Saat Kau Memilihnya

Namun Dia Menyakitimu

Tidak sebentar aku mengenalmu. Beraneka cerita sudah menjadi hiasan kisah kita. Semua kulakukan hanya dengan satu alasan bahwa kubelajar menerima kenyataan dan berusaha mencintaimu.

Namun, disaat aku mulai menikmati kasih sayangmu, disaat rasa sakit mulai terobati dan cinta mulai merekah, kau dengan sadar membenamkan belati beracun tepat menyentuh relung hati yang paling dalam.

Sakit yang kauberikan sungguh perih, hingga rasa itu menjadi tak terbayangkan. Hanya lembaran putih yang menyilaukan dalam bingkai amarah.

Butuh waktu untuk melupakan yang telah kau lakukan. Saat keputusan ternobatkan dan kau memilih bersamanya. Kau melegitimasi sebuah keadaan yang selama ini kau ingkari sendiri.

Sungguh, pertanyaanku tak terhenti, namun tersekat di ujung kerongkongan, tanpa terucapkan. Air mata tak terbendung dan kulewati hari tanpa senyum. Pekat, gelap, hilang asa karena kepergianmu.

Kini, saat aku mendengar bahwa dia menyakitimu dengan cerita yang memenjarakan ke-Aku-an mu selama ini. Entah mengapa rasa sakit kembali menghampiriku. Dia yang kau pilih dengan meninggalkanku, ternyata tak memberimu damai dan bahagia.

Aku ingin tertawa, menertawakan pilihanmu. Tapi entah mengapa, justru sakit yang kurasakan laksana luka yang kembali menganga lebar. Entah kemana rasa benciku padamu karena memilih dia, tapi aku bersyukur, tak perlu menghakimimu dengan tanganku karena sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui atas segala apa yang terjadi.

#catatanvie – Tapu Ondau, 28072019

TUGAS Mempertemukanku dengan I La Galigo

Sedikit rasa sedih menyelimuti saat mendapat informasi pertunjukan I La Galigo karya Sutradara dunia Robert Wilson yang akan dilangsungkan di Jakarta pada 3, 5, 6, 7 Juli 2019. Bukan hanya harga tiket pertunjukannya yang bikin kliyeng-kliyeng tetapi lebih-lebih harga tiket pesawat PP Makassar-Jakarta yang tidak turun-turun.

Namun ternyata Allah SWT berkehendak lain. Tugas membawaku ke Jakarta dengan menjadi bagian dari tim Luwu Timur untuk Apkasi Expo 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta 3-5 Juli 2019.

Bukan hanya menjadi bagian dari tim pameran, ternyata tugas protokol pun harus dilaksanakan berhubung Bupati Luwu Timur Muhammad Thorig Husler juga berkenan hadir pada pembukaan Apkasi Expo 2019 dan mengikuti Rapat Pengurus Apkasi setelah pembukaan Expo pada 3 Juli 2019.

Malam harinya, orang nomor satu di Bumi Batara Guru ini berkenan menyaksikan pertunjukan I La Galigo di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta.

Berhubung tiket yang disiapkan Kadis Pariwisata, Budaya, Pemuda dan Olahraga Luwu Timur hanya 4, maka loby-loby pun dilakukan untuk bisa mendampingi Bapak sampai ke ruangan. Apalagi kamera DSLR tidak diperkenankan dibawa masuk ke dalam ruang pertunjukan. Padahal tugas kami yang utama adalah mendokumentasikan kegiatan pimpinan, dan moment langka seperti ini sangatlah penting untuk didokumentasikan.

Alhamdulillah, akhirnya kami diperkenankan masuk ke dalam ruangan pertunjukan bahkan boleh membawa kamera. Bukan itu saja, berhubung banyak kursi kosong, kami pun bisa duduk dan alhamdulillah menyaksikan pertunjukan spektakuler ini yang juga dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Muh Jusuf Kalla dan ibu Mufidah JK.

