Hunting Lights

Baru saja kembali dari perjalanan panjang, long weekend melintasi tiga propinsi, libur Natal mulai menyapa… Akhhhhh plan berburu kuda pun menjadi pilihan.

Namun pertemuan siang itu di MNC Tower, membuyarkan harapan untuk berkuda minggu ini. Berhubung kami memutuskan untuk menghitung detik2 menjelang tahun baru di luar Jakarta, maka perjalanan minggu ini harus di posponed atau ditunda a.k.a hemat budget heheehehhe. 

Jadilah kita kembali menghabiskan malam dengan hunting lights di beberapa spot di Jakarta. Ga pake duit tebal-tebal koq.. dijamin gretongan hehehhe … Nah, buat kamu yang tertarik untuk kegiatan ini, berikut spot-spot unik yang patut kamu coba dan hasilnya wow luar biasa shower with sparkling lights

1. Lippo Kemang Village (Kemvil)

Spot Pertama, di patung Sinterklas sebelum masuk area Kemvil. 

Spot Kedua, Lampu-lampu bundar di tengah jalur kendaraan Kemvil.

Spot Ketiga, pelataran panggung.

Spot Keempat, Ornamen Christmas di dalam Lippo Mall Kemvil.

Spot kelima, bundaran Kemvil

Spot Keenam, Ornamen berlatar gedung Kemang Village Resident.

Spot Keenam, Bus Stop Kemvil

Spot ketujuh, di taman belakang patung rusa Kemvil

2. Lokasi di bawah jembatan layang flyover Antasari 

3. Monas

4. Ancol

Spot pertama di tulisan Welcome to Ancol

Spot kedua ikut di barisan pengguna trompah

Spot ketiga di bola-bola panjat

Spot keempat di bundaran utama Ancol

Spot kelima, di bawah batang pohon kelapa dengan warna-warna pelangi

Spot keenam, bola-bola berwarna

Spot ketujuh, taman lampu

Bener-bener cantik kan yakkk… Tentu saja lampu-lampunya hehehehe.

So… Always try to find your happiness, karena ga selamanya bahagia itu saat kamu punya duit banyak… Lihat saja disekitar kalian, banyak koq hal-hal unik yang membuat senyum merekah lebar 😍😍😍 seperti yang kami lakukan saat berkeliling Jakarta.

Selamat hunting yaaa… N don’t forget to tag me when you find a new spot yaaaaa


#viestory

Al Quran untuk Semua Makhluk

​Dari penjelasan berbagai ayat Al Quran dan hadits, terdapat macam orang alim atau ulama yang mengharuskan kita berhati-hati dalam menuntut ilmu agama. Dan sesuai dengan Qs 4:59 kalau kita menjumpai berbagai macam ulama maka kita diharuskan kembali pada Allah atau Rasulullah 
Firman Allah SWT :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْ ۚ  فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَـوْمِ الْاٰخِرِ   ؕ  ذٰ لِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(QS. An-Nisa’: Ayat 59)
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَاكَمُوْۤا اِلَى الطَّاغُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْۤا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ   ؕ  وَيُرِيْدُ الشَّيْـطٰنُ اَنْ يُّضِلَّهُمْ ضَلٰلًاۢ بَعِيْدًا

“Tidaklah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Tagut (manusia, selain hukum Allah), padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.”(QS. An-Nisa’: Ayat 60)
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوْلِ رَاَيْتَ الْمُنٰفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًا  

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,” (niscaya) engkau (Muhammad) melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu.”(QS. An-Nisa’: Ayat 61)
Al Quran itu diturunkan Allah bukan diperuntukkan bagi orang Islam saja, tapi bagi semua manusia, bahkan bagi seluruh alam.
 Firman Allah SWT :

هٰذَا  بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَّمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ

“Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Ali ‘Imran: Ayat 138)
اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰٮهُمُ اقْتَدِهْ    ؕ  قُلْ لَّاۤ اَسْـئَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا   ؕ  اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٰى لِلْعٰلَمِيْنَ

“Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an).” Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam.”(QS. Al-An’am: Ayat 90)
تَبٰـرَكَ الَّذِيْ نَزَّلَ الْـفُرْقَانَ عَلٰى عَبْدِهٖ لِيَكُوْنَ لِلْعٰلَمِيْنَ نَذِيْرَا  

“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia),”(QS. Al-Furqan: Ayat 1)
اِنْ  هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعٰلَمِيْنَ

“(Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh alam.”(QS. Sad: Ayat 87)
Jadi adalah keliru kalau Al Quran diturunkan hanya untuk segolongan manusia. Allah Tuhannya seluruh mahluk, Nabi Muhammad juga nabinya seluruh alam, begitu juga Al Quran. Jadi siapapun orang berhak membaca dan memahami Al Quran.
Astaghfirullahadzim…
Sumber: Kajian DIIAN

Mericaku Sayang Hutanku Malang

Pengumuman bahwa pesawat akan segera mendarat di Sorowako, menghentikan pembicaraan kami. Kawan yang duduk disebelahku memang berbagi kisah denganku sepanjang perjalanan. Pun membuat perjalanan terasa singkat. 

Sejenak aku melongokkan kepala ke jendela dan sungguh terperanjat menyaksikan hutan yang semakin gundul bergantikan tiang-tiang penyangga merica. Namun semakin miris, hutan gundul itu tepat di tepi danau Matano, yang sementara digadang-gadang menjadi danau warisan dunia dengan segala keunikannya.

Road to Morowali, Sulawesi Tengah

Usai singgah sebentar di rumah, aku melanjutkan perjalanan menuju Morowali, Sulawesi Tengah. Namun, aku sempatkan singgah menyapa kawan-kawan SMP ku yang tengah arisan di rumah salah satu kawan. 

Setelah itu perjalanan kulanjutkan, menggunakan raft, menyebrangi danau Matano dari desa Sorowako menuju desa Nuha, kedua desa masih dalam lingkungan kecamatan Nuha, kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Sepanjang perjalanan, keindahan pemandangan danau sungguh terganggu dengan hutan yang gundul. Belum pemandangan pabrik yang terpampang, lahan pertambangan yang kecoklatan mengkilat sesekali terpantul sinar matahari. Dan tentu saja pemandangan batang-batang kayu bakal tempat melekatkan tanaman merica yang menjadi pencaharian baru masyarakat di kampungku.

Namun pemandangan batang-batang merica tidak hanya sampai disitu. Pun begitu tiba di Nuha, pemandangan itu terpampang dengan indahnya. Sepanjang perjalanan, hingga ke kebun karet, rupanya, merica telah mendominasi. 

Tapi satu hal yang aku suka setiap melintasi jalan antar provinsi ini, adalah saat melewati perkebunan karet. Meskipun aku tak begitu suka dengan baunya heheheh, tetapi keunikan kemiringan batang-batang karet sungguh mengagumkan. Walhasil, kebiasaan selfie pun kembali hehehhe.

Menghabiskan dua hari di Morowali, mengganti pemandanganku dari Merica ke Sawit dan tambang nikel. Memasuki kota bungku, pemandangan sawit menjadi sajian utama di mata. Setelah melewati ibukota kabupaten bungku dengan beberapa desa di pesisir pantai Bungku, pemandangan berubah dengan kendaraan-kendaraan berat dari perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Morowali.

