TENTANG MALILI KUNO

Day 49 – Tentang Malili kuno

“Jadi, kampung pertama di sini bukan Malili, tapi Ussu, Lampia dan Merau”.

“Jadi, bagaimana sejarah sampai disebut Malili kak?”

“Yang pertama datang di tempat ini, tepatnya di sekitar jembatan gantung yang pertama, adalah orang Toraja. Karena tempatnya gelap disebutlah Malillin yang artinya gelap.”

“Wah, begitu ceritanya?”

“Lalu orang Toraja itu bermukim di Malili, kemudian pindah ke Pongkeru. Sampai beranak keturunan disana”

“Lalu, Merau itu letaknya dimana kak?

“Merau itu adalah perkampungan di atas pancoran Karebbe sekarang. Dulu kampung itu ramai”

“Wah saya baru dengar nama itu sekarang. Kenapa tidak masuk di nama-nama desa di Malili ya?”

“Nah, wilayah di seberang jembatan Malili itu dulu disebut Tawaro Wango atau Tabaro terbakar.” Saat itu semua pohon sagu terbakar.”

“Kemudian, Balantang itu bukan di tempat yang sekarang, tapi di muara sungai Malili.”

“Dulu disana ada Sesco, pengusaha kayu Jepang.”

“Apakah itu ada kaitannya dengan bangkai Kapal Jepang yang masih tenggelam di Sungi Malili, kak?”

 “Tidak ada, kapal itu adalah kapal perang. Dulu, kapal itu dibom dari udara. Anehnya, kampung di sekitarnya tidak ada yang dibom.”

Percakapan singkat ini semakin menimbulkan rasa penasaran dan keingintahuan yang lebih akan cerita tentang asal mula kampung Malili. Kampung yang sekarang ini telah menjadi ibukota kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Semoga saya bisa menguntai satu demi satu cerita tentang Malili, yang semakin lama membuat saya semakin takjub.

.

.

@cahyadi_takariawan

Credit Foto dari internet

 

#belajarmenulis

#kmobasicbatch49

#antologi17

#200kata

#ceritavie

#viestory

#vienulis

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s