Namun, hati ini tak dapat menerima begitu lama konsep menonton tanpa karcis. Setelah melewati beberapa scene dengan penuh rasa kagum dan terhipnotis dengan setiap langkah dan gerak yang dilakukan, saya memutuskan untuk keluar dari ruang pertunjukan. Ternyata ada TV yang disiapkan dan bisa menyaksikan pertunjukannya kembali.

Eh, diluar malah bisa bertemu dan berbincang dengan Sri Muliani, Technical Advisor Ciputra Artpreneur. Kami pun berbincang-bincang tentang pertunjukan ini dan Sri menyatakan kekagumannya akan kisah dari Tana Luwu ini sehingga berusaha meyakinkan manajemen Ciputra agar pertunjukan ini dapat dilaksanakan di Ciputra Artpreneur sebagai sumbangsih pelestarian budaya Indonesia.

Teringat statement seorang kawan, “lakukan saja pekerjaan yang diberikan dengan ikhlas dan tulus. Akan banyak hal-hal positif yang akan terjadi bahkan yang tidak terduga sekalipun”.

Benar saja.. akhirnya TUGAS membawaku bertemu I La Galigo. Tidak hanya bersama Bupati Luwu Timur pada 3/7, juga menemani Datu Luwu XL La Maradang Mackulau Opu To Bau dan Opu Datu Lina Widyastuti Wahyuningsih pada 5/7.

Beruntungnya lagi karena kami tiba lebih awal, sehingga saat menemani Datu Luwu XL masuk ke dalam ruang teater, kami bisa berkenalan dengan salah satu Co-Director pertunjukan spektakuler ini, Charles Chemin dan berbincang sejenak tentang pertunjukan ini. Kehadiran Datu Luwu XL rupanya cukup mengejutkan Charles dan sangat menyayangkan karena tidak sempat bertemu Robert Wilson yang telah kembali ke Amerika Serikat usai pertunjukan tanggal 3/7.

Alhamdulillah…. kebahagiaanku tidak berhenti disini saja.. karena saya bisa bertemu salah satu koreografer andalan Makassar kak Ida El Bahra yang juga menyaksikan pertunjukan ini.

Dan rupanyaaaa.. adik cantikku Fitrya Ali Imran merupakan pemeran tokoh We Tenriabeng dalam pertunjukan ini 😍😍😍 aishhh bahagianya.

Benar-benar sebuah anugerah yang membuatku semakin bersyukur dapat bertemu dengan orang-orang yang hebat dan mengambil pelajaran daripadanya. Setiap langkah yang tertuang dalam lembar-lembar memori memberiku pelajaran bahwa apapun bisa terjadi dengan izin Allah SWT.

Catatan kecil, Jakarta 4 Juli 2019

DUKAKU UNTUK PALU

Malam itu luka lama terbuka kembali. 14 tahun lamanya luka itu tersimpan, ternyata masih tetap sakit tak terperih. Ternyata belum sembuh seperti yang kukira.

Malam itu, gelisah mencari kabar ibu, bapak dan adik-adikku di Sorowako. Karena tanah kelahiranku pun terdampak gempa yang bermula di Palu, Sulawesi Tengah. Sejurus mata melihat berita-berita yang berseliweran di HP, media sosial bahkan televisi tentang tsunami yang meluluhlantakkan Palu, Donggala dan Sigi.

Ya Allah, gempa, tsunami dan likuifaksi itu

DUTA LADA LUWU TIMUR

Istanbul Trip 4

Lada Indonesia yang mereka kenal adalah Lada Bangka. Percakapan pun berbuntut panjang dengan saya memperkenalkan Lada Luwu Timur di pasar Tradisional Eminönü. 😁

Kembali ke hotel

Malam mulai menyapa. Saatnya kembali ke hotel untuk beristirahat. Alhamdulillah, perjalanan hari ini mengajarkan banyak hal dan saya sangat bersyukur dengan perjalanan ini.

