Aishhh, ini kan Ramadhan. Semestinya bukan hanya persoalan menahan lapar dan haus, tapi juga menahan emosi kan yakkk…
Sedih rasanya membaca beberapa komentar serta perseteruan yang saling membuka aib di media sosial. Padahal mengambil hikmah di bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat ini, kita diharapkan bisa saling menjaga niat, menjaga lisan, menjaga keseharian kita. Pinjam istilahnya Cicie, jangan sampai “Kasar Maksimal” deh hehhehe… yang tentu bertentangan dengan statement yang saya terima semalam dari Dewa “malah aneh kalau tidak kasar, justru lebih akrab kalau kasar” jiahhhhh.. dunia yang luar biasa!!
Lima tahun yang lalu adalah pertama kalinya saya terlibat sebuah perhelatan akbar pemilihan kepala daerah di daerah kami. Saat itu saya masih berusaha mencerna kekasaran hingga kebrutalan yang terjadi. Banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak masuk akal saya.. tidak bisa saya cerna dengan baik. Namun satu kesyukuran karena saya dikelilingi orang-orang yang selalu siap menjelaskan dam memberikan pemahaman tentang kondisi yang terjadi.
Menjadi bagian dari Tim Pemenangan Kepala Daerah, merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa kala itu. Bagaimana memilih strategi-strategi pemenangan baik itu secara legal maupun diluar kebiasaan. Bagaimana melancarkan aksi-aksi sesuai ketepatan waktu dan pencapaian efek yang diharapkan. Bagaimana bergumul dengan segala isu dan persoalan yang datang secara bertubi-tubi tanpa memberikan ruang untuk sejenak menghela nafas.
Namun dari kesemuanya itu, yang selalu mengganjal menurut saya adalah ketika semestinya perhelatan akbar seperti ini yang seharusnya menjadi pesta bersama dengan penuh suka cita dengan menonjolkan segala keberhasilan dan kesuksesan tokoh yang didukung. Bukan malah menjadi duka yang sangat dalam karena adanya perpecahan yang timbul, saling mencurigai bahkan saling menghujat. Bagaimana dengan mudahnya, seseorang mengumbar aib orang lain dengan penuh percaya diri, menggunakan berbagai trik untuk menjatuhkan lawan, bahkan terkadang sampai pada penyebaran rumor hingga fitnah dalam masyarakat.
Cukup lama bagi saya untuk mencerna dan memahami kondisi itu. Hingga akhirnya saya sendiri menarik diri dari bagian Tim inti pemenangan, yang juga karena status yang mulai terbentuk sebagai pelayan masyarakat yang menurut aturan perundang-undangan dilarang untuk terlibat dalam mendukung calon kepala daerah.
Seperti itulah yang saat ini terjadi kembali di daerah kami. Kini, pemilihan Kepala Daerah telah menjadi wacana kembali. Berbagai pihak sudah mulai mempersiapkan serta memantapkan diri untuk bertarung di Pilkada Serentak 2015 ini. Saling sikut menyikut sudah di mulai. Pelemparan-pelemparan wacana sudah digelar. Bahkan beberapa rumor telah dilepaskan. Sehingga masing-masing tim sudah mulai menjagokan pilihan mereka masing-masing.apalagi menggunakan medsos. Media yang tidak mengenal ruang dan waktu. Bukan lagi lewat pertemuan-pertemuan langsung dengan masyarakat.
Meski demikian.. karena ini adalah bulan penuh berkah.. bulan yang penuh dengan kebaikan.. marilah kita saling menjaga diri kita masing-masing dari segala fitnah dan kebencian. Marilah kita saling memaafkan. Marilah kita merengkuh segala nikmat di Bulan Penuh Pengampunan ini. Jadikanlah diri kita sebagai orang-orang yanh akan meraih kemenangan di akhir Ramadhan.
