Tanteku sudah pamit masuk ke kamar karena harus cepat tidur. Rencananya mau bangun subuh dan berangkat main golf. Tinggallah aku dan anak-anaknya yang masih betah bercengkerama di meja makan sambil ngerumpi dan ngemil Pizza huakakakkak. Eh, tidak begitu lama, tante pun keluar kamar dengan hebohnya. Ternyata hanya ingin memperlihatkan sebuah video kehidupan yang tragis.
Rupanya beliau baru saja menerima kiriman sebuah video dari group Majelis Ta’lim tempatnya ngaji. Ya Allah.. betapa terkejutnya kami menyaksikan seorang laki-laki yang sementara menyanyi menghibur rekan-rekannya tiba-tiba jatuh tertelungkup, meninggal dunia. Dan dari hasil autopsi, penyebabnya adalah jantung. Dan adegannya diulang-ulang tante agar kami paham sesungguhnya yang terjadi…
Innalillahi wainnailaihi roji’un…
Allah ta’ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)
Pada hari kematian tersebut seluruh makhluk kembali menghadap kepada Allah SWT yang akan menghisab seluruh amalan kita. Untuk itu Allah SWT telah memerintahkan kita dalam firman-Nya,
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.” (QS. Al Baqarah: 281)
Melihat video itu tetap juga antara percaya dan tidak percaya, tidak nampak tanda-tanda sakit, bapak itu masih saja bernyanyi ketika dia tiba-tiba jatuh. Ya, begitulah kematian, tidak memandang siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Ia pasti datang. Tidak ada yang bisa menolak, karena semua telah tercatat rapi dalam Lauh Mahfudz. Kita hanya bisa siap menerima tanpa mampu untuk negosiasi mundur bahkan menolaknya.
Siapkah kita akan datangnya kematian? Pernahkah kita memikirkan amalan apakah yang akan kita bawa kembali bersama kita.. karena sebaik-baik amalan lah yang akan menemani kita menghadap sang Pencipta.
Pernahkah kita memikirkan juga.. amalan apakah yang kita tinggalkan untuk orang-orang yang kita cintai? Bagaimanakah keberlangsungan hidup mereka yang kita tinggalkan? Andai kita masih sendiri.. tentu tidaklah seberat mereka yang menjadi tulang punggung keluarganya, pencati nafkahbutama di keluarga. Mereka yang memiliki tanggungan.. entah itu orang tua yang sudah tidak berkemampuan untuk mencari penghasilan. Ataukah anak-anak yang masih akan bertumbuh.. sekolah dan menlanjutkan hidup mereka. Karena yakin saja.. kita tidak akan terlalu memikirkan pasangan hidup kita.. karena tentu saja mereka akan melanjutkan kehidupan dengan orang lain.
Sehingga pertanyaannya.. sudahkah kita meninggalkan proteksi hidup untuk mereka yang kita sayangi? Untuk istri yang dicintai.. atau anak-anak yang dikasihi.. ataukah kita rela melihat mereka hidup dengan kebahagiaan bersama pendamping hidup ibu mereka yang baru karena kita tidak meninggalkan keperluan kebutuhan mereka??
Kalau mereka bahagia.. kalau sebaliknya?? Ataukah kita termasuk orang-orang yang menyerahkan segalanya pada Allah SWT.. sehingga menganggap tidak perlu menyiapkan apa-apa untuk mereka.. apakah kita tega melihat keluarga yang kita cintai hidup dalam kesusahan? Naidzubillahi min dzalik…
Nah.. salah satu jawaban untuk kebutuhan akan proteksi hidup keluarga yang kita cintai adalah dengan asuransi. Anggapan bahwa membeli asuransi adalah sama dengan membeli jiwa adalah keliru. Karena kita membeli asuransi sesungguhnya adalah membeli perlindungan yang akan meringankan beban dampak keuangan yang ditimbulkan dengan ketiadaan kita dalam keluarga.
Sebagai contoh.. ketika kita mengambil asuransi untuk anak dengan memperhitungkan kebutuhan sekolahnya hingga dia kuliah.. .. maka kita bisa menghitung.. dengan menabung 12 juta rupiah pertahun sejak si anak berusia 6 bulan maka.. dengan kita menabung hingga anak berusia 18 tahun saja.. si anak akan mendapatkan perlindungan kesehatan untuk kelas VIP di kamar 1juta per hari hingga dia berusia 55 tahun. Artinya dengan hanya menabung selama18 tahun..maka anak kita mendapat keuntungan perlindungan kesehatan bukan hanya selama 18 tahun tetapi hingga dia berusia 55 tahun. Sungguh perbandingan yang jauh, bukan???
Belum lagi.. si anak bisa mendapatkan perlindungan kecelakaan diri hingga kematiannya.. Bahkan jika menabung di Prudential.. maka.. ketika si anak berusia 18 tahun, maka di usia 18 tahun si anak bisa mendapatkan nilai investasi dari dana yang kita tabungkan selama 18 tahun sehingga dia sudah memiliki dana yang dia bisa gunakan untuk kuliah.. luar biasa kan?
Dengan sekali menabung.. maka perlindungan kesehatan, kecelakaan, jiwa bisa sekaligus dinikmati.. ditambah lagi dengan nilai investasi dalam bentuk tunai yang dapat dicairkan saat si anak berusia 18 tahun.
Namun tentu saja.. hal ini bisa berhasil hanya dengan komitmen dan kesungguhan sang ayah dalam menabung untuk sekolah si buah hati.
Tentu saja akan berbeda jika kita tidak mengambil proteksi kesehatan ini.. kita serahkan semua kepada Allah SWT. Bahwa apapun yang terjadi, Allah akan mengaturkan rejeki si anak…tapi apakah kita rela melihat dia memanggil ayah yang lain dan bahagia bersamanya tanpa kehadiran kita.. ataukah kita akan berbangga hati dan bahagia melihat keberhasilan anak kita dari usaha dan kerja keras yang kita lakukan untuk mereka??? Allahu Alam Bissawab…
Seperti dia yang tiba-tiba meninggal… tanpa persiapan.. tanpa aba-aba… adakah proteksi yang sudah dia siapkan untuk istri dan anak-anaknya.. setidaknya meski Anda tidak bersama mereka lagi, tetapi gaya hidup.mereka tetap terpenuhi dengan keamanan perlindungan keuangan keluarga yang telah Anda siapkan untuk mereka..
#ceritavie
#MyFreedomSpace
#LifeisBeautiful
Sumber Foto : (Google Image)
la_vie