Sambungan : Malam Bugis di Singapore
#Day1
Trip Budaya, begitulah aku menyebut perjalananku kali ini. Meskipun sedikit ribet untuk mendapat izin perjalanan hehehhe, bertepatan dengan beberapa kegiatan di kantor. Namun berhubung tiket sudah confirmed dan pekerjaan dapat didelegasikan, jadilah ijinpun diberikan, alhamdulillah. 😀
Kali ini perjalananku bersama Opu Odeng dan Dwi terbilang cukup nyentrik. Dikarenakan kami bertemu kawan-kawan baru yang mewarnai perjalanan kami dengan indahnya. Tentu saja beragam perbedaan menjadi sebuah kewajaran, apalagi saat saling ingat mengingatkan itu menjadi cerita yang menyegarkan.
Seperti halnya saat kami tiba di Singapore, Tengku Shawal menjemput kami di bandara. Sedikit menunggu karena Dwi harus menghadap ke petugas Imigrasi. Hehehh, dia menyelipkan KTP di buku passportnya, sehingga petugas menemukan perbedaan nama yang tertulis di Kartu Tanda Penduduknya dengan yang tertera di Passport. Sehingga perbedaan huruf itupun menjadi persoalan. Untungnya, nama Tengku Shawal dan nomor teleponnya sedikit mujarab untuk diberikan kepada petugas imigrasi sehingga Dwi dapat bergabung dengan kami untuk melanjutkan perjalanan hehehhe.
Kami meninggalkan bandara dengan lega. Berhubung cuaca sangat cerah, bahkan sedikit panas, kami diajak menikmati santap siang di pusat jajanan lokal Singapore, di Bedok Food Corner. Makanannya beragam, kalau di Indonesia seperti foodcourt gitu deh. Pilihan makanan pun jatuh pada menu ayam Singapore yang dimasak steam dan digoreng. Yummm lezat sekali.
Lantas kami disuguhkan minuman khas yang namanya Bandung. Sedikit unik kelihatannya, namun begitu diminum, saya jadi teringat minuman khas yang sering saya minum di Makassar. Syrup DHT merah, dicampur susu ditambah air soda heehheh.. warnanya yang pink, membuat tergoda, ditambah dingin es yang mencair. Sambil sedikit belajar bahasa melayu, dingin mereka sebut sejuk. 😀
Usai menikmati santap siang, kami diajak berkeliling kota Singapore yang luasnya hampir sama dengan Kota Jakarta sekitar 710km persegi saja. Tapi penataan kotanya lebih rapi dan apik. Semua sangat teratur, meski nampak pembangunan di kanan kiri jalan. Hingga akhirnya kami mengarah ke Kampung Gelam tempat kami akan menginap di kota metropolitan ini.
Kami memilih tempat ini, karena dekat dengan tempat acara Sirri na Pesse di Malay Heritage Centre Kampunh Glam yang akan kami ikuti malam harinya. Awalnya kami ke ABC Hostels, persis di belakang mesjid Sultan, namun berhubung sedang renovasi, sehingga barang-barang sedikit berantakan jadi kami memutuskan untuk mencari hostel lainnya. Akhirnya, setelah putar-putar, kami pun memilih Five Stone Hotel di Beach Rd.
Setelah rehat sebentar, kami pun bersiap-siap untuk menghadiri acara di Istana Kampung Glam. Acaranya meriah, unik dan menampilkan banyak tarian serta pementasan lainnya. Beberapa tokoh penting juga hadir utamanya para keturunan Lima Opu Daeng yang berdarah Bugis di Singapore, Malaysia dan Indonesia.
Kawan kecilku yang bermukim di Singapore, Titik, pun menyempatkan hadir pada malam itu. Walhasil, alih-alih beristirahat, usai menghadiri malam Sirri na Pesse itu, kami hanya kembali ke hostel untuk berganti pakaian lalu menuju Mustafa Centre, salah satu kompleks perbelanjaan ramah lingkungan di Singapore. Kompleks perbelanjaaan ini buka 24 jam. Jadi kami berkeliling untuk melihat-lihat beberapa cinderamata dan tentu saja mengisi kantong tengah yang kelaparan di tengah malam hihihihi…
Waktu menunjukkan waktu tengah malam saat kami melangkahkan kaki kembali ke hostel. Ingin menikmati udara malam, kami pun berjalan kaki. Sungguh asyik berjalan kaki di Singapore. Bahkan di siang hari pun, orang cenderung berjalan kaki atau naik bus berkeliling kota. Pemerintah Singapore tidak hanya mengakomodir kebutuhan transportasi warganya, tetapi juga para pejalan kaki. Bisa dilihat dari peta-peta yang terpampang di beberapa halte bus/MRT yang memberikan gambaran rute pejalan kaki bahkan kalori yang terbakar untuk rute yang dilalui.