Teman-teman dari Izmir juga sudah tiba di Istanbul. Rencana mau keluar malam, tapi saya tidak jadi ikut, lebih memilih istirahat.

Saatnya Pamit

Saya bertemu teman-teman saat pagi. Saya menikmati sarapan terakhir di Istanbul, tentu saja dengan teh khas Turki dengan makanan sehat.

Kami di jemput staf KJRI Istanbul. Lalu diajak berkeliling kota dan singgah di tepi pantai Zeytinburnu Laut Marmara Istanbul. Laut ini memisahkan Turki Asia dan Turki Eropa.

Saat berpisah telah tiba dan Kami harus pamit. Terima kasih atas undangannya. Terima kasih atas jamuannya.. semoga kerjasama yang diharapkan dapat terwujud dalam pemanfaatan potensi lada luwu timur dan peluang pasar di Turki dan Eropa dapat menerima produk kami.

Menggunakan Ejtihad EY96 IST-AUH, EY470 AUH-SIN, EY8156 SIN-CGK kembali ke Indonesia dan ID6264 CGK-UPG kembali ke Makassar.

Wah… memang benar bahwa bandara Singapore merupakan bandara yang nyaman. Meskipun kami hanya transit, namun spot-spot foto tetap disiapkan pihak bandara Singapore. Sehingga menunggu tidak menjadi cerita yang membosankan.

Alhamdulillah, perjalanan ini pun selesai saat passport distempel kembali di imigrasi Bandara Soekarno Hatta. Tugas untuk memperkenalkan Lada Luwu Timur kepada para pengusaha Turki di Istanbul telah selesai dilaksanakan. Masih ada harapan semoga peluang pasar terbuka lebar untuk Lada Luwu Timur yang tentu saja menjadi peer bagi petani, pengusaha dan Pemerintah Daerah kabupaten Luwu Timur untuk meningkatkan kualitas dan menembus pasar Eropa.

