Selai Buah Dengen

Sejak kecil saya sudah mengenal buah ini. Meski saya tidak pernah mendapatkan keterangan buah ini dari aneka buah yang saya pelajari di sekolah. Tapi di kampungku, buah ini banyak kita dapatkan terutama kalau kami pergi berenang di tepi danau Matano.

Buahnya disebut DENGEN yang bahasa latinnya Dillenia Serata. Buah ini sedikit unik karena kemiripan buahnya dengan buah jeruk namun buahnya terbungkus kelopak buah yang akan terbuka sendiri laiknya bunga saat dia matang. 

Buah ini menurut beberapa referensi merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Habitat pohon buahnya adalah hutan dengan batang kayu keras dan berongga. Daun buahnya lebar dan tunggal. Permukaan daunnya berbulu kasar. Buahnya juga musiman dengan rasa masam. Bahkan menurut beberapa orang yang pernah meneliti tentang buah dengen, asam yang terkandung pada buah ini  bersifat elektrolit, artinya dapat menghantarkan listrik. 

Pohon buah dengen masih tumbuh secara liar, belum dibudidayakan. Saya ingat waktu kecil kami sering berebutan memungut buah dengen yang jatuh di tanah. Semakin kuning warna buahnya, maka semakin manis rasanya. 

Lama tidak pernah lagi merasakan buah dengen, pagi usai jodging, aku dan sahabatku Mardiani menemukan pohon dengen yang berbuah lebat dengan buah-buah yang jatuh bertebaran di bawahnya. Akhirnya kami mulai memungutnya dan berusaha mencari kantong plastik karena buahnya sangat banyak. 

Walhasil, ketika tiba di rumah baru bingung mau diapakan buah yang begitu banyak itu hehehhe. Akhirnya, iseng aku coba buat selai. Inget dulu sering lihat aunty Nadira suka buat selai strawberry sendiri. Begitupun ibuku yang setiap tahun menjelang Idul Fitri pasti membuat sendiri selai nenas sebagai isian nastar. Jadi coba-cobalah googling mencari resep membuat selai namun bahan bakunya aku ganti dengan buah dengen.

Awalnya, aku mengambil timbangan, aku putuskan untuk membuat 1 kg dulu. Setelah aku pisah-pisahkan helai buahnya, lalu aku masak dengan air secukupnya. Paling tidak, jangan sampai buah dengennya melengket di wajan. Aku memutuskan untuk tidak mengeluarkan bijinya, disamping cukup kecil dan ribet, tentu akan menjadi pemanis tekstur di selainya setelah jadi. 

Wow, amazed sendiri deh jadinya. Saat melihat buahnya mulai lumer. Lalu, aku mulai menambahkan 400gr gula pasir secara perlahan-lahan untuk memastikan gulanya akan larut. Setelah itu, aku tambahkan dua sendok makan sari jeruk nipis. Pengennya seh pakai lemon, tapi ternyata habis dan malas ke pasar hanya buat nyari 1 buah lemon. 

Aku menggunakan sendok kayu untuk mengaduknya. Ingat dulu aunty Nadira sering mengatakan kalau masak yang sifatnya pasta, sebaiknya menggunakan sendok kayu. Karena tekstur dan rasanya juga berbeda hasilnya. Hehehheh, secara, saya bukan chef jadi rasa di lidah sama saja yaaa .  Beda ma aunty Nadira yang memang jago masak hehehhe.

Aunty Nadira adalah induk semangku saat kuliah di Australia. Dulu aku paling  suka menunggu hari Jumat atau hari-hari perayaan, karena pasti dia akan memasak atau membuat kue-kue yang lezat, dan bagianku pasti ada hehhehe. Jadi kangen Aunty … 😢😢😢

Kembali ke proses pembuatan selai. Setelah semuanya tercampur, adonan mulai sticky atau mengental. Dan aku pun mencoba rasanya … Wow… So yummy… Rasa manis asam gurih… Yummmm…

Setelah menunggu agak dingin, aku pun tak sabar mencobanya di roti. Dan tadaaaa… It worked and I love it… 😍😍😍 

Jadilah selai buah dengen buatanku. Wah, ternyata tidak sesulit bayanganku. Bisa menjadi produk home industry neh…. karena dari 1kg buah dengen yang sudah dikupas, menghasilkan 2 botol selai Morin – jodohnya Roti #ngarepjadikomersil 😉😉😉

Saya sudah mencobanya… Silahkan dicoba juga yaaa…. Siapa tau memang bisa jadi produk komersil… 
#viestory

#ceritavie

Jejak 2016 Akhir

Libur telah tiba. Saatnya mengepak semua barang-barang, terutama kamera, backpack berisi kelengkapan seminggu, modem wifi yang full charge. 

