BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH

Day 37 – BERSATU KITA TEGUH BERCERAI KITA RUNTUH

Tring. Sebuah pesan masuk di hpku. Awalnya ku biarkan, tapi karena pesan itu masuk di group Pemerhati yang belakangan ini memang sedang sibuk mendiskusikan tentang dualisme kepemimpinan maka aku pun meraih hpku dan mulai membuka pesan-pesan yang masuk.

“Astaghfirullah.” Rupanya benar terjadi lagi dualisme kepemimpinan sebagaimana yang dikhawatirkan sebelumnya.

Kuteruskan pesan itu pada seorang teman dan menanyakan kebenaran informasi yang kuterima.

“Iye, hari ini dari kubu sebelah dan besok dari kubu satunya lagi,” jelasnya padaku.

Ya Allah… dulu raja-raja bersatu mendukung kemerdekaan Republik Indonesia demi sebuah kejayaan. Sampai-sampai Datu Luwu XXXIV dan juga Datu Luwu XXXVI Andi Djemma Petta Matinroe ri Amaradekanna rela menyerahkan seluruh harta dan kekuasaannya kepada Ir. Soekarno sebagai bentuk dukungan demi Kemerdekaan Bangsa Indonesia dari Penjajahan. Tapi hari ini, justru persatuan itu menjadi tercerai berai hanya karena kepentingan kelompok per kelompok. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh seharusnya menjadi perekat kita semua.

Apakah kita sudah tidak peduli lagi dengan Sipakatau, Sipakainge dan Sipakalebbi? Saling menghormati, saling mengingatkan dan saling menghargai. Apalagi pertikaian ini terjadi dalam hubungan persaudaraan dan kekerabatan. Padahal kita boleh memiliki keinginan melampaui langit, mengumpulkan harta melampaui laut, dan kemudian bangga dengan dosa-dosa yang kita lakukan. Namun ketika alam murka, sungguh kerdil kita di hadapanNya, Allahu Akbar.

Pesan orang tua, “Aja lalo nakuasaiki hawa nafsutta, nasaba iyamua maega makkokkoe nakenna lasa pada padanna: sifat serakah, bakhil, riya dll. Naiya tau naturusie hawa nafsunna degaga nadecengi sifat makkotoparo panggaukeng.”

Duami makessing riyala bokong temmawari ri linoE, iyannaritu: selessureng malebbiku sibawa padissengeng madeceng” (hanya dua bekal berharga yang tidak akan pernah basi di dunia yakni : hubungan kekeluargaan dan ilmu yang bermanfaat).

.

.

@cahyadi_takariawan

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

RENCANA BERUBAH

Danau Matano, Sorowako

Day 36 – RENCANA BERUBAH

“Waduh, jadi sebagian besar positif? Adakah yang bergejala? Rencana selanjutnya bagaimana?” tanyaku penasaran.

Detak jantungku bergerak cepat. Adrenalinku berpacu. Aku tahu bahwa semua rencana pasti akan berubah sebagaimana telah dijelaskan di awal kedatangan tamu-tamu ini. Jika hasil PCR mereka positif maka semua rencana akan dibatalkan dan mereka harus kembali ke asal sebagaimana beberapa tamu-tamu lain sebelum mereka.

Sebenarnya dari awal juga aku sudah tidak setuju. Menurutku, ketika orang dalam kondisi letih, apalagi setelah perjalanan panjang, tentu imun mereka akan turun. Belum lagi perubahan cuaca, tentu memerlukan waktu untuk adaptasi. Sehingga aku berasumsi, semua hasilnya akan positif.

Beda jika mereka diberikan waktu untuk istirahat. Sehari-dua hari, menghilangkan jetlag karena baru turun dari pesawat, kemudian jarak tempuh ke kampungku cukup jauh dengan kendaraan darat, maka mereka pasti lelah. Apalagi begitu tiba, tidak ada kesempatan untuk melepas lelah, setidak-tidaknya meluruskan badan sejenak, langsung ke tempat acara. Sudah pasti lelah.

Tapi karena SOP maka mereka tetap menerima untuk PCR, padahal hasil PCR mereka sebelum tiba di tempat ini sudah ada dan menunjukkan mereka boleh melakukan perjalanan bahkan lintas udara. Mereka berangkat dalam kondisi sehat, hanya mereka capek secara fisik setelah perjanlanan panjang.

