RANGGON HILLS BOGOR

Usai menikmati malam pergantian tahun di rumah Ketua Umum Kerukunan Keluarga Tana Luwu (KKTL) dr. Andi Arus Victor, S.P.M(K) di Cibubur,  aku dan Andi Hartawati melanjutkan perjalanan menuju Bogor. Sepanjang perjalanan pada malam pertama 1 Desember 2018 itu, kami menyaksikan langit yang cerah dengan warna-warni kembang api yang saling bersahutan. Sehingga perjalanan malam itu terasa singkat.

Kami menuju rumah Andi Ira untuk beristirahat disana. Kala pagi menjelang, kami pun bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju lokasi wisata Ranggon Hills dan Curug Pangerang di Gunung Salak Endah Bogor. Lokasi ini merupakan wilayah perbukitan yang saat ini menjadi trending topik di media sosial dengan panorama Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Butuh waktu 1,5 jam dari kota Bogor ke lokasi wisata Ranggon Hills ini, melalui jalan yang cukup berkelok menuju Gunung Picung, Pamijahan Bogor. Saat memasuki gerbang kawasan Hutan Lindung TNGHS, setiap pengunjung dikenakan tarif RP. 15.000,- per orang juga retribusi kendaraan sebesar Rp. 10.000,- per mobil atau Rp. 5.000,- per motor. Nah, ketika tiba di Ranggon hills, pengunjung masih dikenakan retribusi Rp. 10.000,- perorang dan biaya parkir  mobil Rp. 10.000,- dan motor Rp. 5.000,-.

Sepeda layang adalah tujuan kami ke Ranggon Hills ini. Karena sebelumnya saat kami mengunjungi obyek wisata Pabangbon Leuwiliang, yang tidak jauh dari Ranggon Hills ini, tidak menyediakan wahana Sepeda layang. Namun saat kami tiba di Ranggon Hills ini, ternyata bukan hanya wahana sepeda layang, ternyata banyak alternatif spot foto yang seru, seperti rumah pohon, sarang burung, ayunan gantung, kursi gantung, bunga matahari, spot foto love, klasik, perahu bambu. 

Namun ternyata antrian untuk naik sepeda layang cukup panjang, bukan hanya itu, tetapi di semua wahana spot foto. antriannya semakin siang semakin panjang. Syukurnya kami datang masih lebih pagi, jadi bisa berfoto di beberapa spot selfie yang belum pernah kami foto di tempat lain. Semua spot foto selfie di tempat ini gratis, kecuali sepeda layang yang dikenakan Rp. 10.000,- per orang. Demikian pula dengan foto khusus DSLR dikenakan Rp. 10.000,- per 5-8 foto per orang per spot foto.

Saat perut mulai teriak-teriak minta diisi dan waktu sholat Dhuhur pun memanggil, kami memutuskan untuk turun ke musholla di sekitar parkiran. Cukup lama kami beristirahat sebelum akhirnya kami melanjutkan petualangan siang itu menuju curug Pangeran yang berjarak kurang lebih 500 meter dari musholla dengan jalan kaki. 

Curug Pangeran ini tidak tinggi. Kurang lebih 6 meter saja. Ketika kami tiba di curug ini, beberapa pemuda nampak sedang menikmati loncatan dari atas curug. Sebenarnya gregetan ingin ikutan melompat seperti mereka, tapi tidak ada perempuan lain yang melakukannya. Jadi, cukup terjun aja dari batu di tengah guyuran air terjun.

Brrrrr, ternyata airnya dingin sekali. Tidak bisa lama-lama berendam di kolam alami di bawah curug. Saya lebih memilih untuk kembali ke batu-batu alam yang besar di pinggiran kolam. Batu-batu ini menjadi hiasan sungai kecil dari curug. Memang tempat yang asyik buat berwisata, terutama jika membawa keluarga. Bahkan, di tengah kolam, ada bentangan tali sebagai tanda batas kedalaman bagi yang tidak bisa berenang. 

Cukup lama kami berendam dan berenang-renang di kolam curug Pangerang. Dan syukurnya karena ketika mengunjungi tempat itu, kami belum mengetahui bahwa terdapat beberapa legenda mitos dan cerita-cerita rakyat terkait dengan curug itu. Andaikata sebelumnya sudah kami ketahui, barangkali kami tidak akan menikmati curug Pangeran itu dengan bebas hiihihi. 

Dari beberapa blog yang saya baca, dipercaya bahwa Curug Pangeran memiliki legenda yang belum diketahui banyak orang. Konon ceritanya curug Pangeran ini merupakan petilasan teman dekat Raden Kian Santang, putera Prabu Siliwangi. Sahabat Raden Kian Santang ini berasal dari Kerajaan Pajajaran. Menurut penuturan beberapa warga, setiap malam jum’at sering terdengan suara orang mandi, permainan alat musik tradisional seperti jaipongan, dengungan dan suara kereta kencana. 

Tidak hanya legenda, pun terselip mitos yang cukup dipercaya oleh warga sekitar, utamanya muda-mudi yang belum mendapatkan jodoh. Penduduk kampung sekitar, percaya bahwa air Curug Pangeran memiliki khasiat seperti juga pada Curug Kondang dan Curug Cigamea, untuk mempermudah mendapatkan jodoh bagi para jomblo jika mandi di air kolam curug. Ahahahayy, untuk saya tidak tahu sebelum beranang di Curug Pangeran, wah, bisa jadi musryik deh kalau berenang terus niatnya percaya mitos hehehehhe.

Dari lokasi Ranggon Hills dan Curug Pangeran terlihat beberapa villa yang disewakan untuk para pengunjung yang ingin menikmati suasana malam di kawasan TNGHS Bogor ini. Bagi yang ingin camping dengan menggunakan tenda juga tersedia tempat-tempat yang bisa digunakan, dengan beragam pemandangan juga fasilitas seperti toilet, musholla, warung-warung makan.