#Day2
Mata ini masih sangat berat, memang masih subuh, dan senyap. Namun kami harus bangun, hari yang indah sudah menanti. Perjalanan masih harus kami lanjutkan. Namun, percakapan kami sedikit terganggu karena harus berbisik. Betapa tidak, kalau kami bertiga berbicara, berasa sekampung yang berkomunikasi hahahhha. Ternyata, suara kami cukup mengganggu tidur satu kawan baru kami di kamar.
Ana, asal Jerman, telah lebih dulu di kamar ini sebelum kami tiba. Ternyata, kesunyian adalah sahabatnya, sehingga sedikit suara saat bergerak dapat mengganggunya, apalagi korokanku hahahaha. Maafkan kami Ana. Walhasil, kami merapikan barang-barang dengan perlahan, sebisa mungkin tanpa suara, termasuk keluar masuk pintu kamar karena harus ke kamar mandi.
Pagipun menjelang, koper-koper kami telah siap. Ana pun sudah terbangun dan kami bisa leluasa berbicara. Namun tetap kami menjaga bahasa yang kami lontarkan. Biar bagaimanapun, ketegangan sempat menguasai kami, saat Ana merasa terusik oleh suara kami sebelumnya.
Setelah berpamitan, kami pun meninggalkan kamar, menuju lobby dan menitipkan koper-koper kami. Memang kami belum meninggalkan Singapore, tetapi kami ingin mengunjungi beberapa tempat sehingga memilih check out lebih awal.
Tujuan pertama kami adalah Mesjid Sultan. Mesjid ini letaknya persis di depan Malay Heritage Centre atau Istana Kampong Gelam. Secara, Mesjid Sultan didirikan semasa pemerintahan Sultan Hussain Shah di tahun 1824 dan oleh Pemerintah Singapore dijadikan Monumen Kebangsaan di tahun 1975.
Titik menemui kami di depan Istana Kampong Glam sebelum kami bertolak ke Orchard Rd. Orchard Rd ini sangat terkenal sebagai salah satu pusat perbelanjaan utama di Asia. Rumah bagi fashion favorit, toko-toko retail dan tentu saja memiliki beragam pilihan lifestyle.
Begitu tiba di tempat ini, kami langsung diajak Titik menuju ke sebuah gedung. Menggunakan Lift, kami naik ke lantai 6, dan saya batu tahu bahwa ada sebuah produk bra khusus untuk pasien paska operasi kanker payudara. Bra yang dibuat khusus itu harus mengikut pada ukuran pasien, tidak seperti bra pada umumnya.
Setelah transaksi, kami pun meninggalkan gedung itu menuju Marina Bay. Perjalanan hari ini kami pilih menggunakan bus. Pelayanan bus di Singapore pada dasarnya sangat nyaman, kecuali saat melakukan pembayaran tunai, sebaiknya menyiapkan receh koin sesuai harga tiket. Karena sopir bus tidak menyiapkan kembalian jika kita membayar lebih. Sebagian besar transaksi dilakukan secara cashless menggunakan kartu.
Meskipun sudah berulang kali ke Marina bay, tetap saja tempat ini menjadi tujuan saat ke Singapore. Pertama karena rekan perjalanan yang berbeda, kedua karena tempat kunjungan umum di Singapore memang terbatas hehehehe. Begitupun kali ini. Berempat, the three musketeermistress – tellu makkunrai warani namakanja plus Titik, kami berpetualang seharian di sepanjang Marina Bay.
Sampai sore menjelang, kami kembali ke Five Stone Hostels. Setelah memdapatkan karcis bus ke Johor, kami pun bersantai sejenak menikmati suasana sore di Bussorah St. Keunikan lain dari Singapore adalah sebahagian besar penduduknya adalah warga negara asing. Sehingga beragam menu makanan dari berbagai negara terhidang di sepanjang Bussorah St.
Pukul 7.30 etang, kamipun bergeser ke Halte Bus yang akan menghantarkan kami ke Johor. Awalnya kami ingin memcoba sleeper train langsung dari Singapore ke Kuala Lumpur, Malaysia. Namun ternyata tujuan kami berubah sehingga kami diarahkan untuk naik bus. Meskipun bus yang kami tumpangi tujuan Kuala Lumpur, namun kami akan turun di Machap setelah berganti bus di terminal besar Larkin.
Perjalanan kami di singapore pun berhenti saat stempel imigrasi yang menyatakan kami telah keluar dari Singapore dibubuhkan di passport kami di perbatasan Singapore-Malaysia. Terbayang perjalanan panjang masih menanti sebelum kami kembali ke tanah air.
Bersambung ke… Jelajah Malaysia 2017
#viestory #myday #myfreedomspace #ceritavie