Aku menghela nafas panjang. Mencoba untuk menenangkan diriku sendiri, dengan segala kegundahan yang aku rasakan. Hanya bisa berharap, mereka masih bisa menikmati kunjungan yang sebentar di tempat ini, sebuah daerah yang jauh dari ibukota namun memiliki keindahan alam yang luar biasa.

Alhamdulillah Plan A tidak bisa, Plan B. Tidak bisa juga maka Plan C. Yang penting happy dan tetap semangat.

.

.

@cahyadi_takariawan

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

TEKNOLOGI

Day 35 -TEKNOLOGI

Baru saja aku tiba di parkiran motor, hpku berbunyi. Lalu kuangkat dan bebicara cukup lama. Sebelum menuutpnya, “Tabe,  saya kasih nomorta ke tamu yang akan datang di. Kita komunikasikan untuk dapat tandatangan digital Bapak Bupati,” pesan suara di seberang.

“Siap pak, laksanakan” jawabku seraya menutup telepon.

Mulailah aku berdiskusi dengan tamu yang akan datang. Koordinasi terkait email resmi Kabupaten. Rupanya tandatangan digitalnya harus jadi di hari yang sama. Syukurnya semua pihak yang aku hubungi dapat bekerjasama dengan baik. Alhamdulillah, tandatangan digital pun jadi.

Tibalah saat kami Gladi persiapan acara. Aku mulai diberikan penjelasan tentang proses tandatangan digital yang diperlukan. Cukup lama aku terpana dan terkagum-kagum akan dampak teknologi yang ada dihadapanku.

“Jadi, nanti MC akan meminta kesediaan Bapak Sekjen untuk tanda tangan, jedah sebentar supaya kita mendapatkan tampilan di layar monitor proses tandatangan hingga muncul barcode di lembar tandantangan ya mba. Selanjutnya Bupati Luwu TImur dengan proses yang sama,” aku menyimak penjelasan-demi penjelasan yang membuatku semakin kagum.

Lalu aku melihat tampilan layar monitor. Betapa kita sudah akan meninggalkan era penggunaan kertas menuju digital. Bukan hanya tandatangan digital, materai pun bisa didigitalkan sehingga tampilannya e-materi dan e-tandatangan. Mashaallah.

Meskipun saya terkagum-kagum dengan dampak dari kemajuan teknologi digital ini, tapi tetap ada ribetnya, mungkin karena belum terbiasa. Konektivitas sangat penting sekali antara alat yang digunakan, aplikasi yang digunakan dan kemampuan manusia dalam mengoperasikannya. Welcome 5.0 era di kabupaten paling ujung Sulawesi Selatan. Sebuah bentuk penyelesaian berbagai tantangan dan permasalah sosial dengan memanfaatkan inovasi yang lahir di era Revolusi Industri 4.0 dan berpusat di teknologi.  Teknologi akan sangat berguna jika dapat dimanfaatkan dengan baik dan bijaksana.

.

.

@cahyadi_takariawan

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

MENGGALI POTENSI DIRI

Day 34 – MENGGALI POTENSI DIRI

Mendapatkan tawaran sebagai pembicara bukanlah hal yang pertama bagiku. Tapi berbicara di forum resmi Workshop Pertambangan di universitas terkenal di negeri Kanguru membuatku tak mampu berkata banyak. Apakah aku mampu, apa yang akan kusampaikan dan bagaimana aku bisa memupuk kepercayaan diriku.

Bismillah, aku akhirnya memberanikan diri menerima tawaran itu dan mempersiapkan sebuah bahan tentang kepemimpinan dan pengaruhnya pada praktek pertambangan di kampungku. Setelah tulisanku diterima dan materiku mendapatkan beberapa kali koreksi, akhirnya aku bisa mendapatkan konfirmasi untuk berangkat.

Aku tiba saat musim semi. Bunga-bunga bermekaran dan aku langsung jatuh cinta pada gerbang masuk kamarku. Sebuah pohon mawar menjadi pintu gerbang dengan bunga-bunga pink yang bermekaran begitu cantik. Kamarku sederhana, sebagai pembicara aku diberikan fasilitas untuk tinggal di kamar asrama kampus. Aku juga beruntung karena kamarku tidak jauh dari lokasi workshop juga perpustakaan. Dan aku diberikan akses penuh untuk menjelajah di perpustakaan yang merupakan tempat terfavoritku di kampus.

