap dengan pakaian adat dan penari hahahah.

20160516_212556

Sudah cukup malam kami tiba di kediaman Dato Baha Ismail dari Perhimpunan Waris Opu Daeng Lima. Namun penuh semangat beliau menjemput kami. Luar biasa penyambutan yang kami terima. Kami disambut pencak silat Melayu Dari Kumpulan Dato Nazri Waris Megat SriRama (Waris Laksamana Bintan).

13254555_10204586098132436_2780552673257307525_n

Sebelum jamuan makan malam, kami dihantarkan melihat ruangan pertemuan Dato Baha Ismail, yang penuh dengan beragam cinderamata. Namun sedikit terkejut, ternyata yang menyambut dan melayani kami, adalah puter-puteri Dato Baha Ismail sendiri, bukan pelayan pada umumnya. Subhanallah…

13255923_802057336562676_9153491801696177343_n

Dalam perjamuan itu, Dato Seri Tengku Baha Ismail memberikan penghargaan atas kunjungan balasan Datu Luwu XL, Andi Maradang Mackulau Opu To Bau bersama Permaisuri, Opu Balirante Profesor Andi Ima Kesuma Opu Da Teriawaru II dan rombongan lainnya. Dan tentu saja kami pun senang, karena kami dapat menikmati jamuan santap malam dengan perasaan gembira, karena tuan rumah pun senang.

 

 

 

 

 

 

Penyengat yang Menyengat

Muhibah Kedatuan Luwu Day – 2

Kondisi capek dan excited bercampur baur, sungguh tak ingin membuka mata. Namun karena kawan-kawan sekamar yang cantik-cantik ini telah bangun dan bersiap-siap, akhirnya akupun mengangkat badan dan membasuh diri. Hari ini, kunjungan kedua kami di Kepulauan Riau. Rencananya kami akan naik Ferry ke Pulau Penyengat lalu kembali ke Tanjung Pinang dan berganti Ferry menuju Singapura. Pulau Penyengat merupakan pulau yang berjarak sekitar 6 kilometer di seberang kota Tanjung Pinang, ibu kota Kepulauan Riau.

Inilah jembatan yang menjemput kami di Pulau Penyengat. Sungguh cantik, dengan perpaduan Hijau dan Kuning. Sudah menanti keluarga besar Zuriat dan Kerabat Kerajaan Riau Lingga yang kemudian menghantar kami ziarah ke Makam Almarhum Raja Haji Fisabilillah serta kerabat Kerajaan Riau Lingga.

20160515_072452

Makam yang kami kunjungi berada dalam sebuah kompleks. Mula-mula rombongan diarahkan ke makam Raja Hamidah (Engku Puteri), Permaisuri Sultan Mahmud Shah III Raiu Lingga (1760-1812). Usai memanjatkan doa, kami pun mendengarkan penjelasan bahwasanya Raja Hamidah adalah istri dari Sultan Mahmud di abad ke-18. Pulau Penyengat ini adalah mas kawin pernikahan mereka. akh.. kisah cinta yang luar biasa. Pikiran saya pun melayang membayangkan prosesi ijab Qobul pernikahan mereka, Sultan Mahmud menyebutkan:

“Saya terima nikah dan kawinnya Engku Putri Raja Hamidah binti Raja Haji Fisabilillah, dengan mas kawin sebuah pulau beserta isinya dibayar tunai…”

 

Subhanallah… hehehe… meski romantisme kisah cinta Raja Hamidah dan Sultan Mahmud Shah III lebih mengisi benakku, namun kisah lain tentang pulau penyengat ini pun sempat membuatku sedikit berhati-hati dalam melangkah. konon, pulau ini adalah pulau persinggahan untuk mengambil air tawar, hingga kemudian seorang saudagar tersengat binatang (sejenis lebah) sehingga rakyat menyebutnya pulau Penyengat, meski Belanda menjulukinya Pulau Indera dan Pulau Mars, yang kemudian dirangkai menjadi Pulau Penyengat Inderasakti.

Kami juga berkesempatan berziarah ke makam Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad, yang merupakan pujangga kerajaan. Raja Ali Haji yang merupakan keturunan kedua (cucu dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda IV dari Kesultanan Riau Lingga,  terkenal sebagai pencatat dasar-dasar tata bahasa melayu dalam buku Pedoman Bahasa yang menjadi dasar Bahasa Indonesia.Selain itu, Raja Ali Haji juga terkenal dengan mahakaryanya, Gurindam Dua Belas (1847) yang merupakan Kitab Pengetahuan Bahasa berisi syai-syair dalam sejarah Melayu. juga terkenal dengan bukunya berjudul Tuhfat al-Nafis (Bingkisan Berharga, tentang Sejarah melayu). dan masih banyak makam lainnya dalam kompleks itu.

 

img1463280449308

Usai ziarah makam, kami diajak mengunjungi Mesjid Raya Sultan Riau. memasuki pelataran mesjid ini, saya benar-benar terpukau. Langit yang biru dengan jejeran awan putih seakan tersenyum menyaksikan rombongan yang menapaki satu demi satu anak tangga menuju mesjid. cukup tinggi sih heheheh. tapi sungguh luar biasa. Hal yang saya perhatikan adalah betapa nilai-nilai sejarah itu tetap terpelihara, baik oleh masyarakat setempat, maupun oleh pemerintah setempat. terbayang perbedaannya dengan kampungku hehehe.