– Malili 2019 –

DUTA LADA LUWU TIMUR

Istanbul Trip 3

Gemetar diri ini, tercekat kerongkongan dan aku kehabisan kata-kata saat melihat kiriman foto-foto dan video yang kuterima pagi itu. Serasa ingin terbang kembali ke Indonesia. Rumahku kebanjiran. Hanya sangup menangis dan membayangkan seperti apa nanti kondisinya saat pulang, karena masih butuh beberapa hari untuk tiba di Malili.Butuh waktu beberapa saat untuk bisa menenangkan diri, menimbang-nimbang apakah ingin tetap di kamar dan meratap ataukah melanjutkan rencana menikmati keindahan Istanbul Turki. Sampai akhirnya kuputuskan untuk melupakan sejenak kejadian di Indonesia karena aku juga tak dapat berbuat apa-apa selain pasrah.Selain itu, Icha, mahasiswa Turki asal Kalimantan, Indonesia yang rencananya akan menemaniku berkeliling hari ini telah tiba dan menungguku di Loby hotel. Akupun bergegas mempersiapkan diri.Sebelum kami berangkat, segelas cay, teh hitam asli Turki menjadi hidangan pertama sebelum kami meninggalkan hotel. Hari ini rencana berpetualang menggunakan kendaraan umum yang ada di Istanbul.Emirgan Korusu Festival TulipNaik kereta bawah tanah, itulah kesan pertama naik kendaraan umum di Istanbul yang kemudian dilanjutkan dengan naik bus menuju lokasi Festival Tulip. Saya masih beruntung karena hari ini adalah penutupan lokasi Festival Tulip di Istam. Setiap tahunnya Festival Tulip diadakan dari tanggal 1-30 April.Sesampainya di taman Emirgan tak henti-henti saya mengucap alhamdulillah berkesempatan menyaksikan indahnya festival bunga tulip ini. Belum lagi saat saya mendapat penjelasan bahwa festival tulip tahun ini menghadirkan 192 jenis tulip dengan jumlah 2,8 juta tanaman tulip seluruh taman, Mashaallah.Lelah berkeliling, kami menuju restaurant yang terletak bukit Emirgan. Wah.. sistemnya sekali bayar, makan sepuasnya.. hehhehe yuummyyyyy.. walhasil.. kamipun makan sepuasnya 🤣 suka suka sukaaaa… strawberrynya besar-besar, madunya masih yang ambil potong dengan sarangnya belum lagi aneka salad dan keju … wah… surga dunia deh.Setelah makan lanjutkan perjalanan ke Musium Aya Sophia, yang mana selama 916 tahun pernah digunakan sebagai gereja dan 482 tahun sebagai mesjid sebelum menjadi musium.Banyak hal yang membuatku terkagum-kagum di Museum ini. Pertama kali masuk, aku mendapat penjelasan bahwa di depan pintu gerbang terdapat cekungan di sisi kiri dan kanan. Yang mana merupakan tempat berpijak para pengawal sepanjang hari, yang meskipun bergantian tetap dipijakan yang sama sehingga tanahnya tenggelam.Lalu, begitu masuk ke dalam, terdapat simbol Islam dan Kristen pada langit-langit bangunan. Rupanya, ketika Utsmani dibawah kepemimpinan Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel, gereja utama Kristen Ortodoks ini lalu diubah menjadi mesjid. Namun berbagai lambang Kristen seperti lonceng, gambar dan mosaik yang menggambarkan Yesus, Maria, orang-orang Suci Kristen dan para malaikat hanya di tutup kemudian ditambahkan atribut keislaman, mihtab, mimbar dan empat menara. Sehingga ketika dibuka sebagai musrum semua peninggalan Konstantinopel maupun Utsmani masih bisa ditemukan di museum ini.Atraksi ice cream TurkiSelesai berkeliling museum Aya Sofya. Udara cerah membuat ingin mencoba ice cream Turki yang sangat terkenal dengan kejahilannya tarik ulur mempermainkan pembelinya dengan berbagai trik sebelum benar-benar menyerahkan es krim ke tangan pembeli. Dan akhirnya saya menemukan sebuah stand ice cream yang membuat saya ngakak karena pembelinya benar-benar marah karena dipermainkan.Yang membuat saya kagum adalah penjual ice crem melakukan beberapa atraksi dengan jungkir balik bahkan akrobatik mirip tukang sulap. Anehnya, itu ice cream tidak jatuh maupun meleleh. Dan akhirnya saya googling dan menemukan bahwa keunikan ice cream turki ini karena menggunakan susu kambing yang creamy, menggunakan akar anggrek lokal yang disebut salep sebagai pengental membuat tekstur ice cream turki ini super elastis. Selain itu, kejahilan mereka hanyalah strategi marketing karena memang ice cream harus ditarik-tarik dulu sebelum disajikan supaya lembut.Foto Booth SultanBerhubung saya berada di daerah turis, maka saya pun dengan mudah menemukan booth foto ala-ala sultan dan putri bangsawan Turki. Jeeee rupanya pakaian-pakaian itu sangat tebal dan berat hufft… tapi sungguh sangat layak dicoba. Jadilah kita foto ala-ala putri bangsawan Turki 😁Pasar tradisional EminönüPengen keliling lagi tapi sudah jelang sore dan tujuan utama saya belum tercapai, yakni melihat pasar tradisional. Akhirnya Icha membawa saya ke pasar tradisional Eminönü. Wah… bener-bener pasar yang tertata dengan harga murah dibandingkan Grand Bazaar yang terkenal dikalangan turis.Fokus pertama saya adalah ke bagian rempah-rempah. Berhubung perjalanan saya terkait dengan peluang dan potensi Lada Luwu Timur. Sayangnya, 6 penjual rempah yang saya temui, tak satupun mengenal Lada Luwu Timur. Lada Indonesia yang mereka kenal adalah Lada Bangka. Percakapan pun berbuntut panjang dengan saya memperkenalkan Lada Luwu Timur 😁To be continue to Istanbul Trip 4

DUTA LADA LUWU TIMUR

Istanbul Trip 2

Ada kejadian unik dalam pertemuan Forum Bisnis Indonesia-Turki. Saat diminta menyiapkan bahan presentasi, kami boleh memberikan materi dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Jadi karena sudah lama tidak menggunakan bahasa Inggris secara aktif, maka proses pengembalian memori pun saya lakukan, persiapan presentasi lah ceritannya.

