Pang ping pang ping, pengen banget rasanya keluar dari group ini. Ribut banget.. brisik… tapi kalau keluar jadinya ga update informasi dah. Trus kalo bertahan sebenarnya seh keganggu banget dengan semua update yang bertubi-tubi. Hmmm bagaimana yahh??
Mungkin sebenarnya ga masalah andaikata informasi yang disampaikan itu adalah kebenaran, hal-hal yang positif dan membangun. Lah ini, lebih pada saling menghujat, saling mem-bully, saling memojokkan bahkan mengarah pada fitnah dan black campaign semata. Hmmmm.. kira-kira manfaatnya apa yah?? Belum lagi yang berkomentar itu bergelar guru, tokoh agama, ustdadz(ah), tokoh masyarakat, tokoh pemuda(i), tokoh perempuan, panutan dalam masyarakat hmmmmn menjadi ganjal dah…
Saya sering membayangkan, dalam moment-moment pemilihan umum, baik itu pemilihan presiden (Pilpres), pemilihan wakil rakyat seperti DPR/DPRD maupun DPD (Pileg) terutama Kepala Daerah (Pemilukada), para calon dan tim suksesnya berlomba-lomba membuat program yang positif di masyarakat. Saling iri dengan keberhasilan calon dan timses lain dalam menarik simpati calon pemilihnya, sehingga berlomba-lomba menciptakan inovasi-inivasi kreatif yang membangun.
Misalnya sekarang yang lagi bencana asap dimana-mana, pun latah di Luwu Timur. Nah para calon dan timsesnya ini membuat program penyiraman lokasi kebakaran, menjadi donatur penyuluhan lingkungan agar masyarakat tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar hutan, sosialisasi menjaga lingkungan dari tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab, sosialisi lahan-lahan rawan kebakaran karena kondisi lahan gambut, program menjaga hutan sebagai sumber penangkap air bagi kelangsungan hidup danau purba di Luwu Timur.
Nah.. kalau itu dilakukan pasti banyak simpati. Pun kalau mendengar keluhan masyarakat yang lagi latah membuka lahan untuk merica karena harganya lagi tinggi, paling tidak memberikan pendampingan pada petani selain berfikir tentang dampak ekonomi, juga berfikir tentang dampak lingkungan..
Hahhaha.. itu kerja pemerintah?? Benar.. lah.. bukannya maju sebagai calon bupati (calbup) / calon wakil bupati (cawabup) kan tujuannya mau menjadi bagian dari pemerintah daerah. Lah kalau program2nya sebelum menjadi kepala daerah sudah diterima oleh masyarakat kan berarti dukungan masyarakat untuk program itu sudah terbukti dan bisa dilanjutkan terus toh…
Iya seh, itu memang semua terkait dana. Bener sekali.. tapi apakah tidak pake dana juga buat program-program sosialisasi lainnya bahkan black campaign sekalipun?? Apa tidak melihat itu sebagai program hambur-hambur duit semata?
Hmmm, kalo nda terima ide itu, bagaimana kalau program penyuluhan pertanian saja? Membantu program pemerintah yang sudah ada. Jadi masuk ke desa-desa bukan hanya sekedar mendengar keluhan masyarakat dan kemudian berjanji ini dan itu demi mendapatkan suara rakyat. Apakah tidak lebih asyik jika, rakyat dibantu dengan workshop-workshop, tentang keterampilan praktis mengolah tanah, program olah tani hidroponik, tentang bagaimana membentuk kelompok tani yang bisa menjadi pemasaran yang baik, bahkan, bagaimana cara pengelolaan dana hasil panen sehingga petani bisa survive hingga panen berikutnya. Lah, apa itu tidak memberikan dampak positif baik bagi calon maupun masyarakat? Namanya juga calon pemimpin daerah.. kan ada yang namanya affirmasi, berbahasa atau bisa juga berkelakuan seolah-olah sudah menjadi kepala daerah, dalam konteks positif tentunya hehehehe tidak hanya sekedar foto dengan seragam kepala daerah tentunya 😆 tapi yang paling penting Kerja… Kerja… Kerja…
Masih berat?? Bagaimana dengan program-progran lain misalnya, sponsorship kegiatan-kegiatan kemasyarakatan? Lomba-lomba pengetahuan, ketetampilan bahkan kecekatan sebagai langkah awal dari program-program yang ditawarkan setelah menjabat sebagai kepala daerah?
Kebayang saya.. kalau ketiga calon dengan timses dan fans fanatiknya saling beradu inovasi kreatif, maka Bumi Batara Guru ini akan menjadi lebih berkembang. Menjadi lebih maju, menjadi lebih sejahtera. Menjadikan pemilukada ini sebagai sebuah ajang kompetisi kreativitas tentu yang positif bukan yang negatif. Sedihnyaaa, melihat foto-foto calon yang di bully, yang dicorat-coret bahkan ada yang disobek dan dibakar.. kenapa bukan memasang foto masing-masing calon andalan yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan? Calon dukungan yang sedang bersuka cita bersama masyarakat atas keberhasilan dalam sebuah pencapaian misalnya.. akh… banyak lainnya..
Tapi apa daya… yang saya simak hanyalah gugatan-gugatan, hanyalah janji-janji manis, hanya mengumbar kesalahan dan kelemahan lawan, akh… padahal hal itu justru menggambarkan kekerdilan cara berfikir kita, melihat hanya pada hal-hal negatif saja. Sementara banyak sekali hal-hal positif yang dapat kita lakukan yang hasilnya akan jauh lebih bermanfaat. Hmmm mungkin saya salah dalam menilai, hanya saja saya berharap sesuatu yang lebih baik dan lebih nyata dari orang-orang yang mengaku pinter dan cerdas-cerdas itu dalam menyalahkan lawan mainnya.
Andai saja ribut itu, berisik itu bisa memberikan manfaat bukan mudharat, bisa memberikan kebaikan bukan sekedar pengumbar rasa dengki dan amarah semata. Karena, yang saya pikirkan adalah paska pemilukada. Usai pemilihan itu, mereka yang bertikai itu, mereka yang saling menghujat itu, mereka yang saling memaki itu, tentunya masih akan bertemu satu sama lain. Karena mereka sama-sama masih mencari hidup di bumi batara guru ini. Bisa jadi mereka adalah paman dan kemenakan, keluarga dekat. Bisa saja bertemu di kondangan-kondangan, tahlilan bahkan mungkin bisa besanan.. allahu alam bissawab..
Akh.. malam ini aku ingin istirahat, semoga malamku tak harus terganggu oleh pang ping pang ping yang ribut banget… brisik! Hmmm kata kawan sekaligus sahabatku, baban bantal, biarkan saja angin membawa pang ping pang ping itu menelusur hitamnya malam. Baban akan bersenandung serta membawaku berkelana di bawah alam sadar sehingga pang ping pang ping itu menjadi medley lagu pengantar tidur untukku… indahnyaaaaa khayalku…
#renunganvie
la_vie