Buah Simalakama

Sering sekali aku mendengar ungkapan bagai makan buah simalakama. Diartikan sebagai suatu kondisi yang serba salah jika dimakan mati ibu, tidak dimakan mati bapak. Secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang paling tidak mengenakkan terjadi pada seseorang. Dimana orang itu tidak mampu membuat suatu keputusan berdasarkan akal dan pikiran karena apapun yang dikerjakan akan mendapat resiko besar sebagai akibat dari perbuatan tersebut, sementara keadaan tersebut harus dijalani.

Namun setelah bertanya pada Mbah Google, akhirnya saya menemukan bahwa Buah Simalakama itu benar-benar ada. Bentuknya tanaman perdu yang menghasilkan buah yang mampu berubah warna dari mulai hijau berubah menjadi ungu, berubah menjadi merah, berubah menjadi kuning sebelum buah tersebut gugur untuk membusuk. Buahnya tidak terlalu besar berbentuk bulat sekitar diameter 3-5 cm.

Buah itu berasal dari kata Melayu di Sumatera, sebutan hari-hari untuk buah Mahkota Dewa.

image

Namun demikian, meski orang Melayu yang mempopulerkannya, nama Buah Simalakama tetapi dianggap tanaman ini berasal dari Papua. Maka dari itu, nama latinnya disebut Phaleriae papuana Warb. Var. Wichannii (Val.) Back. Atau nama ilmiahnya Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Atau hanya disebut Phaleriae Fructus.

Di Indonesia, buah Simalakama dikenal juga dengan nama Makutadewa, Makutamewo, Makutoratu, Makurojo oleh orang-orang Jawa. Kemudian orang Cina menyebutnya Pau, dan lantas dicoba-coba diterjemahkan orang ke bahasa Inggris dengan nama The Crown of God.

Meski buah Simalakama sangat menggiurkan, ternyata buah ini juga mengandung racun terutama biji yang rasanya pahit. Namun luar biasanya, tanaman ini juga merupakan tanaman obat yang dianggap mampu mengobati penyakit kanker yang mematikan itu.

Pohon dan Buah Simalakama juga mengandung unsur kimia yang disebut alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol (lagnan). Menurut hasil beberapa penelitian bahwa senyawa kimia aktif  yang disebut lignan, masuk dalam golongan polifenol dan syringaresinol mengandung toksiditas sangat tinggi sehingga berpotensi sebagai anti kanker. Namun rekomendasi pengobatan herbal menganjurkan untuk mengobati penyakit disentri amuba, penyakit kulit seperti eksim, gatal-gatal, jerawat, proasi, melalui cara pengobatan diminum.

Sekarang ini buah Mahkota Dewa bahkan dianggap sebagai dewa penyembuh penyakit seperti: SAKIT LEVER, KANKER, SAKIT JANTUNG, KENCING MANIS, ASAM URAT, REUMATIK, SAKIT GINJAL, TEKANAN DARAH TINGGI, LEMAH SYAHWAT DAN KETAGIHAN NARKOBA, EKSIM, JERAWAT, DAN LUKA GIGITAN SERANGGA. Tetapi peringatan hati-hati selalu diberikan karena buah ini mengandung kadar racun tinggi saat dikonsumsi terutama oleh wanita hamil. Buah segar dan bijinya bila dimakan akan menimbulkan efek sariawan, mabuk, kejang, dan bahkan pingsan.

Penasaran dengan buah ini ketika sebuah diskusi membahas apakah Luwu itu merupakan suku atau bukan. Pengakuan negara atas suku-suku di Sulawesi Selatan hanya untuk Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Padahal dalam sejarahnya, Bugis dan Toraja merupakah anak suku dari Kedatuan Luwu sebagaimana ke sepuluh anak suku lainnya. Kalau Luwu disebut suku akan sangat mengecilkan nilai sebuah kerajaan besar yang pernah menguasai daerah-daerah dan merupakan cikal bakal lahirnya kerajaan-keracaan kecil lainnya di Sulawesi sampai ke Johor dan Selangor di Malaysia. Tapi jika tidak diakui sebagai suku maka dia hanya menjadi simbol tanah bermukim. Hmmmm pilihannya seperti buah simalakama…. bersambung.

#dariberbagaisumber

la_vie

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s