Muhibah Kedatuan Luwu Day – 4
Hari ini kami meninggalkan Johor menuju Selangor. Masih di negara yang bertag line Malaysia Truly Asia. Di perjalanan, benakku melayang pada kisah Opu Daeng Lima. Lima bersaudara digelar dengan nama 5 Opu Daeng, bangsawan tinggi Kerajaan Luwu’, sekarang disebut Palopo, di Sulawesi Selatan. Ke 5 Opu Daeng adalah: Opu Daeng Parani, Opu Daeng Marewa, Opu Daeng Manambung, Opu Daeng Cellak, dan Opu Daeng Kamase.
Merekam jejak perjalanan kami, sejak meninggalkan Jakarta menuju Batam, Tanjung Pinang, Pulau Penyengat, Singapore dan sekarang di Malaysia, membuatku menghayal, andai saja Kedatuan Luwu itu tetap berdiri dengan tegak, tanpa perpecahan tentu kemuliaan itu tetap menjadi kebanggaannya. Namun, ibarat sebuah kalung manik-manik, yang telah disimpul dengan seutas benang merah, maka dispora yang tercerai berai itu tentu dapat disatukan kembali menjadi bingkai yang indah, dengan ciri khasnya masig-masing. Semakin faham lah saya dengan tujuan Datu Luwu XL, Andi Maradang Mackulau Opu To Bau mengajak rombongan menjalin silaturahmi ke kerajaan-kerajaan kerabat di semenanjung Melayu.
Terlambat perjalanan menuju Selangor, sungguh terasa letih bagi yang tidak menikmatinya. Lelah pun terasa lebih saat hati diselimuti rasa angkuh dengan keterbatasan yang tersaji. Karena itu pula, perpecahan dan perpisahan menjadi jawaban. Mereka berjalan dengan kepongahannya, kami berjalan dalam batas-batas yang telah ditetapkan.
Cukup padat jadwal yang disajikan di hari ke-4 Muhibah Kedatuan Luwu ini. Dimulai dengan ziarah ke Makam Diraja Sultan Selangor Pertama, Sultan Salehuddin (Raja Lumu) ibni Alm. Opu Daeng Chelak (1766 – 1782).
Usai Ziarah, kami menuju lokasi Diskusi sejarah yang mengambil tema Sejarah Hubungan Kesultanan Selangor dan Kedatuan Luwu. Dimana Prof Andi Ima Kesuma memberikan materi dengan judul Sejarah Kerajaan Luwu dan Perkembangannya. Dipanel dengan Mohamad Romazi Nordin dengan judul materi Retrospektif Legasi Bugis Berdaulat dan Sejarah Pentadbiran Mukim di Selangor.
Hanya sedikit waktu yang diberikan untuk bersalin pakaian. Kami meneruskan perjalanan kurang lebih 2 jam menuju Shah Alam, tempat pertemuan Keluarga Persatuan Melayu Bugis Selangor dalam bingkai Malam Citra Budaya Melayu Bugis Selangor – Luwu 2016. Malam Citra ini diadakan bersama Perbadanan Adat Melayu dan Warisan Negara Selangor, bertempat di Dewan Raja Lumu Muzium Sultan Alam Shah.
Sungguh luar biasa malam Citra Budaya Melayu Bugis Selangor – Luwu 2016 ini. Rombongan Datu Luwu XL dijamu dengan aneka hidangan yang lezat juga tampilan dari budaya-budaya Bugis yang telah terpadu padan dengan kebudayaan Melayu. Kami disajikan tarian dan lagu-lagu persembahan Kebudayaan dari Persatuan Melayu Bugis Selangor, PADAT dan dari rombongan Kedatuan Luwu.
“Kita adalah bersaudara, kita adalah sama, perbedaan hanya ada pada sistem di tempat kita masing-masing. Namun darah kita sama, kita satu keturunan, maka kita harus saling menjaga dan kemuliaan Tana Luwu adalah Pajung,” tegas Datu Luwu XL mengakhiri sambutannya malam itu.