Istanbul Trip 3
Gemetar diri ini, tercekat kerongkongan dan aku kehabisan kata-kata saat melihat kiriman foto-foto dan video yang kuterima pagi itu. Serasa ingin terbang kembali ke Indonesia. Rumahku kebanjiran. Hanya sangup menangis dan membayangkan seperti apa nanti kondisinya saat pulang, karena masih butuh beberapa hari untuk tiba di Malili.Butuh waktu beberapa saat untuk bisa menenangkan diri, menimbang-nimbang apakah ingin tetap di kamar dan meratap ataukah melanjutkan rencana menikmati keindahan Istanbul Turki. Sampai akhirnya kuputuskan untuk melupakan sejenak kejadian di Indonesia karena aku juga tak dapat berbuat apa-apa selain pasrah.Selain itu, Icha, mahasiswa Turki asal Kalimantan, Indonesia yang rencananya akan menemaniku berkeliling hari ini telah tiba dan menungguku di Loby hotel. Akupun bergegas mempersiapkan diri.
Sebelum kami berangkat, segelas cay, teh hitam asli Turki menjadi hidangan pertama sebelum kami meninggalkan hotel. Hari ini rencana berpetualang menggunakan kendaraan umum yang ada di Istanbul.Emirgan Korusu Festival TulipNaik kereta bawah tanah, itulah kesan pertama naik kendaraan umum di Istanbul yang kemudian dilanjutkan dengan naik bus menuju lokasi Festival Tulip. Saya masih beruntung karena hari ini adalah penutupan lokasi Festival Tulip di Istam. Setiap tahunnya Festival Tulip diadakan dari tanggal 1-30 April.
Sesampainya di taman Emirgan tak henti-henti saya mengucap alhamdulillah berkesempatan menyaksikan indahnya festival bunga tulip ini. Belum lagi saat saya mendapat penjelasan bahwa festival tulip tahun ini menghadirkan 192 jenis tulip dengan jumlah 2,8 juta tanaman tulip seluruh taman, Mashaallah.
Lelah berkeliling, kami menuju restaurant yang terletak bukit Emirgan. Wah.. sistemnya sekali bayar, makan sepuasnya.. hehhehe yuummyyyyy.. walhasil.. kamipun makan sepuasnya 🤣 suka suka sukaaaa… strawberrynya besar-besar, madunya masih yang ambil potong dengan sarangnya belum lagi aneka salad dan keju … wah… surga dunia deh.
Setelah makan lanjutkan perjalanan ke Musium Aya Sophia, yang mana selama 916 tahun pernah digunakan sebagai gereja dan 482 tahun sebagai mesjid sebelum menjadi musium.
Banyak hal yang membuatku terkagum-kagum di Museum ini. Pertama kali masuk, aku mendapat penjelasan bahwa di depan pintu gerbang terdapat cekungan di sisi kiri dan kanan. Yang mana merupakan tempat berpijak para pengawal sepanjang hari, yang meskipun bergantian tetap dipijakan yang sama sehingga tanahnya tenggelam.
Lalu, begitu masuk ke dalam, terdapat simbol Islam dan Kristen pada langit-langit bangunan. Rupanya, ketika Utsmani dibawah kepemimpinan Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel, gereja utama Kristen Ortodoks ini lalu diubah menjadi mesjid. Namun berbagai lambang Kristen seperti lonceng, gambar dan mosaik yang menggambarkan Yesus, Maria, orang-orang Suci Kristen dan para malaikat hanya di tutup kemudian ditambahkan atribut keislaman, mihtab, mimbar dan empat menara. Sehingga ketika dibuka sebagai musrum semua peninggalan Konstantinopel maupun Utsmani masih bisa ditemukan di museum ini.
Atraksi ice cream TurkiSelesai berkeliling museum Aya Sofya. Udara cerah membuat ingin mencoba ice cream Turki yang sangat terkenal dengan kejahilannya tarik ulur mempermainkan pembelinya dengan berbagai trik sebelum benar-benar menyerahkan es krim ke tangan pembeli. Dan akhirnya saya menemukan sebuah stand ice cream yang membuat saya ngakak karena pembelinya benar-benar marah karena dipermainkan.
Yang membuat saya kagum adalah penjual ice crem melakukan beberapa atraksi dengan jungkir balik bahkan akrobatik mirip tukang sulap. Anehnya, itu ice cream tidak jatuh maupun meleleh. Dan akhirnya saya googling dan menemukan bahwa keunikan ice cream turki ini karena menggunakan susu kambing yang creamy, menggunakan akar anggrek lokal yang disebut salep sebagai pengental membuat tekstur ice cream turki ini super elastis. Selain itu, kejahilan mereka hanyalah strategi marketing karena memang ice cream harus ditarik-tarik dulu sebelum disajikan supaya lembut.
Foto Booth SultanBerhubung saya berada di daerah turis, maka saya pun dengan mudah menemukan booth foto ala-ala sultan dan putri bangsawan Turki. Jeeee rupanya pakaian-pakaian itu sangat tebal dan berat hufft… tapi sungguh sangat layak dicoba. Jadilah kita foto ala-ala putri bangsawan Turki 😁
Pasar tradisional EminönüPengen keliling lagi tapi sudah jelang sore dan tujuan utama saya belum tercapai, yakni melihat pasar tradisional. Akhirnya Icha membawa saya ke pasar tradisional Eminönü. Wah… bener-bener pasar yang tertata dengan harga murah dibandingkan Grand Bazaar yang terkenal dikalangan turis.
Fokus pertama saya adalah ke bagian rempah-rempah. Berhubung perjalanan saya terkait dengan peluang dan potensi Lada Luwu Timur. Sayangnya, 6 penjual rempah yang saya temui, tak satupun mengenal Lada Luwu Timur. Lada Indonesia yang mereka kenal adalah Lada Bangka. Percakapan pun berbuntut panjang dengan saya memperkenalkan Lada Luwu Timur 😁
To be continue to Istanbul Trip 4