Belum waktunya..

Menggelitik ketika mendengar kalimat itu lagi.. belum waktunya… jadi kapan donk? Hehehhehe

Jadi ingat ketika Pilpres dan ada statement dari tokoh nasional “belum waktunya orang Timur memimpin Indonesia” aishhh kala itu saya berfikir sendiri, dari sebegitu banyak orang Sulawesi yang cerdas pemain belakang layar keberhasilan tokoh-tokoh nasional kita, lantas mengapa dikatakan belum waktunya kita memimpin?

Pertanyaan sederhananya adalah apakah akan menjadi “waktunya” ketika dirimu yang berada disitu ataukah orang-orangmu yang berada disitu?

Karena saya berfikir bahwa yang dimaksud dengan “waktunya” itu adalah setiap keputusan yang kita ambil terhadap suatu hal. Bukan prosesnya. Karena dalam proses sekalipun, tetap ada keputusan-keputusan kecil yang kita ambil sebagai langkah-langkah konkrit.

Sama ketika ada yang berteriak “wettunnami = waktunya mi” pada seorang kandidat bupati di daerah kami. Menjadikan saya berfikir, apakah benar sekarang sudah waktunya? Sementara dalam prosesnya, pasangan calon itu berada di bawah bayang-bayang mantan bupati sebelumnya.

Apakah salah ketika dengan logika sederhana saya pun mempertanyakan kemampuan pasangan itu tanpa dukungan Bupati sebelumnya?

Apakah salah ketika saya berfikir, masyarakat daerah kami masih fanatik pada ketokohan bupati yang digantikan?

Apakah salah ketika saya berfikir, jika pun pasangan calon itu terpilih nantinya seperti kata “sudah waktunya” apakah harapan pendukung fanatik dari bupati sebelumnya akan terwujud? karena dasar kefanatikan mereka sebenarnya bukan pada pasangan calon itu tapi pada mantan bupati pendukungnya?

Ahhhhh pertanyaan yang berat ketika saya sendiri diminta netral dalam pemilukada ini. Tapi wajarlah ketika ASN itu diminta netral, karena siapapun yang akan terpilih nantinya, tentu harus didukung sepenuh hati. Karena kita akan bekerja untuk kepentingan rakyat, bukan kepentingan pasangan terpilih apalagi titipan-titipannya.

Saya hanya berharap, semoga pemilukada serentak 2015 ini akan berjalan dengan aman, lancar dan damai. Dan jika memang sudah “waktunya mi”, daerah kami akan mendapatkan pemimpin yang amanah dan mengawal daerah kami menjadi daerah yang sejahtera.

Sudah banyak pemilih-pemilih cerdas, yang bisa melihat siapa pemimpin yang layak dipilih, yang mampu berdiri kokoh, yang percaya diri dengan kemampuan mereka dalam memimpin dan menjalankan program-program yang handal demi memajukan daerah kami.

Bukan sekedar calon pemimpin yang hanya bisa berbicara tentang masa lalu. Bukan hanya calon pemimpin yang bisa berbicara tentang kejayaan di masa lalu.. tetapi pemimpin yang punya visi, yang memiliki keyakinan akan masa depan, yang lebih baik.

Yang terbaik untuk Bumi Batara Guru… karena seyogyanya.. ada 2 jenis pemimpin dalam Islam: ulul amri (pemimpin ummat) dan khadimul ummah (pelayan ummat). Mungkin pengertian awamku ini yang membuatku salut pada ust. Maulana “Jamaah oh jamaah” yang baru saja dibully karena mengatakan pemimpin bisa dari non muslim sepanjang dia mau melayani masyarakat, karena dalilnya memang ada pada pemimpin khadimul ummah.

Anyway… yang penting adalah jangan kita mencari pemimpin yang:
1. Mau Sekali
2. Tidak Mau Sekali
3. Tidak amanah

Selamat berpesta pada Pemilukada serentak 9 Desember 2015 di Indonesiaku tercinta. Semoga rantai kemiskinan rakyat begitupula rantai mafia kewenangan bisa terputus dan kita mendapatkan pemimpin-pemimpin Indonesia yang berpijak pada kebenaran dan keadilan serta mencapai tujuan negara Indonesia yakni masyarakat adil dan makmur, sejahtera.. aaaamiiiin ya rabbal aaalaaamiiinnnn….

la_vie

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s