TALAJA PINKERS

Entah kapan sebutan talaja menjadi viral. Tapi yang jelas, bu bidan cantik Nasmasriati atau dikenal dengan sebutan Bidan Nur, Rihul dan diriku akhirnya sering disebut talaja. Padahal kami memiliki group sendiri yang disebut kwek-kwek. Dalam group ini, ada satu lelaki yang bernama Untung Pitoyo disingkat mas Upit, yang disebut-sebut sebagai pengikat talaja.

Dalam beberapa kegiatan memang kami sering bersama. Kalau diingat-ingat sepertinya belum lama kami ini berkumpul, hanya setelah saya kembali ke Luwu Timur. Tapi sekarang, rasanya seperti keluarga sendiri, rinduuu rasanya jika tak berkabar.

Bidan Nur

Sebelum bertandang ke rumahnya, saya hanya mendengar cerita bahwa bu bidan yang kami kenal ini adalah juga seorang ASN yang juga kontraktor. Rupanya memang beliau adalah seorang bidan ASN dengan penugasan di Puskesmas Mangkutana, tetapi juga memiliki klinik bersalin di rumahnya, yang tidak memungut bayaran.. mashaallah…

Bahkan yang paling mengejutkan, adalah ketika dia membantu proses melahirkan seorang ibu di tengah-tengah kebun, di atas sebuah mobil pick up, yang kemudian membuat ibu bidan cantik ini melakukan wawancara live dengan beberapa stasiun TV Indonesia. Menjadikannya seorang bidan yang siap bertugas kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi apapun.

Iseng saya pernah menanyakan, benarkah dia seorang kontraktor? Ternyata secara administrasi memang bukan, tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan, dia selalu memastikan bahwa pekerjaan yang dikerjakan oleh perusahaan keluarganya, dilaksanakan dengan penuh amanah dan tentu saja, dari hasil pekerjaan kontraktor inilah, dia bisa membiayai klinik pribadinya terutama petugas kesehatan yang membantunya menangani kasus-kasus kesehatan khususnya di sekitar Kasintuwu Mangkutana tempatnya tinggal.

Selain itu, keseruan bidan cantik ini adalah kemampuannya meloby sebuah perusahaan supply kendaraan berat untuk memberikannya sebuah escavator berwarna pink sebagaimana warna kesukaannya.

Rihul Rahim

Si hidung mancung ini bernama Rihul Rahim, entah mengapa aku nyaman memanggilnya “hul’ bukan hulk loh hahaha… Memiliki perawakan khas kental Wotu, saya mengenalnya sejak pertama kali bergabung sebagai ASN di kabupaten Luwu Timur tahun 2009. Setelah itu saya ditugaskan ke Jakarta tahun 2012.

Sejak saya kembali ke Luwu Timur di tahun 2019 kami menjadi dekat, terlebih lagi karena saya membutuhkan seorang protokol yang benar-benar mengerjakan tugas sebagai seorang protokol, tidak hanya menjadi MC saja. Atau hanya menjadi protokol pada acara-acara besar saja, itupun hanya sebatas pengurusan tempat duduk dan MC (lagi). Syukurlah, Rihul bersedia saya gembleng dan ternyata cepat belajar sehingga dia bisa bekerja sebagaimana yang diharapkan.

Semakin menambah kedekatan kami, saat Rihul bersedia membantuku membuat Iklan Layanan Masyarakat tentang Potensi Rumput Laut Luwu Timur dan Kerajinan Luwu Timur. Ibu dari si cantik Nandra ini bersedia berulang-ulang dalam proses pengambilan gambar sampai semua benar-benar pas pengambilannya menurutku sebagai sutradara dan pengarah heheheh, maafkan ya Hul…

Tapi hal ini berbuah perjalanan ke Jakarta mengikuti pameran Apkasi tahun 2019. Lah, kaget juga ternyata bekerja sekian tahun, baru kali itu dia menginjak ibukota Indonesia di Jakarta. Jadilah sekali mengayuh, dua tiga pulau terlampaui. Berhubung pamerannya beberapa hari dan ada penjadwalan tugas penjagaan stand, aku pun mengajak timku ke Bogor dan belajar langsung dari Radar Bogor, kebetulan direkturnya adalah sahabatku sejak dari Unhas dulu.

Eh, rupanya, kebersamaan ini justru membawa kami semakin dekat. Bahkan berdampak pada kedekatan bersama bu Bidan Nur.

Untung Pitoyo a.k.a Upit

Kalau lelaki satu ini, aslinya Jawa. Aku panggilnya mas Upit. Beliau ini ajudan Bupati Luwu Timur yang sok ganteng hehehhe meski pada dasarnya emang ganteng pada masanya. Entah mengapa dia bisa berada di tengah kami-kami. Bahkan parahnya menjadi salah satu the pinkers.

Tapi yaaa, tentu saja hal ini semakin menambah keseruan geng kwek-kwek kami. Setidaknya, ada kehidupan lain yang kami miliki diluar pekerjaan yang sepertinya tak berujung. Apalagi si mas satu ini ternyata cerewet sekali. Saya ingat saat itu kami bertiga baru kembali dari Palopo. Dan Rihul mendapat omelan dahsyat, gara-gara membiarkan saya pulang dari Wotu ke Malili naik motor tengah malam. Jiahhh bener-bener dah.

Trus si mas ini rela pakai baju pink dan menjadi pinkers demi sebuah kebersamaan. Wah, pokoknya lengkap deh.

Terima kasih atas kebersamaannya semua yaa.. sempat galau saat harus meninggalkan ibukota kembali ke kampung tercinta. Namun kehadiran kalian membuatku merasa bahagia dan tentu saja memiliki ikatan baru dalam sebuah kebersamaan.

Salam pinkers telolet 😍