Ternyata, ada juga catatan saya untuk pelaksanaan MTKL 2018. Dari ketidaksiapan pelaksanaan hingga pelaksanaan “nekad” yang menciptakan banyak drama.
Pertama, Mulai dari orang-orang yang “PECCU”
Kedua, Kerja yang menjadi tidak profesional
Ketiga, Manajemen Tukang Sate
Keempat, Kamuflase π
Kelima, Manajemen Tertutup,
Keenam, kurangnya budaya “BERBAGI”
Ketujuh, sebaiknya Dewan Adat Kedatuan Luwu lebih memegang peran sebagai pengawas, bukan pelaksana.
Kedelapan, perlu dokumentasi dengan baik.
Kesembilan, Perlu disadari, apapun yang kita lakukan, tentu akan mendapat penilaian dari orang lain.
Kesepuluh dalam catatan kami, lebih mengedepankan dugaan dan prasangka daripada saling mensupport satu sama lain. Baru kali ini saya mengikuti sebuah kegiatan, dimana Ketua Tim lah yang membuat laporan persiapan kepada para koordinator kegiatan, bukankah semestinya koordinator yang melaporkan progres kepada Ketua hehehe.
Tabe kapolo, hasil evaluasi saya ini bukanlah sebuah kebenaran mutlak, tentu bisa didiskusikan sebagaimana setiap tindakan memiliki alasan dan argumentasi. Cukup dijadikan catatan, tanpa upaya untuk mendiskreditkan. Mari mengambil hikmah dari setiap kejadian. πππ