Keraguan sempat menyapaku kembali sebelum aku masuk ke ruangan menunggu giliranku berbicara. Namun, Prof. Kathy memberiku semangat dan akhirnya aku dapat menyelesaikan misiku datang di tempat itu. Aku mendapatkan banyak masukan dan informasi yang memmperkaya materiku.  Dalam hidup ini, kita membutuhkan seorang guru yang bisa menuntun kita untuk tahu potensi yang kita miliki.

Sebagaimana Imam Al Ghazali menyebutkan 4 golongan manusia; 1. Seseorang yang tahu dirinya berilmu dan dia menggunakan ilmunya untuk bermanfaat bagi orang lain. 2 Seseorang yang memiliki potensi tapi tidak tahu cara memanfaatkan potensinya sehingga membutuhkan guru. 3 Seseorang yang tahu kekurangannya dan berusaha memperbaiki dirinya dan 4. Seseorang yang merasa berilmu dan merasa lebih tahu. Semoga ini menjadi bahan instropeksi dalam menggali potensi diri kita semua.

.

.

@cahyadi_takariawan

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

LANGKARA

Day 33 – LANGKARA

Rumput laut merupakan salah satu komoditi yang cukup sexy dan menarik minat Pegawai Negeri Sipil seperti diriku untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Tentu saja karena salah satu tantangan bekerja sebagai PNS adalah merasa cukup. Kalau dibandingkan, penghasilan seorang PNS sangat berbeda dengan pegawai swasta. Apalagi aku yang sudah pernah merasakan penghasilan dari bekerja pada sebuah perusahaan tambang. Sehingga aku harus kreatif menambah penghasilan.

Alhasil, aku pun mengikuti jejak para senior-senior PNS yang mengasramakan sertifikat pegawainya di bank untuk mengambil modal dan bertani rumput laut. Berkat bantuan salah seorang keluarga di Malili, aku memutuskan untuk membudidayakan rumput laut jenis Cottoni di daerah Langkara desa Lakawali Pantai, Malili.

Rupanya bertani rumput laut selain usaha juga merupakan sarana rekreasi. Karena untuk sampai ke Langkara, kami harus menggunakan perahu menyusuri sungai Lakawali. Perahu motor tanpa sayap yang disebut bala-bala. Cukup memacu adrenalin terutama saat berpapasan dengan bala-bala lain dari arah yang berlawanan, karena perahu bermotor ini cukup kencang.

Teringat saat aku mengajak beberapa teman seperti Cicie dan Mardiani liburan akhir pekan di Langkara. Kami bahkan tidak mandi air tawar selama dua hari. Saat pagi menyapa, kami berlarian di daratan yang membentuk pulau kecil sambil mencari terumbu karang dan bintang laut. Menggunakan bala-bala kami ke tengah laut dan melihat rumput laut yang terbentang menjadi hamparan. Bahkan ikut belajar mengikat bibit rumput laut sambil menikmati semilir angin laut yang membawa kedamaian. Akh, pengalaman yang luar biasa, meski terik membuat kulit kami gosong setiap kembali dari Langkara.

.

.

@cahyadi_takariawan

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

LEGA

Day 32 – LEGA

Sedikit gugup aku mendekati Ibu Dokter, membisik, “bu dok, bisakah saya juga di swab?” tanyaku perlahan. Ada ragu meliputi diriku. Takut akan hasilnya, tapi lebih takut lagi dengan kondisiku saat ini. Batuk, flu dan demam, semua menjadi temanku  beberapa hari ini. Setelah membaca gejala Covid-Omicron, aku menjadi lebih takut, apalagi beberapa hari ini aku berada di tengah orang banyak karena kegiatan kantor yang aku ikuti.

Benar, aku selalu menggunakan masker, aku berusaha selalu mencucui tangan di setiap kesempatan, aku berusaha menjaga jarak tidak terlalu dekat dengan orang-orang. Tapi aku tetap saja merasa ragu. Karena tubuhku rasanya capek sekali. Aku bahkan sempat batuk yang membuatku  harus duduk menahan sakit. Rasanya begitu tidak enak, apalagi batuk tanpa dahak.

Segala pikiran buruk pun bermain di benakkku. Ditambah lagi, orang-orang di sekitarku juga kebanyakan yang batuk. Tapi aku berusaha meyakinkan diriku, aku harus kuat. Kalau pun memang aku terpapar, maka aku harus beristirahat total. Aku harus bisa mengkonsumsi vitamin dan makanan yang bisa meningkatkan imun. 

“Vira, dicariki mau di swab,” kata Tika teman seperjalananku.