Namun kejadiannya diluar rencana. Ternyata translator yang disiapkan KJRI justru tidak fasih berbahasa Inggris, sehingga saat menterjemahkan sambutan Bapak Konjen justru terbata-bata. Akhirnya Pak Henry Sudrajat, Konjen RI Istanbul melanjutkan sambutan dalam bahasa Indonesia dan terjemahannya pun menjadi lancar. Walhasil kami yang presentasi pun menggunakan bahasa Indonesia yang ditranslate ke Bahasa Turki dengan fasihnya.

Rombongan Lutim Terbagi

Setelah pertemuan bisnis selesai, maka saya pun harus berpisah dengan Pak Sakir dan Pak Ikbal. Berdua, mereka bersama Pak Toary dari Konjen RI melanjutkan perjalanan ke Ismir dengan jarak tempuh 6 jam, sehingga pihak konjen menyarankan untuk menggunakan kendaraan kecil supaya bisa pp. Berhubung kapasitas mercy hanya untuk 4 orang, saya pun tetap tinggal di Istanbul.

Saya pun berpindah dari Hotel Veyron ke Villa Blanche Hotel dan mendapatkan kamar vintage 😍

Semua ada hikmahnya koq. Berhubung saya tetap tinggal di Istanbul, maka Pak Hasan, staf KJRI Istanbul mengajak saya berjalan-jalan sore itu bersama pak Rapolo Hutabarat. Pertama-tama tujuan kami adalah ke Mesjid Sultan Ahmet, mesjid terbesar di Turki. Mesjid ini dibangun pada masa Kesultanan Utsmaniyah (1435-1923) yang juga dikenal dengan sebutan mesjid Biru larena interiornya dominan berwarna biru.

Saya pun tertarik dengan kerumunan orang di depan mesjid Biru. Setelah melihat ke lokasi itu, rupanya terhampar permadani tulip yang tersusun dari bunga tulip di depan mesjid Hagia Sophia.

Mesjid Biru berada dalam satu kawasan dengan Hagia Sophia atau aya sophia. Namun berhubung waktunya kasip, saya tidak sempat masuk ke dalam musium Aya Sophia. Saya hanya sempat berkeliling di sekitatnya, dan menikmati pemandangan bangunan-bangunan indah yang telah berdiri sejak abad 15 dan masih terjaga hingga saat ini.

Lalu kami melintasi selat Bosphorus Turki melalui terowongan Eurasia yang dalam bahasa turkinya disebut Avrasya Tüp Tüneli yakni terowongan jalan raya yang menghubungkan Kazliçeşme di Bagian Eropa dan Göztepe di bagian Asia dari Istanbul.

Keunikan tunnel ini adalah warna biru yang muncul di atapnya, yang menandakan bahwa kita persis di bawah air laut. Segala jenis pikiran muncul di kepalaki. Termasuk kekaguman akan kemampuan Turki untuk memungkinkan yang dulu pasti dianggap mustahil oleh sebagian orang.

Lalu kami menuju Yaman Ve Bahçeler Müdürlügü untuk menikmati sunset dengan pemandangan jembatan Bosphorus yang sangat terkenal sebagai penghubung antara benua Asia dan Eropa.

Malam menjelang dan kami diantarkan kembali ke hotel. Karena belum terlalu larut maka saya menyempatkan singgah di tepi kolam renang dan menikmati malam dengan kebab Turki.

