Tergelitik membaca postingan-postingan di medsos hari ini. Kebanyakan memang postingan foto anak-anak para sahabat-sahabat saya yang sedang mengikuti lomba dan karnaval dengan beragam jenis pakaian, apakah itu pakaian adat, apakah itu pakaian kerja yang menjadi cita-cita anak-anak yang menggunakanannya. Intinya adalah, karnaval seperti ini dilakukan tiap tahun mengenang R.A. Kartini setiap tanggal 21 April seperti hari ini.
Namun yang menggelitik saya adalah komentar menyampaikan nada protes bahwa R.A. Kartini itu bukan pahlawan bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan pejuang-pejuang wanita lainnya di Indonesia. Bahkan sampai menyimpulkan terjadinya pembohongan sejarah dan itu hanya rekayasa Belanda saja.
Memang benar, banyak wanita-wanita hebat di Nusantara ini yang patut dikisahkan perjuangannya, diangkat namanya, dikenang sebagai pahlawan, lantas mengapa hanya R.A. Kartini yang disebutkan?
Kenapa tidak ada hari Cut Nyak Dien dan Cuk Nyak Meutia, pejuang Aceh? Kenapa tidak ada hari Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto atau hari Hj. Fatmawati Soekarno? Padahal mereka masuk dalam 12 tokoh pejuang wanita Indonesia selain Hj. Rangkayo Rasuna Said yang pernah dipenjara di Belanda tahun 1932 karena memprotes ketidakadilan Pemerintah Hindia Belanda dan aktif memperjuangkan persamaan hak pria dan wanita terutama saat menjadi anggota DPR-RIS dan pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung.
Kenapa pula tidak ada hari Maria Walanda Maramis dari Sulawesi Utara yang berjuang agar wanita memiliki hak suara di perwakilan Minahasa tahun 1969, atau Martha Christina Tiahahu dari Maluku, atau Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan dari Yogyakarta.
Belum lagi tokoh wanita Nyi Ageng Serang dari Jawa Tengah, Opu Daeng Risadju dari Palopo Sulawesi Selatan, atau Raden Dewi Sartika dari Jawa Barat. Mereka yang sudah tercatat sebagai pahlawan wanita Indonesia, dan masih banyak lagi, Lantas mengapa hanya hari Kartini??
Dari tulisan Bayu Galih di Kompas Memahami Kepahlawanan Kartini Melalui Surat-suratnya dijelaskan bahwa, keinginan Kartini hanyalah pendidikan dan itu mewakili harapan wanita Indonesia utamanya dalam pendidikan dimana saat dia menulis surat-suratnya, pendidikan merupakan hal yang sulit untuk perempuan di zamannya.
“Kartini pun menuntut perempuan untuk dapat pendidikan. Ini dilakukan, menurut Kartini, bukan untuk menyaingi laki-laki. Namun, Kartini memahami bahwa perempuan dikodratkan menjadi ibu, dan ibu merupakan pendidik pertama untuk tiap manusia. Alasan itulah yang dinilai Kartini perlunya perempuan mendapat pendidikan.”
Kita hanya bisa berasumsi, memperkirakan apa yang dipikirkan Kartini saat itu. Harapan itu, ide itu bahkan mungkin dianggap gila pada zamannya. Bahkan tindakan politik etis yang dilakukan oleh Belanda menjadi terpengaruh dengan tulisan-tulisan Kartini, karena semangatnya.
Saya membayangkan, andai saat itu perjuangan wanita-wanita Indonesia lainnya pun telah dilukiskan dalam kata-kata, digoreskan dalam lembaran-lembaran kertas, bisa saja perjuangan mereka yang diangkat, bukan Kartini seperti saat ini. Namun Kartini mendapatkan kesempatan itu. Kartini menjadi ikon perjuangan wanita-wanita Indonesia, lantas, apa yang salah dengan hal itu?
Menurutku.. bukan siapa yang diperingati. Tetapi nilai apa yang diangkat, bagaimana kita menyikapi nilai-nilai itu. Kartini merupakan ikon, ada nilai lebih dari keputusan yang diambilnya. Tidak bijaklah ketika kita membanding-bandingkan para pahlawan wanita itu satu dengan lainnya, justru akan mengkerdilkan nilai teladan mereka.
Kenapa tidak kita tuliskan saja tentang wanita-wanita hebat di nusantara ini. Kenapa kita menganggap mereka hebat, nilai perjuangan apa yang mereka angkat, sehingga kita dan generasi kita ke depan dapat mengambil pelajaran daripadanya. Seperti tulisan Pramoedya Ananta Toer dalam Rumah Kaca (1988) “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”
Raden Ajeng Kartini pun seperti menjadi bukti atas pandangan Pramoedya tersebut. Namanya dikenang sebagai salah satu pejuang perempuan karena tulisannya.
Untuk wanita-wanita Indonesiaku yang hebat. Berjuanglah dan tuliskanlah, jadikan itu sebagai warisanmu pada generasi muda kita ke depan. Bukan untuk berbuat riya, tetapi untuk menjadi teladan, sehingga mereka bisa berbuat lebih baik lagi, menyempurnakan setiap kelemahan yang dilakukan pendahulunya.
Lantas, hari ini hari apa??
#wanitaindonesia #indonesiahebat
la_vie