
Day 31 – PENYESALAN TERBESAR
Deru air menghempas menghantam batuan di tepi danau. Angin yang bertiup cukup kencang membawa rasa dingin pada tubuh kecil yang asyik bermain di air danau yang jernih. Sesekali dia menggigil saat tubuh kecilnya naik ke permukaan. Lalu menenggelamkan tubuhnya kembali ke bawah air. Saat wajahnya muncul kembali ke permukaan, maka dia akan tertawa lalu menghempaskan air, bahagia dalam dunianya.
Di sudut lain tampak wajah sang ibu yang letih namun tetap tersenyum melayani pelanggannya. Dia berjualan bakso di tepi danau. Beberapa kali sang ibu berhenti menyeka keringat yang membasahi tubuhnya. Hari itu tampak cukup ramai. Senyum manis senantiasa menghiasi bibir manis sang ibu, meski sudah berusia namun tetap saja nampak cantik dalam balutan pakaian berwarna cerah.
Dia bahkan nampak tidak peduli saat orang-orang mulai berteriak dan berlari kearah danau. Sampai akhirnya seseorang memanggil nama yang sama dengan nama anaknya. Dia masih sibuk melayani pelanggannya. Namun dia mulai gelisah saat satu persatu pelanggannya berlari kearah danau. “Ada apa?” tanyanya.
“Tadi saya mendengar ada anak kecil tenggelam bu,” seseorang menimpalinya dan kembali menikmati bakso dihadapannya. Sepertinya dia kedinginan, sehingga semangkok bakso yang panas menjadi perhatian utamanya.
“Akh, anakkku pintar berenang, tidak mungkin dia tenggelam,” gumam sang ibu, kembali sibuk dengan dagangan baksonya. Yang kemudian menjadi peneyesalan terbesar, saat suara sang anak tak lagi bisa memanggilnya mamak. Saat dia jatuh pingsan menyentuh jasad sang buah hati di pangkuannya.
.
.
@cahyadi_takariawan
Sumber foto: internet
#belajarmenulis
#kmobasicbatch49
#antologi17
#200kata
#ceritavie
#viestory
#vienulis