Rasa haru dan bangga ketika melihat warga asing lain senang dan antusias mencoba mengenakan pakaian tradisional kita. Itulah yang kami rasakan ketika baju bodo dan jas tutup khas Luwu Sulawesi Selatan Indonesia tidak hanya dipamerkan tapi juga dikenakan oleh warga negara asing di Singapore.
Kesempatan ini didapatkan di Bazar Ugik, Bugis Festival di Malay Heritage Centre (MHC) Kampong Glam Singapore pada Sabtu 14 April 2018. Festival ini dilaksanakan Bugis Melayu Society Singapore bekerja sama dengan Malay Heritage Centre, Kedatuan Luwu, Kerajaan Riau Lingga dan Persatuan Pencak Silat Sendeng Ritz Singapore.
Sesungguhnya, hampir saja perjalanan ini batal karena izin cuti keluar last minutes hehhehe. Alhamdulillah, semua berjalan sesuai rencana bahkan dengan beberapa perubahan yang sangat membahagiakan. Yang mana berdasarkan Surat Tugas Datu Luwu XL Nomor 01/ST/KDL-PLP/IV/2018 maka ibu Hartawati Andi Djelling Opu Odeng dan penulis bertindak mewakili Kedatuan Luwu dan disponsori oleh CV Mario Putra Tana Manai Jakarta.
Selain kami berdua, turut hadir dari Indonesia, Ketua Umum Kerukunan Keluarga Tana Luwu (KKTL) Dr. dr. Andi Arus Viktor, SpM(K) dan Nuhudawi Andi Affan Naja Opu Ireng, juga istri dari Gubernur Kepulauan Riau, Noorlizah Nurdin dan rombongan dari Batam dan Tanjung Pinang.
Pukul 8 pagi, kami memulai persiapan penataan stand bazaar di halaman Malay Heritage Centre. Dari Stand Kedatuan Luwu, kami memajang pakaian tradisional bugis dengan aneka model dan warna baju bodo lengkap dengan aksesorisnya, jas tutup untuk laki-laki, makanan ringan seperti jipang dan baruasa, serta pisang epek dengan rasa original dan durian.
Menjenguk ke stand sebelah, ada stand dari perkumpulan pencak silat Singapore, aneka makanan khas Bugis seperti kapurung, lawa, coto pangkal pinang, ayam lekku dan masih banyak lagi buah tangan dari Kepulauan Riau disamping pameran baju bodo, lalu ada stand dari Bugis Melayu Society singapore dan kelas memasak kue Bugis yakni metode pembuatan barongko dan sanggara balanda.
Selain itu ada sajian tari-tarian diantaranya tari Pakarena Bugis, Zapin Melayu, Tari Pagellu Toraja, ada pula peragaan pakaian pengantin Bugis dan tabuhan gendang.
Ini adalah pengalaman pertama kami melakukan pameran di luar Indonesia, sehingga semua terasa excited dan penuh rasa ingin tahu – curiosity. Namun kami memiliki pemandu yang cantik dan baik hati Haslinna Jaaman yang senantiasa memberikan penjelasan sehingga kami tidak terlalu kaku dalam kegiatan itu.
Walhasil, kami merasa senang ketika rombongan wisatawan Eropa berkunjung ke stand kami. Mereka mencoba pisang epek bahkan menggunakan baju bodo dan jas tutup. Bahkan sempat membuat heboh, seorang bloger asal Mexico Edgar mendadak menjadi pusat perhatian dengan menggunakan jas tutup warna hijau. Dengan gayanya yang lucu dan mengundang perhatian, Edgar “diserbu” untuk berfoto bahkan dipanggil Datuk Museng ππ. Frankly said, he is so charming.
Pameran ditutup dengan hujan dan insiden kecil yang membuat Ibu Noorlizah Nurdin sangat terluka. Dia menumpahkan isi hatinya melalui media sosial miliknya.
Namun demikian, semoga insiden ini menjadi koreksi bersama. Teringat pepatah dimana langit dipijak disitu langit dijunjung. Terkadang, kekurangan informasi menyebabkan keputusan yang kita ambil menjadi sepihak dan tidak mengindahkan pihak lain sehingga terkesan individualistik. Apalagi sampai menyinggung tetamu yang hadir.
Salam budaya πππ