Semburat merah perlahan menjelajah, merengkuh satu-persatu awan putih di cakrawala. Sesekali nampak awan-awan nakal yang menggeliat menampakkan dirinya dibalik pelukan cahaya mentari. Mencoba melepaskan diri, tak ingin masuk ke dalam jelajah dan bertahta pada gelapnya malam.
Akh malam.. betapa aku tak ingin bertemu denganmu. Masih perih rasa yang tak ingin kuceritakan kepadamu. Masih ingin aku bermain bersama awan-awan putih itu. Mengapa kau rebut waktu itu dari kami.
Andai bisa aku memperpanjang waktu. Sungguh aku ingin bertemu denganmu kala aku telah siap. Kala aku telah berdamai dengan hatiku. Kala bimbang ini telah terjawab dengan syahdu.
Karenaku dia telah pergi. Karenaku, duka itu tertoreh pada keluarganya. Karenaku… , akh… semua karenaku.
Berita bahagia yang ditunggu-tunggunya, justru menghantarkannya pada akhir kisah hidupnya. Berita bahagia yang justru membuatnya hilang dari keceriaan mereka yang mencintainya. Berita bahagia yang kemudian menjadi duka dan semua karena aku.
Oh malam.. sungguh aku tak ingin menemuimu. Masih ingin aku bermain bersama awan-awan putih itu. Bersama mereka aku melihat keceriaan, bersamamu aku melihat duka, airmata dan kepedihan. Maafkan aku yang tak ingin bersahabat denganmu lagi. Maafkan aku yang enggan bersamamu lagi. Karena kehadiranmu akan terus mengingatkanku padanya.
Namanya telah terpatri di hatiku. Rasa yang tak mungkin hilang oleh lekangnya waktu. Kepergiannya menyisakan sesak di dadaku. Sungguh, perangaiku menjadi siksaan yang baru. Semua karena kepergiannya yang adalah karenaku.
Oh malam.. bagaimana aku dapat berdamai denganmu??
#mengenangmu #inmemorian
la_vie