Semarak Asian Games begitu bergemuruh saat pesta pembukaan yang dilaksanakan di Gelora Bung Karno 18 Agustus 2018. Meski hanya menyaksikannya lewat layar kaca, namun semangat dan gelora yang di teriakkan dalam semboyan Feel the Energy of Asia sungguh menggetarkan jiwa dan kebanggaan Indonesia.
Satu demi satu perolehan medali direbut oleh putera puteri terbaik bangsa Indonesia hingga melampaui target yang dicanangkan. Menjadi bukti sejarah bahwa Indonesia mampu mengalihkan pandangan dunia akan kehebatannya dalam melaksanakan pesta olahraga bertaraf internasional.
Pun ketika saya kembali dari Luwu Timur bersama Giedha, kawan dari Sorowako, kami pun memutuskan untuk menikmati antrian panjang memasuki Festival Asian Games. Sungguh di luar dugaan, bukan hanya antri untuk masuk ke lokasi festival, antrian untuk mendapatkan official merchandise pun tak kalah panjangnya. Membutuhkan waktu 4 jam untuk kami antri dibawah terik matahari dan bisa masuk ke store merchandise itupun dalam kondisi barang sudah hampir seluruhnya sold out.
“Aku nyampe GBK jam setengah lima untuk antri merchandise mba.. itupun storenya baru buka jam delapan pagi. Baru aku bisa dapat boneka Asian Games, makanya aku buka “Justip” (jasa titip -red) mba, jelas Indah, salah satu pengunjung.
Meski kamipun akhirnya tetap ikutan antri, terbukti kata-kata Indah, saat kami masuk, sebagian besar souvenir Asian games terutama boneka, gantungan kunci telah habis. Setiap hari kami re-stock souvenir pagi dan sore hari dan selalu kehabisan, sampai-sampai ada antrian untuk pre-order pemesanan boneka maskot Asian Games, dan seperti yang lain, antriannya pun sangat panjang.
Namun, semangat gelora the energy of Asia ini tidak hanya terasa di Jakarta. Bahkan membuat seorang kawan rela terbang dari Semarang ke Jakarta dengan tujuan menyaksikan Closing Ceremony Asian Games 2018 di Gelora Bung Karno, Minggu 2 September 2018.
Namanya Cicie, panggilan dari Susilowati. Berhubung aku menjemput kakakku yang pulang dari ibadah haji pada 1 September malam, maka akhirnya aku stay di Bandara Soekarno Hatta sepanjang malam karena Cicie tiba dari semarang tanggal 2 September pagi. Walhasil, kami bertemu dan sempat berganti kostum hijau Asian Games sebelum menuju ke GBK.
Berhubung Minggu adalah moment Car Free Day di Jakarta, jadilah kami turun dari Damri di kawasan Semanggi dan lanjut berjalan kaki ke GBK. Wah, hari yang luar biasa, karena antri pengunjung Festival Asian Games 2018 jauh lebih ramai dari hari-hati sebelumnya.
Kamipun membeli tiket Festival, lalu mojok menunggu Giedha, Opu Odeng dan Opu Besse sambil menikmati hilir mudik lalu lalang orang yang antri mau masuk ke GBK. Setelah kami berkumpul, segera kami masuk ke area Festival. Dan tidak lupa beragam pose foto andalan pun menjadi bagian dari pengingat moment bahagia itu.
Ketika waktu menunjukkan pukul empat sore kami pun berpisah, karena aku dan Cicie memiliki tiket penutupan Asian Games dan kami harus segera masuk ke Istora mengingat akan panjangnya antrian masuk. Kamipun berganti kostun merah bertuliskan INDONESIA dengan aksesoris tempelan di pipi dan pengikat kepala. Dan syukurlah kami dapat masuk lebih awal, karena kami mendapatkan tempat di lantai 3 dan harus menaiki tangga karena tidak ada lift atau escalator. Dan lebih syukur lagi, beberapa meter antrian di belakang kami, ternyata sampai kehujanan saat antri, karena hujan yang sangat lebat tiba-tiba berlaga di panggung istora.
Hanya ucapan alhamdulillah dan rasa kagum yang tak henti-hentinya kami ucapkan, teriakan demi teriakan menjadi gemuruh yang bersahutan dengan kembang api yang ditembakkan ke udara. Sungguh malam yang luar biasa. Segala penampilan, antusias penonton dan dramatisasi acara yang mengalirkan darah secara cepat, memompa andrenalin yang hanya bisa terlampiaskan oleh teriakan teriakan panjang selama durasi acara berlangsung.
Indonesiaku bisa Indonesiaku hebat. Kebanggaan menjadikan malam itu semakin dahsyat.