DIMENNA LUWU

Aku adalah penikmat seni, tidak pernah membayangkan menjadi pelaku seni yang tampil sendiri, menjadi pusat perhatian semua orang dan menjadi sorotan lampu panggung. Dan ketika “cobaan” itu menyapaku, panik membuat kakiku tak mampu berdiri dan aku tak mampu berfikir. Serasa ingin lari meninggalkan semuanya, karena ketakutanku adalah menjadi perusak pertunjukan yang telah dipersiapkan dengan begitu matang.

Semua yang harus kubaca menjadi kabur, kucoba menenangkan diri dengan minum air, tersenyum, namun tetap tak mampu menghilangkan rasa panik di kepalaku. Membayangkan aku tampil seorang diri, tanpa Budi Prasetyo, gitaris yang semestinya mengiringiku membaca puisi. Akh… Mendadak semuanya serasa berputar dan aku tak mampu bernafas.

Aku pamit pada mas Didit, stage manager yang terus memberiku semangat dan menenangkanku. Aku coba mingle menyapa beberapa penonton yang aku kenal, sedikit bercanda dan berbincang sebelum akhirnya aku ditarik kembali untuk standbye karena acara segera dimulai. Syukurlah, berbaur membuatku sedikit melupakan ketegangan yang tadi melandaku.

Begitu gong ketiga terdengar, Bismillahirrahmanirrahim, aku mulai mengucap salam, menyapa dan membaca satu demi satu kata yang tertulis di lembaran-lembaran kertas di tanganku, sambil melangkah mengambil posisi di tangga pojok panggung. Kutenangkan diri, memanjatkan doa memohon kelancaran acara.

Tadaaaaa… Pertunjukan pun dimulai. Kupandangi penonton sebagaimana diajarkan kak Sabil, namun sorotan lampu membuatku kembali tertunduk. Sejenak terdiam lalu aku mulai bersenandung, seperti latihan meski tanpa iringan gitar. “Aku harus mampu mengalahkan ketakutanku! Harus tampil tanpa mengecewakan bang Jamal Gentayangan sang Maestro yang percaya akan kemampuanku, harus mampu!” Gumamku menenangkan hati dan menyemangati diriku sendiri.

Dan puisi itupun mengalir…

Tanahku Tana Luwu

Oleh Sulvi Suardi

Ooo Tana Luwu

Cahaya mentari menyinari tanahku

Menjuntai kasih sepanjang pegunungan Verbeek

Kuisi hari memandang hijau suburnya tanahku

Lukisan kekayaan alam Tana Luwu

Kurindukan mamaku menyapih si bungsu

Saat mendendangkan syair-syair mantra La Galigo

Yang dikenal sebagai kekayaan warisan dunia

Oooo tanahku Tana Luwu

Beragam rempah, mineral dan keindahan alamnya

Tanah yang subur

Kuhabiskan masa kecilku di tepi danau Matano

Sesekali bersampan mengail Butini

Sang ikan purba penguasa danau

Melimpah ruah kekayaan tanahku

Ooo tanahku Tana Luwu, Kedatuan Mata Allo

Ta’kilallai Pepasanna Tumatua

Muikita pantannene’ pantanaluk,

Pantanlaen turunanta

Misa’kadadipatuo, pantankada dipomate

Betapa lega rasanya setelah selesai tugas dilaksanakan, serasa beban berat itu telah terangkat dari pundak. Dan, semua hilang seiring pertunjukan Dimenna Luwu yang bercerita tentang kerinduan akan Tana Luwu. Pertunjukan yang memadukan gerak, musik, nyanyian, teks, rupa sehingga banyak imaginasi yang terbentuk.

Kesuksesan pertunjukan ini adalah hasil kolaborasi Jamal Gentayangan dan Iqbal Lagaligo, bersama Husni Utami sebagai penata gerak. Seluruh penampil berjumlah 13 orang terdiri dari 4 penari putra, 5 penari putri dan 4 pemusik dari Sugi Performing Arts kota Palopo bekerjasama dengan Aestetikarira Dance Theater dengan Produser Andi Tenriajeng Sulolipu.

Dimenna Luwu ini menampilkan tari PAJAGA dengan gerakan yang maha lembut dipadukan tarian menapi beras, menumbuk alu dan tarian Perang Rongkong. Bahkan pakar tari Prof Sardono W. Kusumo mengatakan “di Jawa orang menari lambat tapi kalah lambat dari Pajaga, saya tau karena saya adalah penari Keraton Solo.”

Pertunjukan Dimenna Luwu ini merupakan salah satu pertunjukan dalam rangka PostFest 2018 Institut Kesenian Jakarta yang berlangsung selama 17 hari sejak 20 Juli sampai 5 Agustus 2018 dengan tema β€˜The Arts for Awaken’.

Dari 150 penonton yang hadir, didominasi oleh warga Luwu dan Kerukunan Keluarga tana Luwu yang telah lama merantau . Dihadiri Kepala dinas Pariwisata pemprov Sulawesi Selatan, Kadis Pariwisata Kota Palopo, warga dan pengurus KKSS baik dari Jabodetabek, Surabaya bahkan Kaltim juga tampak hadir Ketua Kerukunan Keluarga Tana Luwu, Dr.dr. H. Andi Arus Viktor, Sp M (K) dan Sekretarisnya, H. Jaya Lupu. Hadir juga sejumlah pakar dan budayawan tari menyaksikan pertunjukan ini, diantaranya Yulianti Parani, Dedy Luthan, dan Wiwiek Sipala, dosen IKJ yang juga piawai membawakan tarian-tarian Sulawesi Selatan.

Senang rasanya bisa bergabung dan mendukung pertunjukan yang mengangkat budaya Luwu di ibukota Jakarta. Meski harus melewati segala drama dan kepanikan, namun rasa syukur alhamdulillah membawa rasa damai dan kebersamaan. Apatah lagi, di luar teater kecil, disajikan beragam kuliner Tana Luwu sebagai pengobat rasa rindu yang ditawarkan oleh Aroma Palopo Swasembada Tanjung Priuk. 😍 Bagi yang berminat aneka kuliner khas Luwu bisa kontak ibu Harta Andi Djelling Opu Odeng +6281316689171 atau Andi Besse Vigeri Piccunang +6281319404247. Selain kuliner, mereka juga menyediakan jasa Wedding Organizer dan Make up Artist.

Semoga semakin sukses πŸ‘πŸ‘πŸ‘

Pertunjukan ini terinspirasi dari lagu Dimenna Luwu karya H.B. Sibenteng

Dimenna Luwu (lagu)

Oleh H.B. Sibenteng

Maitta tongeng ndi ri rampe

Ri Luwu lippunna melle’e

Toppo ri wawonna di mengnge

De’pa ma’ dappi pakadanna

Ri Luwu pale ma kionro

Ulette puenna maccakkae

Menguju no naamu marennu

Mudappi nitumu pujie

* * *

Sudah lama disebut-sebut

Di Luwu tanah yang subur

Terletak di atas hamparan tanah

Tidak ada yang sama dengannya

Di Luwu tempat tinggal

Mencari kehidupan yang lebih cerah

Berangkatlah dengan senang

Kau dapat yang kau inginkan

#renunganvie

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s