Vira yang baru saja makan langsung berhenti. “kenapa saya mau diswab? Tidak ji saya” tapi kemudian dia pun berjalan ke depan dan kembali menemuiku. “Bu, kita yang mau di swab.”

Aku pun mengumpulkan semua keberanian dan menemui petugas kesehatan. Setelah mengambil cairan di hidungku, “Alhamdulillah, hasilnya non reaktif” Ya Allah, leganya luar biasa. Meski aku tetap harus menyembuhkan batuk dan flu yang kurasakan, namun aku merasa lega karena bukan terpapar virus sebagaimana yang aku bayangkan. Akupun minta semua staf yang bersamaku untuk diswab dan alhamdulillah kami semua non-reaktif.

.

.

@cahyadi_takariawan

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

PENYESALAN TERBESAR

Day 31 – PENYESALAN TERBESAR

Deru air menghempas menghantam batuan di tepi danau. Angin yang bertiup cukup kencang membawa rasa dingin pada tubuh kecil yang asyik bermain di air danau yang jernih. Sesekali dia menggigil saat tubuh kecilnya naik ke permukaan. Lalu menenggelamkan tubuhnya kembali ke bawah air. Saat wajahnya muncul kembali ke permukaan, maka dia akan tertawa lalu menghempaskan air, bahagia dalam dunianya.

Di sudut lain tampak wajah sang ibu yang letih namun tetap tersenyum melayani pelanggannya. Dia berjualan bakso di tepi danau.  Beberapa kali sang ibu berhenti menyeka keringat yang membasahi tubuhnya. Hari itu tampak cukup ramai. Senyum manis senantiasa menghiasi bibir manis sang ibu, meski sudah berusia namun tetap saja nampak cantik dalam balutan pakaian berwarna cerah.

Dia bahkan nampak tidak peduli saat orang-orang mulai berteriak dan berlari kearah danau. Sampai akhirnya seseorang memanggil nama yang sama dengan nama anaknya. Dia masih sibuk melayani pelanggannya. Namun dia mulai gelisah saat satu persatu pelanggannya berlari kearah danau. “Ada apa?” tanyanya.

“Tadi saya mendengar ada anak kecil tenggelam bu,” seseorang menimpalinya dan kembali menikmati bakso dihadapannya. Sepertinya dia kedinginan, sehingga semangkok bakso yang panas menjadi perhatian utamanya.

“Akh, anakkku pintar berenang, tidak mungkin dia tenggelam,” gumam sang ibu, kembali sibuk dengan dagangan baksonya. Yang kemudian menjadi peneyesalan terbesar, saat suara sang anak tak lagi bisa memanggilnya mamak. Saat dia jatuh pingsan menyentuh jasad sang buah hati di pangkuannya.

.

.

@cahyadi_takariawan

Sumber foto: internet

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

DIKELILINGI PELAYAN

Day 30 – DIKELILINGI PELAYAN

Air mata berderai. Lambaian tangan belum juga berhenti. Yah, Linda dan Holly telah pergi, menjemput impian baru mereka di tanah Kanguru. Lantunan doa terucap di hatiku. Semoga perjalanan mereka selamat sampai ke tujuan. Semoga kami masih bisa dipertemukan dengan keluarga yang baik itu. Lalu bertiga Mardiani, diriku dan Hera kembali ke hotel tempat kami menginap.

Namum perut keroncongan minta diisi, sehingga kami memutuskan singgah di sebuah rumah makan. Tempatnya asri. Salah satu yang membuat aku jatuh cinta dengan Bali adalah suasananya yang cantik, setiap rumah memiliki keunikan mulai dari desain bangunan hingga penataan pekarangan halaman rumah.

“Apa kalian tidak merasakan tatapan para pelayan sejak kita masuk ke ruangan ini?” tanya hera pada kami.

Mardiani menjawab, “I think it is because Bali Bomb recently, so we were looked strange for them.

Tak lama aku mendengar salah satu pelayan mengatakan pada temannya “Sepertinya mereka tourist dari Malaysia, mereka berbicara menggunakan bahasa Inggris,”

Sedikit tertawa aku lalu berbicara kepada kedua temanku, “Let’s keep talking bilingual language”. They thought we are Malaysian.

Jadilah kami tetap bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia sesekali. Sampai makanan kami disajikan dan kami segera menyantapnya. Lalu para pelayan itu mengelilingi meja kami. Serasa mendapakan pelayanan VIP namun dalam suasana yang ketar ketir. Suasana sedih yang kami rasakan sebelumnya menjadi hilang, berganti dengan perasaan aneh karena kami makan dikelilingi pelayan. Kami bertiga memang menggunakan hijab, sehingga tidak salah juga apa yang mereka pikirkan. Evenhthough kita tetap harus berhati-hati namun it’s a prejudice  dan membuat orang lain menjadi tidak nyaman.