Oleh pemandu setempat, aku bahkan memperoleh cerita rakyat tentang Bukit Mateantina yang artinya adalah rela mati demi seorang perempuan. Bukit ini terletak di Desa Kolono, Bungku Timur. Matea = tempat mati dan Tina = perempuan. Alkisah, dahulu kala di puncak bukit itu ditinggali oleh seorang puteri cantik yang membuat sayembara untuk pernikahannya. Datanglah laki-laki dari berbagai penjuru angin berusaha memenangkan sayembara mendapatkan puteri jelita itu. Namun musibah terjadi saat mereka saling membunuh untuk mencapai sang puteri. Saat pangeran terakhir akhirnya bisa mencapai sang puteri dalam keadaan berdarah-darah usai pertarungan, pangeran itu pun meninggal di pangkuan sang puteri dan menimbulkan kesedihan. Sang puteri pun menjatuhkan dirinya dari atas bukit karena janji sehidup semati dengan lelaki yang menyentuhnya. Di sisi bukit yang hanya ditumbuhu ilalang itulah tempat pertarungan dan jatuhnya sang puteri, dan hanya ditumbuhi rerumputan saja, seakan pohon enggan bertumbuh di atasnya. Bukit itu pun diberi nama Meteantina, sebagai pengabadian cerita rakyat itu. 

Aku juga sempat mengunjungi Kolonedale, ibukota kabupaten Morowali Utara, yang merupakan pemekaran dari Morowali. Aku selalu suka berkunjung ke kota ini, karena pemandangan laut yang sangat indah saat kita memasuki kota kolonedale. Hanya sayangnya, kota ini tidak berkembang pesat laiknya kota Bungku. Dan di kota ini, masyarakat masih hidup dari hasil laut, pelabuhan dan pertambangan nikel.

Menikmati Suasana Kantor

Usai perjalanan ke Morowali, aku kembali ke Sorowako dan masuk kantor dengan perjalanan PP Sorowako-Malili setiap hari. Perjalanan berjarak 60km yang berkelok-kelok itu ditempuh kurang lebih 40-45 menit dengan mobil. Dan kembali lagi, pemadangan merica menjadi sajian di beberapa titik-titik perjalanan. 

Pulang dari kantor, aku juga menyempatkan mengunjungi kebun Bapak, yang sudah ditanami merica. Subhanallah, yang sebelumnya, menjadi pertanyaan besar dalam hatiku, mengapa warga masyarakat rela menggunduli hutan, ternyata terjawab saat aku merasakan bulir-bulir merica yang aku petik di kebun Bapakku. Aku ikut berdiskusi dengan warga yang sedang berkumpul dan membicarakan tentang harga pupuk dan harga jual merica. Sungguh harga yang fantastis bagi seorang petani yang menghabiskan hari-harinya, merawat tanaman merica itu laiknya seorang bayi yang bertumbuh. 

Aku menyadari rasa yang membuncah dari seorang warga yang membuka lahan hutan untuk bertanam merica. Dia menceritakan kerumitan saat berkejar-kejaran dengan polisi hutan, saat hutan terbakar dengan dahsyatnya. Lalu saat api telah padam, dia kembali untuk membersihkan lahan itu, memasang tiang-tiang penyangga merica, lalu mencari bibit. 

Menanam bibit merica juga tidaklah semudah yang aku bayangkan. Bibit baru itu harus ditanam di tanah gembur yang telah dicampur pupuk. setelah ditanam, bibit itu harus dinaungi karena tidak boleh terkena terik matahari langsung dengan tingkat kelembaban yang harus dijaga. Belum lagi, sekelilingnya harus bersih dari rerumputan liar. Bahkan cerita beberapa petani merica, bagi yang berduit, malah membeli popok hanya untuk menadah air di sekitar bibit baru sehingga kelembaban tanah terjaga. Hehehehe…

Akupun merasakan rasa bahagia ketika menemukan lada-lada yang telah memerah, sebagaimana mereka yang setiap pagi dan sore memetik lada-lada yang telah matang. 
Road to Routa, Sulawesi Tenggara

Mendapat informasi bahwa Professor Kathryn Robinson bertolak dari Kendari ke Routa membuatku ingin bertemu dengannya. Miss Kathy, panggilannya, adalah peneliti antropologi dari Australia National University  yang melakukan penelitian kondisi masyarakat Sorowako di sekitar pertambangan nikel di Sorowako sejak tahun 1970-an. 

