YOUNG DIPLOMATS @AMERICA

Senang rasanya bisa berada di tengah-tengah semangat muda, jadi teringat masa-masa ketika awal kuliah, dengan segala informasi baru yang membentuk gagasan-gagasan baru. Apalagi mendengarkan kisah-kisah seru para diplomat muda yang di panel dalam acara Young Diplomats Behind The Scenes bertempat di @america Pacifik Place, Jakarta, Jumat (2/3).

Kegiatan ini diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dengan menghadirkan para pembicara perwakilan dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Dimas Muhammad, para ambassador dari Kedutaan Amerika Maxwell Harington, Kedutaan Perancis Quentin Biehler, Kedutaan Cina Yin Siyan, Kedutaan Afrika Selatan Tafula Shai dan Kedutaan Australia Scott Bradford.

Masing-masing ambassador memiliki keunikan terkait proses perekrutan mereka sebagai diplomat. Namun secara umum, dimulai dari proses lamaran kerja, mengikuti tes, melalui tahapan wawancara, pengecekan referensi, pemeriksaan kesehatan hingga program internship di awal karir sebagai diplomat muda.

Versi Yin Sian, diplomat China, para Diplomat ini secara umum bekerja mewakili kedutaan masing-masing untuk 1. Mengurus keperluan warga negaranya di negara tempat diplomat itu ditugaskan, 2. Mengurus warga asing yang ingin berkunjung di negara asal para diplomat, 3. Mengurus kasus-kasus yang melibatkan warga negaranya, 4. Membina hubungan yang baik dengan negara penempatan dan 5. Untuk mempromosikan negara asal mereka.

Foto bersama Diplomat Cina Yin Siyan

Selain itu, beberapa hal yang menjadi tantangan downtown para ambassador di negara penempatan mereka antara lain 1. Jauh dari rumah, keluarga dan teman-teman 2. Keluarga yang ikut pindah tapi pasangan tidak boleh bekerja yang profesional seperti di negara asal seperti yang disampaikan Quentin, sedang Dimas menceritakan beda pendapatan saat tugas di dalam indonesia dan ketika ditugaskan di negara lain 😁.

Foto bersama Quentin Biehler, diplomat Perancis

Banyak stereotype diberikan kepada para diplomat, bahwa mereka kerjanya pesta, berjabat tangan, foto-foto, namun dibalik itu masyarakat tidak tahu bahwa ada pekerjaan-pekerjaan analisis yang membutuhkan kejelian dan konsentrasi yang tinggi.” Jelas Dimas Muhammad, diplomat muda yang saat ini menjadi interpreter Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Foto bersama Dimas Muhammad Diplomat Indonesia

Bukan hanya terhadap tugas dan tanggung jawab mereka, juga terkait negara tempat mereka ditempatkan seperti Indonesia. Scott, diplomat Australia misalnya menjadikan Indonesia sebagai pilihan pertama penempatan tugas diplomasi. Dan dia sangat senang ketika pilihannya menjadi kenyataan. Karena dia suka Indonesia.

Foto bersama Scott Bradford, diplomat Australia

Beda dengan Maxwell, diplomat asal Amerika. Ketika pertama tiba di Indonesia. Sepanjang jalan menuju kediamannya, dia nenyaksikan gedung-gedung menjulang di sepanjang jalan. Padahal infonya, Indonesia adalah negara kecil dan sedang membangun. Hal lain yang menarik perhatiannya adalah mesjid tersebar dimana-mana, tidak seperti di Amerika. Dan yang paling berkesan ketika dia mengikuti Festival Keraton Nusantara di Cirebon tahun 2017, pertama kalinya dia melihat raja-raja dengan pakaian kebesaran masing-masing dan berkumpul dengan adat budaya yang santun yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya.

Foto bersama Maxwell Harington diplomat asal USA

Sayang tidak sempat foto bersama Diplomat Afrika Selatan Tafula Shai karena meninggalkan lokasi acara lebih awal. Tapi secara keseluruhan Tafula menyampaikan bahwa menjadi diplomat itu fun. “Meskipun terjadi ketidaksepahaman secara formal kenegaraan, namun sesama diplomat harus menjaga komunikasi yang baik, karena disitulah indahnya diplomasi,” jelasnya.

Secara umum, untuk menjadi seorang diplomat, kompetensi dasar sangat dibutuhkan, namun yang paling penting adalah keinginan untuk terus belajar baik itu isu internasional, budaya internasional, bahasa dan be yourself.

Setiap orang punya keunikan masing-masing. Gali potensimu, kembangkan dirimu. Karena kesuksesanmu adalah pilihanmu – Sulvi Suardi, Pacific Place, Jakarta, 02032018

Where diplomacys is more than what meets your eyes – FPCIndo