.

.

@cahyadi_takariawan

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

CUCCO

Day 29 – CUCO

Saat disampaikan bahwa panitia menyiapkan makanan khas Bantilang, saya sih merasa biasa-biasa saja. Saya pikir, paling ikan pangkilang atau sejenis ikan teri danau tapi bentuknya besar dan lebih gelap. Atau ikan butini, ikan purba danau Towuti. Tapi saat kami mengambil makanan, ternyata yang disajikan adalah siput danau atau yang dikenal dengan sebutan Cuco.

Wah.. tidak terasa saya menghabiskan satu piring Cuco. Betapa tidak, Siput ini dimasak dengan cara yang sangat sederhana dan tradisional. Hanya 10 menit dimasak dengan air mendidih kemudian dicampurkan garam dan sereh, lalu ditambah cabe rawit utuh sebagai pemanis hidangan Cuco. Lalu, menambah sedap hidangan, dibuatkan sambal dari campuran cabe rawit, garam dan jeruk. Betul-betul hidangan istimewa di hari yang cerah.

“Sudah lama sekali saya tidak makan siput danau Pak De, wah.. terima kasih sudah dihidangkan disini,” jelasku sambil menikmati Cuco. Cara menikmatinya cukup dihisap, maka daging siputnya kan keluar. Dan bisa langsung dikonsumsi.

“Dulu saya sering makan siput danau Matano  saat masih kecil di Sorowako,” jelasku lagi. Wah, serasa mengenang masa lalu.

Jangan salah, di negara Eropa seperti Perancis, hidangan siput disebut Escargot merupakan   hidangan pembuka yang eksklusif di negara Eifel. Selain Perancis, makanan yang dinilai menjijikkan ini juga merupakan hidangan andalan Nigeria untuk Snail Stew, Vietnam – Oc Len Xao Dua, Moroko – Babbouche dan Filipina – Ginataang Kuhol. Pokoknya, hari ini aku bisa makan Sultan.

 

.

.

@cahyadi_takariawan

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

Day

Day 28 – MELINTASI DANAU TOWUTI

Siang ini matahari sangat cerah. Kami baru saja melewati lima pulau kecil yang berada di tengah danau Towuti kecamatan Towuti yang memiliki kedalaman kurang lebih 200 meter dengan luas 560 km2. Danau Towuti merupakan satu dari lima danau yang tergabung dalam Malili Lake System atau Sistem Danau-Danau Malili. Sejauh mata memandang, tampak pegunungan Verbeek yang terbentang mengelilingi danau Towuti.. Menggunakan KMP Pangkilang, kapal Fery, kami meninggalkan pelabuhan Timampu menuju pelabuhan Tokalimbo, dengan jarak tempuh 90 menit.

Saya memilih duduk di Anjungan dan bercengkerama dengan para Awak Kapal. Kapten Aidid pun bercerita bahwa tantangan yang pernah dialami selama membawa KMP Pangkilang di danau Towuti adalah saat angin kencang dalam perjalanan dari Tokalimbo kembali ke Timampu atau sebaliknya.

“Efek angin kencang di danau bisa mengakibatkan gelombang yang mencapai 1 meter bahkan lebih. Kami pernah alami hal ini ditambah lagi kabut yang pekat, sehingga jarak pandang menjadi dekat,” cerita Kapten Aidid.

Saya jadi teringat tahun 2015, saat puluhan peneliti internasional maupun nasional datang dan berkumpul di danau Towuti. Kolaborasi peneliti yang mengerjakan proyek pengeboran penelitian yang disebut Towuti Drilling Project dengan obyek perubahan iklim menggunakan kajian sedimentology yang kemudian menunjukkan bahwa Danau Towuti terbentuk sekitar 1 juta tahun lalu dengan perubahan bentuk dari rawa-rawa, kemudian terjadi aktivitas tektonik yang cepat dan menurunkan permukaan tanahnya.

Banyak potensi Danau Towuti ini. Dari kekayaan hayatinya, surga peneliti, hingga fasilitas yang disiapkan di Danau Towuti.

Tidak terasa kami telah tiba di Tokalimbo

 

 

.

.

@cahyadi_takariawan

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

L9#vienulis