Tenun dan Roto Rongkong

Keberuntungan membawaku menginjakkan kaki ke tanah Rongkong, Luwu Utara. Desa yang terletak di kaki bukit ini diberi julukan negeri berselimut awan Tanah Masakke atau Tanah yang berkah. Bersama teman-teman Ejayya Art dan disponsori Ketua Umum AKAR (Aliansi Keluarga Rongkong) Bersatu, Dewi Sartika Pasande.
Kami diterima di baruga Tomaka Limbong Rongkong atau Pemangku Adat Limbong Rongkong. Setelah melihat beberapa tarian etnis rongkong juga nyanyian, kami pun menuju Kampung tenun dan wisata alam Rongkong.

Gerbang kampung tenun Rongkong


Di kampung ini, saya bertemu Hadia (53). Rupanya, si ibu bersama 4 ibu lainnya yakni Siti Norma (50), junaya (48) fajarwati (28) dan Elfi (23) telah membentuk kelompok tenunan yang diberi nama kelompok Bunga Risin. Mereka menenun di dusun Salurante Desa Rinding Allo kec. Rongkong Luwu Utara.

Bersama ibu Hadia


Hadia bercerita bahwa budaya tenun ini diangkat kembali pada tahun 2017, setelah 18 tahun budaya ini hilang. Saat itu, muncul kesadaran akan punahnya budaya tenun ini jika satu-satunya pewaris budaya ini meninggal dunia. Sehingga mereka pun belajar dari ibunya bernama Mawila  yang baru saja meninggal dunia tahun 2020 di usia 80 tahun.

Motif Bunga Rissin Tenun Rongkong



Motif ini disebut bunga rissin yang merupakan tradisi turun temurun baik dari bapak maupun ibu, Entah siapa yang pertama kali mengajarkan design tenunan ini, namun tenunan rongkong dibuat dari hati. Untuk membuat 1 lembar kain dengan motif bunga rissin, membutuhkan waktu 6 bulan dengan pengerjaan secara rutin. Sedangkan untuk kain puri lonjong butuh waktu 1 tahun.

Aneka motif kain Roto Rongkong


Selain bunga Rissin, ada juga motif Sekong Sirenden, Kulambu Tanete, Rundun Lolo, Tali Tobatu, Pori Lonjong, Pori Roto dan Pori Ta’tak dan lain sebagainya.

Teknik Pembuatan Tenun dan Kain Roto Rongkong

Pewarnaan pada tenun dan kain roto Rongkong menggunakan bahan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan, sehingga benang dan kain yang akan diwarnai harus diperlakukan secara khusus terlebih dahulu. Hal ini untuk mengikat warna. Sehingga kain dan benang yang akan diwarnai harus disiapkan dengan beberapa langkah.

Pertama; benang dan kain ditumbuk dengan air palli atau campuran rempah lalu dijemur, dan diulang sekitar seminggu hingga benang dan kain siap untuk diwarnai.

Proses menumbuk kain Roto Rongkong


Kedua; benang dan kain yang sudah disimpan 1 minggu, diikat. Lalu dicelup ke dalam cairan warna. Untuk warna hitam dari daun kayu, kalau merah dari akar kayu

Benang dan kain diikat sebelum dicelup ke pewarna



Daun tanaman Indigo atau Tarum warna hijau


Akar mengkudu untuk warna merah Perpaduan daun tarum dan mengkudu menghasilkan warna hitam


Benang yang sudah ditumbuk lalu dijemur supaya warna melengket karena pewarnaan alam dari tumbuh-tumbuhan

Benang yang sudah diwarnai dan siap dipintal untuk ditenun



Proses Tenun



Kain pun ditumbuk supaya mudah menyerap, seminggu ditumbuk dengan kemiri atau air, basah dijemur kering ditumbuk lagi selama seminggu.

 

Motif sekong mandi’

Motif sora yang artinya pertahanan


Keindahan dan keanekaragaman budaya Indonesia perlu dilestarikan. Begitu pula tenun dan roto Rongkong ini. Mari mencintai produk-produk asli Indonesia. Dari bahan-bahan alami dan masih tradisional pekerjaan tangan (handmade).

Bumi Tanah Masakke, 4 Oktober 2020

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s