Tidak kalah kagum, ketika kami dipersilahkan memasuki bangunan mesjid yang konon, dibutuhkan telur berkapal-kapal untuk mendirikan masjid ini. Campuran putih telur dipakai untuk memperkuat dinding kubah, menara, dan bagian lainnya. Sedangkan kuning telurnya dipakai untuk mewarnai dinding dan kubah. Masjid ini didirikan oleh Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdul Rahmanyang berdiri pada 1 Syawal 1249 Hijriah atau 1832 Masehi. Berukuran 54,4 x 32,2 meter, dengan bangunan induk 29,3 x 19,5 meter, masjid ini disangga empat tiang dan 17 kubah, sesuai dengan jumlah rakaat shalat wajib dalam sehari semalam.

Subhanallah.. kami diperbolehkan melihat sebuah mushaf Al-Qur’an yang ditulis tangan oleh Abdurrahman Istambul, putra Riau yang dikirim belajar ke Turki pada tahun 1867 sebelum kami dijamu pada dua buah rumah sotoh di pelataran mesjid, yang biasa digunakan sebagai tempat singgah bagi para musafir dan juga tempat bermusyawarah.

Sayang kami tak dapat berlama-lama, karena perjalanan harus diteruskan. namun kesempatan yang singkat itu, sungguh memberikan pelajaran berharga bagi kami semua. terutama, pertalian kekerabatan antara Luwu dan Riau Lingga yang tak lekang oleh zaman.

20160515_104536

Menempuh perjalanan menggunakan Ferry, akhirnya kami tiba di Tana Merah Singapore. Sedikit lelah, namun karena ibu-ibu ini tetap bersemangat, kami pun tak mau kalah.

20160515_120856img1463352537304

Sedikit terhambat kami di Imigrasi Singapore. Ada yang baru masuk, sehingga memperlihatkan KTP dan Passportnya, dimana ada perbedaan huruf antara nama di KTP dan Passport. Namun yang paling lama pengurusannya adalah Pusaka Kerajaan Tana Luwu tidak dapat masuk ke Singapore karena tidak dilengkapi beberapa dokumen. Wah, ini menjadi pelajaran berharga untuk kita semua, Imigrasi Singapore sangat peka terhadap benda-benda tajam, meskipun itu adalah benda Pusaka. Meskipun pada akhirnya,  ada isyarat tak terucap yang menyebabkan benda pusaka itu tidak bisa mendampingi tuannya melanjutkan perjalanan. hiiii.. ngeri-ngeri sedap…. 😀

Keterlambatan dalam urusan imigrasi inilah, yang membuat perubahan dalam jadwal ketat yang harus kami ikuti. walhasil, kami harus melakukan tindakan-tindakan darurat sipil hahahahah, syukurnya, kami tetap dapat diterima dengan baik oleh Istana Kampong Glam Singapore.

FB_IMG_1463676312708

“Datu Luwu senantiasa berjalan di bawah naungan lellung yakni tenda atau payung kehormatan sebagai ciri Kedatuan Luwu. Selanjutnya, sebagai rangkaian perjamuan, sejumlah tari-tarian pun dihadirkan. Di antaranya Tari Pajjaga Makkunrai, Anak Dara Sulessana, Sumpunglolo Bugis Melayu. Rombongan penari sebanyak enam orang ini diusung langsung dari Makassar serta didampingi dua penabuh gendang dan satu peniup terompet,” tulis mba Ina, wartawan Republika yang turut serta dalam rombongan Kedatuan Luwu.

Rombongan Kedatuan Luwu pun diterima oleh Tengku Shawal Tengku Aziz di Istana Kampong Glam, Usai melakukan kirab, kami dijamu dengan atraksi silat dan menyaksikan Sumpah Arok yang dilakukan oleh Datu Luwu XL dan Tengku Shawal Tengku Aziz atau Sitanjeng (persaudaraan) dalam bahasa Bugis. Suasana sore itu menjadi begitu sakral dan memberikan getaran yang saya sendiri tidak bisa memahaminya. Datu Luwu XL, Andi Maradang Mackulau Opu To Bau menjelaskan, “Itu adalah simbol bahwa dua kerajaan besar yang saling ikrar untuk tidak saling menyerang dan ikrar bahwa mereka adalah bersaudara.”

Seiring dengan itu, Tengku Shawal menjelaskan bahwa Sumpah Arok ini adalah yang pertama kali dilakukan di Istana Singapore. Karena sebelumnya, sumpah yang dilakukan masih dalam konteks kerajaan Melayu. Sumpah ini pertama kali dilakukan tahun 1720 – 1722 oleh Raja Sulaiman (anak bendahara Tun Abdul Jalil) yang “bersekutu” dengan bangsawan Bugis (Opu-Opu Bugis (Luwu) Lima Bersaudara) untuk merebut kembali kekuasaan Johor Riau atas Raja Kecil dan sering dilakukan kembali…untuk mempererat hubungan Melayu dan Bugis..sehingga tahun 1812..  saat Belanda dan Inggris mulai menguasai daerah Asia Tenggara, termasuk Melayu dan Indonesia.

FB_IMG_1463676378243

“Saya sebagai keturuan ke 10 langsung dari Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah, bermaksud melanjutkan kembali ikatan persaudaraan Melayu Bugis (Luwu) bersama Datu Luwu XL,” tegas Tengku Shawal Tengku Aziz.

FB_IMG_1463676397460

Sungguh indah tali ikatan kekerabatan yang terjalin antara Kedatuan Luwu dan Keturunan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah yang juga bergelar Raja Sulaiman (Sultan Kesultanan Riau Johor Pahang) di Singapura. Semoga harapan dan cita-cita Datu Luwu XL, Andi Maradang Mackulau Opu To Bau untuk menguntai kembali diaspora Kerajaan Luwu mendapatkan ijin, ridha dan kehendakNya, Aamiin ya rabbil alaamiin….