
Day 42 – TERSADAR
Perlahan tangannya bergerak, pertanda dia sudah mulai bangun. Matanya mulai terbuka. Dia seolah mencari dan berusaha memahami situasi di sekelilingnya. Dia masih berada di kamarnya. Entah berapa lama dia tertidur, tapi dia melihat lembaran-lembaran di hadapannya telah menjadi abu. Api yang membakarnya pun telah padam.
Dia kembali terisak. Merintih. “Ibu, sakit rasanya dada ini,”serunya perlahan.
Kepalanya masih berdenyut, rasanya sakit sekali. Matanya bengkak. Lembaran tissue bertebaran di hadapannya. Sebuah kilatan cahaya mengalihkan pandangannya, rupayanya pisau kecil itu masih berada di sampingnya. Dia kembali mengingat perbuatan bodoh yan hampir saja dilakukannya.
“Astaghfirullah, Ya Allah., ampuni aku.” Rintihnya tertahan. “Terima kasih Engkau masih menyelamatkan aku dari perbuatan dosa yang membuatku tidak akan bisa mencium bau surgaMu, apalagi memasuki dan menikmatinya.
Air matanya kembali berlinang. Segala pikiran berkecamuk dalam kepalanya. Rasa malu, rasa takut, rasa marah, rasa cemburu, namun dari segalanya rasa bersalah dan pertanyaan “mengapa” membuatnya tak mampu berfikir jernih.
Andai saja dia tidak menerima kiriman foto hanya berupa kata-kata, mungkin dia tetap tidak akan peduli seperti biasanya. Tapi sebuah gambar memiliki dampak yang luar biasa baginya. Hampir saja dia bertindakk bodoh seperti orang tanpa iman.
Terdengar suara penceramah tidak jauh dari tempat tinggalnya. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS. Al Baqarah: 216)
“Akh, biarlah menjadi ketetapanNya. Lebih baik aku mengetahuinya sekarang daripada nanti dan aku benar-benar tidak akan mampu menerima ketetapanNya.
.
.
@cahyadi_takariawan
Foto dari internet
#belajarmenulis
#kmobasicbatch49
#antologi17
#200kata
#ceritavie
#viestory
#vienulis