Akh.. selesai sudah perjalanan hari ini. Mari beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk perjalanan besok.

To be continue… to Istanbul Trip 3

DUTA LADA LUWU TIMUR

Istanbul Trip 1

Berbekal undangan dari Konsulat Jendral Republik Indonesia untuk Turki, kami berangkat ke Turki. Awalnya undangan ini akan dihadiri Bupati Luwu Timur Muhammad Thorig Husler. Namun, adanya himbauan Menteri Dalam Negeri agar semua Kepala Daerah tidak keluar negeri 1-30 April 2019 terkait kondisi pra dan paska pemilu serta rangkaian Hari Jadi Luwu Timur ke-16, Bupati mengutus saya mendampingi 2 pedagang lada Luwu Timur yang akan berangkat ke Turki.

Sungguh saya beruntung, karena secara kedinasan, anggaran daerah perjalanan luar negeri hanya disiapkan untuk Bupati. Sementara staf seperti saya tidak dianggarkan untuk perjalanan dinas keluar negeri. Namun karena kebaikan hati kedua pedagang lada yakni pak Sakir (44) dan Ikbal (40) untuk membiayai keberangkatan saya, maka saya bisa menginjakkan kaki di Istanbul bersama mereka.

Insiden Tiket

Astaghfirullah, belum juga kami berangkat, masalah pertama kami hadapi. Nama di passport pak Sakir berbeda dengan nama di Visa dan Tiketnya. Jadinya Visa dan tiketnya harus diganti dengan membeli yang baru. Oughhh saya merasa sangat bersalah.. namun apa daya karena saya memesannya berdasarkan data yang diberikan. Walhasil, kami pun berangkat dengan pesawat yang berbeda, dan sedikit saja kami terlambat masuk ke imigrasi, kami bertiga bisa batal berangkat.

Kampungan

Meninggalkan Indonesia menuju Istanbul, kami menggunakan Etihad Airways dengan transit di Abu Dhabi. Pertama kalinya saya menaiki sebuah pesawat yang menyediakan akses wifi di dalam pesawat. Wow… dan saya menjadi sangat kampungan. Dengan penasaran saya pun membeli paket dan benar saja.. saya bisa online sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Abu Dhabi.

Sedih Tak Bertemu Hana

Cukup lama kami transit di Abu Dhabi. Akhirnya saya kontak Hana Al Ali, teman kuliah di Griffith University, Australia. Sayangnya tidak dapat bertemu. Karena kalau saya keluar bandara, maka saya harus mengambil Visa UAE dan Hana pun tidak memiliki akses untuk masuk ke Bandara. Sedihnya, cukup berkabar-kabar saja, padahal sudah berada di kotanya meski hanya beberapa jam saja.

Tiba di Turki

Alhamdulillah, meski badan terasa lelah, kami tiba di Turki dengan perasaan lega. Perbedaan waktu kedatangan dengan pak Sakir membuat kami menunggunya di bandara. Tapi tentu saja tidak menjemukan karena spot fotonya buanyakkk sekali hehehhee. Dan serasa orang penting banget, seperti tamu2 VIP wuish, kami dijemput staf protokol KJRI bernama Oki sehingga semua lancar-lancar saja. Orangnya ceria jadi banyak menjelaskan sepanjang perjalanan menuju kantor Konjen RI Istanbul.

Beda Hotel

Begitu kami tiba di hotel Villa Blanche di belakang KJRI, ternyata bookingan untuk kami tidak terbaca menjadi tantangan lagi. Hanya ada satu kamar dengan 2 tempat tidur yang siap. Jadilah Pak Sakir dan Pak Ikbal yang check in, sedangkan saya harus pisah hotel dan diantarkan ke Hotel Veyron.

Hotelnya tidak begitu jauh, tapi tetap harus berkendaraan untuk sampai kesana. Hotelnya unik, namun pegawainya sedikit kurang ramah. Saya diberikan kamar di lantai 7 sedangkan lift hanya sampai lantai 6. Terpaksa naik tangga untuk ke kamar saya. Tapi begitu tiba di kamar, WOW, kamarnya luar biasa megah 😁.