Bertiga Dwi, Fatimah dan diriku pun meninggalkan Jakarta pukul 16.45 menggunakan JT 782 menuju Makassar, ibukota Sulawesi Selatan. Tiba di Makassar kami dijemput lalu diajak makan ke Pangkep, menikmati ayam goreng kampung lengkap dengan lalapannya.

Perjalanan pun dimulai. Tujuan kami adalah Toraja dengan melewati Barru, kota Pare-Pare, Sidrap, dan Enrekang. Memang perjalanan malam yang kami tempuh tidak menyisakan sedikitpun panorama selain indah lampu-lampu perbatasan.

1. Rumah Nenek di Cakke, Enrekang

Begitu tiba di Enrekang, aku sempatkan singgah di rumah kakek dan nenekku. Al-Fatihah buat mereka berdua. Meskipun yang tinggal di rumah itu sekarang adalah adik ibuku, tapi kenangan bersama kakek dan nenekku tidak akan pernah hilang. Betapa aku merindukan mereka, suara burung tekukur, goreng pisang buatan nenekku dan petuah-petuah yang dulu sering aku dengar dari mereka.

2. Lolai – Negeri diatas Awan Toraja

Rasa excited akan perjalanan ini membuatku tak merasakan capek membawa mobil. Laju mobil yang terus akhirnya membawa kami tiba saat pagi masih menyapa Toraja. Aku bertemu rombongan kakakku saat mereka sudah siap menuju Negeri Diatas Awan, sebuah kampung yang menjadi terkenal saat postingan-postingannya ditemukan bertebaran di media sosial (medsos).

Perjalanan menuju kampung Lolai cukup menguji nyali. Pendakian di jalan berbatu yang kecil dan menikung tajam memjadi tantangan tersendiri dalam perjalanan. Namun, semua itu terbayar saaat kami tiba di puncak Lolai. Kami benar-benar berada di tanah yang lebih tinggi dari awan putih yang berarak.

3. Kete Kesu Toraja

Usai berbenah dan istirahat sejenak di Heritage Hotel, petualangan di kota sejarah ini pun kami lanjutkan. kete Kesu yang letaknya tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Beberapa kali berkunjung ke tempat ini, tetap saja membuat saya terkagum-kagum dengan pelestarian budaya Toraja. 

Kete Kesu merupakan pemakaman tertua di Toraja. Memasuki lokasi ini kita akan menemukan sederetan rumah adat Toraja yang disebut Tongkonan. Tongkonan ini dijadikan rumah persinggahan sementara sebelum mayat-mayat dikuburkan. 

Masuk lebih dalam lagi, kita akan melewati hutan bambu, lalu akan bertemu dengan bangunan kayu berbentuk rumah dan gentong yang juga merupakan makam. Suasana sedikit mistis ketika memasuki wilayah pekuburan ini, apalagi kita akan melihat peti-peti mati yang diperkirakan berusia hingga ratusan tahun dengan tengkorak-tengkorak yang berserakan di atasnya. 

4. Londa Toraja

Di Toraja, mayat tidak dimakamkan di tanah melainkan pada dinding batu yang dilubangi, batang pohon-pohon besar, gua, ceruk pada tebing atau bangunan khusus untuk menaruh peti mati.

Lokasi pemakaman lain adalah Londa. Londa terletak di Desa Sandan Uai, kecamatan Sanggalangi. Kurang lebih 7 kilometer selatan kota Rantepao. Di Londa, kita melihat pemakaman di dalam gua. Untuk memasuki gua, kita bisa menggunakan jasa anak-anak muda dengan lampu petromax yang telah mereka siapkan untuk membantu para pengunjung yang ingin masuk ke dalam gua.

Sedikit seram saat memasuki gua Londa, kita akan melihat tengkorak-tengkorak yang berserakan namun tetap tertata. Ada pengaturan tinggi rendah tempat penyimpanan peti-peti mati berisi tengkorak disesuaikan dengan garis keturunan dan keluarga, meskipun harus ditumpuk.