Bersama Mardiani Pandego, kami pun melakukan perjalanan si Bolang menuju Routa. Bertolak dari pelabuhan Timampu, kecamatan Towuti, Luwu Timur menggunakan raft melintasi danau Towuti menuju desa Lengkobale. Kurang lebih 2 jam perjalanan air yang kami lalui, memberikanku kesempatan berdiskusi dengan penumpang yang ada. 

Subhanallah, rupanya penumpang di atas raft itu kebanyakan baru saja kembali dari menjual hasil merica mereka dan membeli barang-barang keperluan rumah tangga. Ada yang membeli mobil hilux baru, motor baru, ada yang membeli televisi, kipas angin dan banyak peralatan dan keperluan dapur lainnya. 

Ternyata, kondisi tepian danau Towuti tidak jauh berbeda dengan tepian danau Matano. Banyak lahan-lahan hutan yang telah gundul dan berganti dengan tiang-tiang penyangga merica. Hampir sama kondisi di tepian danau Matano

Miris, namun menyaksikan sendiri si kecil Rian berlari memeluk televisi yang dibawa ayahnya, lalu berteriak kegirangan sambil berteriak “ada TVku, ada TV baruku”, sungguh trenyuh. 

Tiga tahun lalu, pertama kali menginjakkan kaki ke Routa, kampung ini sangat terpencil. Saat ini, kampung ini tetap terpencil dari ibukota kabupaten Konawe, namun dengan merica, kampung ini menjadi berbeda. Bahkan satu orang pemilik kebun, bisa memiliki hingga 12 ribu batang merica, yang artinya di lahan seluas 6 hektar.

Kalau di kampung lain, pagi dan sore ramai anak sekolahan yang terlihat, namun di kampung Routa ini, anak sekolahan terlihat hanya saat gurunya datang mengajar. Selebihnya, justru yang ramai adalah para petani merica saat pagi berangkat ke kebun dan kembali di sore hari. 

Sungguh mericaku sayang hutanku malang. Sepanjang kampung Routa, meskipun rumahnya masih berbadan kayu dan biasa-biasa saja, namun motor saja bisa 3-5 tergantung penghuni rumah. Dan semua dari hasil merica meninggalkan fungsi hutan sebagai penyerap air danauku.

Yaaaaa.. libur sudah selesai… Meskipun perjalanan ke Routa tidak sempat bertemu Miss Kathy, perjalanan mengelilingi tiga provinsi harus selesai. Menyisakan kisah mericaku sayang hutanku malang. Berharap, masyarakat tetap bijak mengelola hutan dengan memelihara lingkungan meskipun keuntungan merica sangat menggiurkan. Namun jika hutan tetap terjaga, maka danau pun akan terjaga dan kehidupan masa depan generasi kedepan juga akan terjaga.

Kerjakan yang Diperintahkan

بَلْ هُوَ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ فِيْ صُدُوْرِ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ  ؕ  وَمَا يَجْحَدُ بِاٰيٰتِنَاۤ اِلَّا الظّٰلِمُوْنَ
“Sebenarnya, (Al-Qur’an) itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.”

(QS. Al-‘Ankabut: Ayat 49)
اِتَّبِعُوْا مَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوْا مِنْ دُوْنِهٖۤ اَوْلِيَآءَ    ؕ  قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”

(QS. Al-A’raf: Ayat 3)
وَلْتَكُنْ  مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ  عَنِ الْمُنْكَرِ  ؕ  وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

(QS. Ali ‘Imran: Ayat 104)
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ  نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ  لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

(QS. At-Tahrim: Ayat 6)
وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاحْذَرُوْا  ۚ  فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْۤا اَنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ

“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat) dengan jelas.”

(QS. Al-Ma’idah: Ayat 92)
Disadur dari Kajian DIIAN