Makan malam di L’event

Kami hanya diberi waktu setengah jam untuk bersih-bersih karena ada welcome dinner dengan pak Toary di L’event. Wah.. senangnya bisa merasakan salmon Istanbul, bahan boleh sama… namun rasa sangat beda. Kami juga bertemu dengan beberapa tamu dari Indonesia yang dijamu oleh Konsulat Jenderal Indonesia untuk Turki.

Pertemuan Bisnis

Paginya, aku dijemput di hotel dan menuju skyline lounge Mövenpick Hotel Istanbul guna mengikuti Forum Bisnis Indonesia-Istanbul. FBII ini dibuka secara resmi oleh Henry Sudrajat, Konjen RI Istanbul bersama Ketua Dewan Bisnis Turki-Indonesia (DEIK) Ilhan Erdal.

Kehadiran saya di Forum Bisnis ini mewakili Bupati Luwu Timur untuk memaparkan presentasi tentang potensi dan peluang pengembangan dan pemasaran Lada Luwu Timur. Saya hadir bersama 2 pengusaha lada Luwu Timur.

Selain saya, pemateri lainnya adalah Rapolo Hutabarat, Ketua Umum Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) sekaligus mewakili Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia yang berbicara tentang potensi pengembangan Kelapa Sawit Indonesia.

Ada kejadian unik dalam pertemuan ini. Saat diminta menyiapkan bahan presentasi, kami boleh memberikan materi dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris…

To be continue… to Istanbul Trip 2

Reference link :

https://kemlu.go.id/portal/lc/read/238/berita/forum-bisnis-indonesia-turki-buka-peluang-ekspor-lada-dan-produk-kimia-turunan-kelapa-sawit-indonesia

https://www.beritasatu.com/ekonomi/552718/turki-jajaki-impor-lada-dan-kimia-dari-indonesia

BINTANG dan CAT

Banyak hal yang mengagumkan ketika kita berani meng-explore kemampuan diri. Bahkan sesuatu yang tidak disangka-sangka. Seperti lukisan cat air yang ternyata menjadi latar iklan kegiatan kawan saya Mardiani.

Mardiani memiliki klub membaca yang disebut Iniaku Mobasa. Nama ini diambil dari bahasa lokal Sorowako yang artinya saya membaca. Kegiatannya rutin setiap minggu. Disini anak-anak TK hingga SD diajak untuk mencintai buku dengan rajin membaca.

Nah, minggu ini anak-anak diajak untuk merayakan hari air sedunia.

Eh, ternyata lukisan ini adalah hasil karya keponakan saya yang bernama Affan Bintang Syandrie. Dan terharunya lagi, menurut Mardiani, karya ini merupakan hasil eksplorasi guru lukisnya Yuni ‘Ian’ Yuliawan yang berusaha mengeluarkan imaginasi Bintang dari zona nyamannya dalam menggambar dan melukis sistem tatasurya Solar System. Seperti yang dia ceritakan dalam story Facebooknya tentang Bintang.

KOTA PALOPO

Beberapa kali ke Palopo membuat saya ingin menulis tentang kota ini. Kota yang baru beberapa tahun ini sering saya kunjungi terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan di Kedatuan Luwu.

Kali ini saya kembali ke Palopo karena undangan Festival Pesona Tana Luwu dalam rangkaian Hari Jadi Luwu ke-751 dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke-73 dan Persiapan Festival Keraton XIII Kedatuan Luwu Tahun 2019.

Namun dalam tulisan ini saya ingin share beberapa hal dan spot foto keren di seputar kota Palopo yang belum lama ini saya kunjungi.

Kambo

Landmark

Enzym

The Icon

Istana Datu Luwu

Dan jangan lupa mencicipi Pugalu a.k.a Kapurung