
Day 47 – LA PANANRANG
Aku selalu percaya, kalau niat baik, inshaallah akan diberikan petunjuk. Sesungguhnya Allah SWT yang mengatur seluruh cerita kehidupan yang kita alami. Setelah melalui beberapa waktu, akhirnya aku mendapatkan jawaban tentang bullyan dan perdebatan yang cukup menyesakkan dada.
Sebenarnya jengah juga karena seolah-olah aku salah, memberikan nama Tanjung Husler. Padahal penjelasanku dari awal, bahwa kesana di ajak untuk mengambil gambar, dan nama itulah yang disebutkan padaku. Eh, rupanya menjadi bahan bullyan padahal maksudku menceritakan kecantikan Tanjung itu, lengkap dengan beberapa foto lokasi dan foto-foto yang menampakkan suasana liburan disana.
Akhirnya, aku mendapat penjelasan lengkap dari Pembina lingkungan kanda Madras Ambasong tentang kerancuan nama tanjung yang disebutkan. Ini bermula ketika almarhum Thorig Husler, yang saat itu adalah Bupati Luwu Timur menyelam dan menikmati keindahan alam disana, kemudian berseloroh dan meminta pendapat bagaimana jika namanya disematkan pada Tanjung kecil di ujung Pelabuhan Waru-Waru. “besok lusa bisa diceritakan bahwa satu waktu ada orang Jerman yang bernama Husler pernah menyelam disini” kenang Madras.
Dari semuanya, yang paling menjelaskan kerancuan nama ini, saat kanda Madras menjelaskan bahwa tempat yang kami datangi pun bukanlah Tanjung Husler, bukan Parasulu juga bukan tanjung Pagara. Tapi tepatnya La Pananrang. “Tempat itu dulunya lokasi lodging/penebangan kayu, kemudian saya bayar orang untuk bersihkan sehingga memperlihatkan kecantikan alamnya yang perlu dijaga dan dipelihara untuk kepentingan bersama.”
Ada jejak yang ditinggalkan kanda Madras disana; bale-bale untuk istirahat, dapur umum, bahkan meja yang kami gunakan untuk foto-foto semua disiapkan secara mandiri untuk digunakan oleh siapapun sepanjang dibayar dengan Cinta, menjaga lingkungan tanjung dengan tidak melakukan aktivitas yang merusak laut.”
.
.
@cahyadi_takariawan
Credit Foto pribadi
#belajarmenulis
#kmobasicbatch49
#antologi17
#200kata
#ceritavie
#viestory
#vienulis