Untuk itu saya kutipkan Khutbah Rosululloh SAW Menyambut Bulan Romadhon. (diriwayatkan dari Ali bin abi Tholib):
Mohon di baca dg khusyu dan kerendahan hati… 🙏
“Wahai manusia…, sungguh telah datang pada kalian bulan Alloh dengan membawa berkah, rahmat dan maghfiroh. Bulan yang paling mulia di sisi Alloh. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yg paling utama.
Inilah bulan ketika kalian diundang menjadi tamu Alloh dan dimuliakan olehNYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan do’a-do’amu diijabah. Bermohonlah kepada Alloh Robbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Alloh membimbingmu untuk melakukan shiyam (puasa) dan membaca KitabNYA.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Alloh di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Alloh dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu sholatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hambaNYA dengan penuh kasih; DIA menjawab mereka ketika mereka menyeruNYA, menyambut mereka ketika mereka memanggilNYA dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepadaNYA.
Wahai manusia…., Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban dosamu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah, Alloh ta’ala bersumpah dengan segala kebesaranNYA bahwa DIA tidak akan mengadzab orang-orang yang sholat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Robbal’aalamiin.
Wahai manusia…., barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Alloh nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.
(Seorang shohabat bertanya, “Ya Rosululloh, tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rosululloh SAW meneruskan khotbahnya, “Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan seteguk air.”)
Wahai manusia…, siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, ia akan berhasil melewati sirotholmustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Alloh akan meringankan pemeriksaanNYA di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Alloh akan menahan murkaNYA pada hari ia berjumpa denganNYA.
Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Alloh akan memuliakanya pada hari ia berjumpa denganNYA. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Alloh akan menghubungkan dia dengan rahmatNYA pada hari ia berjumpa denganNYA. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Alloh akan memutuskan rahmatNYA pada hari ia berjumpa denganNYA.
Barangsiapa melakukan sholat sunnah di bulan ini, Alloh akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan sholat fardlu, baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardlu di bulan lain.
Barangsiapa memperbanyak sholawat kepadaku di bulan ini, Alloh akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Qur’an, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Qur’an pada bulan-bulan yang lain.
Wahai manusia…, Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.”
(Aku –Ali bin Abi Thalib yang meriwayatkan hadits ini– berdiri dan berkata: “Ya Rosululloh, amal apa yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi SAW: “Ya Abal Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Alloh”.)
Marilah sama-sama kita isi Ramadhan ini dengan segala kebaikan…. menjaga lisan, hilangkanlah prasangka serta tabiat-tabiat yang kurang terpuji. Bukan hanya di bulan suci ini saja.. tetapi menjadi keseharian kita.. diri kita.
Karena biar bagaimanapun, seorang pemimpin yang nantinya terpilih, tentu akan tersaring dari sisi nilai personal yang dimilikinya, faktor massa yang mendukungnya, secara pragmatis pernyataan pencalonan dirinya yang bukan hanya sekedar tampil tanpa sosialisasi maupun aktivitas lainnya, karakter dan budaya lokal yang mengakar serta konsekuensi dari keberhasilan kampanye yang dilakukannya.
Bagaimanapun prosesnya, dengan pemilihan kepala daerah secara langsung tentu diharapkan menjadi jalan untuk tercapainya tujuan demokrasi di daerah. Tapi apalah gunanya kita mengelu-elukan demokrasi jika “kasar maksimal” itu masih menjadi bayang-bayang pencapaian sebuah tujuan? Konflik elit dan konflik terbuka antar massa pendukung, money politics, partisipasi masyarakat yang ala kadarnya menjadi pemicu persengketaan dan keberpihakan pada ketidakjujuran dan ketidaketisan dalam berkompetisi. Jangan lah kiranya perpecahan dan perselisihan menjadi akhir dari kisah di pilkada kita. Apatah lagi jika sampai berlabuh pada pengrusakan aset-aset daerah yang semestinya menjadi kebanggaan kita di daerah.
Anyhow….
Sumber foto: Dari berbagai sumber (pribadi/fb/googleimage)
#MyFreedomSpace
la_vie