Entah saya harus marah, kasihan atau geli mendengar cerita tentangmu. Dagelanmu itu menjadi konyol dan mengocok perutku. Bahkan rahangku pun terkena dampak menjadi sakit gara-gara ceritamu.
Mungkin saya yang salah karena selama ini menilaimu terlalu tinggi. Kau cantik, menarik, dan pandai berbaur juga berkomunikasi dengan siapa saja. Tapi siapa sangka, dibalik semua itu, ternyata kau musang berbulu domba.
Awalnya aku sama sekali tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Bahkan menurutku, mereka terlalu berlebihan karena yang bercerita itu terkait langsung dengan dirimu. Tapi, setelah mendengar cerita dari orang lain yang tidak ada kaitan sekalipun dengan dirimu, hanya mendengarkan cerita tetangga kamarnya yang jelas pula tidak terkait dengan dirimu, saya semakin yakin bahwa cerita yang kudengar itu bukan subjektif semata, bener ga?
Maaf kalau saya menggambarkannya demikian. Tapi kesan norak yang kau berikan, sungguh menyedihkan. Betapa kau terusik hanya karena kenyamananmu terganggu. Padahal sesungguhnya, itu adalah tugasmu. Dan untuk menyelesaikan tugas itu, memang kau harus memaksa dirimu belajar, entah itu belajar untuk melakukan pekerjaan itu sendiri, atau membuat orang lain melakukannya.
Kalau kau memang tidak bisa melakukannya sendiri, setidaknya, milikilah sedikit saja etika untuk meminta orang lain melakukannya. Yakinlah, ketika kau memintanya dengan bahasa yang persuasif, tentu orang lain akan membantumu dengan senang hati. Namun jika kau memintanya dengan keangkuhanmu, yakin saja kau akan menerima penolakan.
Sekarang, kau membuat kegaduhan. Hal yang seharusnya menjadi tanggung jawabmu dan selama ini dikerjakan orang lain, justru membuatmu berontak. Hanya karena yang selama ini mengerjakannya telah meletakkan handuk dan berhenti membantumu. Kau tahu kenapa? Semua karena tindakanmu sendiri. Kau tidak memiliki sedikitpun penghargaan pada mereka. Kau telah memperlakukan mereka dengan tidak adil. Karena kau hanya memikirkan egomu. Hanya fokus pada keinginanmu saja.
Terang saja itu membuatmu tersudut. Karena nama baik yang kau dapatkan selama ini, bukanlah dari hasil kerjamu. Kau takut, nama baikmu hancur karena dia telah berpaling darimu. Sungguh kasihan.
Sungguh, semestinya kau bertindak biasa sajalah. Jangan jadikan posisimu itu sebagai hal yang luar biasa dan menjadi tamengmu dalam melakukan tindakan seenakmu saja. Karena posisimu itu hanya amanah. Dia bisa datang dan pergi sesukanya. Hari ini kau di posisi itu, besok bisa orang lain yang mendapatkannya. Apa kau mau seperti mereka-mereka yang terkena syndrome #gagalmoveon. Sudah bukan di posisi itu, tetap melaksanakan tugas itu karena menganggap orang lain tidak bisa selain dirinya sendiri.
Akh.. tetaplah semangat, tetaplah bangga dengan posisimu dan apa yang kau miliki saat ini. Maksimalkan saja segala apa yang kau inginkan. Hanya jangan lupa mengingatkan dirimu, bahwa suatu saat bukan dirimu lagi di posisi itu, apa hal lain yang bisa kau lakukan atau bagaimana kau memaknai hidup ini. Karena hidup ini berputar. Tidak selamanya kita di atas, kadang kita di bawah tanpa kita sadari. Sehingga komunikasi yang baik, hubungan silaturahmi yang baik itu harus selalu kita jaga.
Terima kasih atas semua dagelan-dagelan tentangmu. Sungguh telah menceriakan hariku. Namun aku kembali menarik pelajaran dari semua cerita tentangmu. Semoga kau cepat sadar dan memperbaiki diri. Jangan sampai, begitu kau meninggalkan posisimu sekarang dan menjadi biasa kembali, kau tak sanggup melakukannya, karena keangkuhan hati telah menggenggam mu erat.
Salam hangat dariku dan selamat menikmati hari-harimu. Nikmati apa pun yang kamu miliki saat ini. Namun ingatlah pesan Rasulullah, “bekerjalah seakan-akan kau akan hidup selamanya namun jangan lupa beribadah seakan-akan besok ajal akan menjemputmu karena hanya amalan lah yang akan menemanimu menghadap pada sang Khalik, Penguasa Langit dan Bumi serta seluruh isinya”.
la_vie