5. Makale Toraja

Sedikit memutar ke kota Makale, kami menyempatkan singgah ke monumen Pemenang Trophy Isabella di Pasadena ‘The Winner of Isabella Coleman Trophy at Tournament of Roses, Pasadena U.S.A 1991′ sebelum kembali ke Heritage Hotel di Rantepao.

6. Hellow Tomorrow Heritage

Kembali ke Toraja Heritage Hotel, kami menanti pergantian tahun diawali dengan makan malam bersama rombongan Tonasa ditemani penampilan band Lokal Toraja, DJ Wilma dan DJ Asky di panggung Hellow Tomorrow ditutup dengan gempita kembang api yang betsahutan di seluruh Toraja. 


7. Baby Grave Toraja

Belum puas rasanya mengelilingi Toraja, kami pun belok kiri setelah jembatan mengarah ke Sangalla. Maka terpisahlah kami dari rombongan lainnya yang lebih dulu sudah menuju Makassar. Tujuan kami adalah melihat metode pemakaman lain di Toraja, yakni pekuburan bayi yang diletakkan paa pohon-pohon besar yang disebut ‘baby grave’. Nenek Isa yang memandu kami di pemakaman bayi ini bercerita bahwa pohon yang digunakan sebagai makam itu adalah pohon cempedak, seperti buah nangka namun lebih kecil dan sangat manis. “Bayi-bayi tidak dimakamkan di gua atau dinding batu, tetapi di pohon karena mereka harus dijaga.” jelasnya.


8. Makam Suaya Toraja

Lanjut dari Baby Grave kami menuju makam Suaya, pemakaman batu untuk para Raja-Raja Sangalla. 

9. Monumen Burake Toraja

Satu monumen lagi yang menjadi tujuan wisata di Makale Toraja adalah replika Yesus di puncak Burake, Makale. Cukup berliku untuk sampai di monumen ini. Jalanan yang berbatu dan tikungan tajam yang senantiasa membuat kita berhati-hati terutama saat bertemu dengan kendaraan lain dari arah berlawanan. Belum lagi begitu tiba, kita harus sabar menunggu parkiran karena pengunjung yang padat. Setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri anak-anak tangga hingga mencapai monumen. Huffff sungguh luar biasa perjuangan mencapai monumen Burake ini. 

Namun, segala letih segera terbayarkan saat kita mencapai monumen. Sebuah pemandangan yang luar biasa, terhampar di depan mata, sungguh suatu keagungan Ilahi.


10. Lights of Pare-Pare

Meski masih banyak objek wisata yang belum kami kunjungi, namun perjalanan tetap harus dilanjutkan. Apalagi rombongan lain sudah jauh meninggalkan kami. Jadi dengan berat hati, kami pun meninggalkan Toraja menuju Makassar. 

Dalam perjalanan melewati Enrekang, kami juga menyempatkan menyapa keluarga besar di Sudu, alhamdulillah Paman, Bibi dan keluarga semua sehat walafiat. Tetap saja, pandangan mata kami menghentikan sejenak perjalanan untuk sekedar mengabadikan moment yang kami lewati.

Begitupula saat kami tiba di Pare-Pare, rumah jabatan Walikota menjadi salah satu tempat persinggahan juga monumen cinta Habibie dan Ainun. 

11. Balla Lompoa Gowa

Rasa excited masih terasa, sehingga lelah pun tersamarkan. Meski kami tiba hampir jam 5 pagi, jam 7 kami telah bersiap menuju kota wisata Malino. Namun dalam perjalanan kami menyempatkan singgah ke Balla Lompoa atau rumah adat Gowa. 

12. Hutan Pinus Malino

Perjalanan pun berlanjut, kami akhirnya tiba di Malino. Sedikit ada hambatan di jalan, namun tidak menyurutkan semangat untuk berpetualang dengan menunggang kuda lokal di hutan pinus Malino.

Dan petualangan kami pun harus berakhir, karena Dwi dan Fatimah sudah harus kembali ke Jakarta dan aku sendiri akan melanjutkan perjalanan ke Luwu Timur.

Sampai ketemu lagi dalam perjalanan kami selanjutnya…. Happy  Reading dan Jangan Lupa Bahagiamu di tahun 2017 dan seterusnya….
#viestory

#ceritavie

Hunting Lights

Baru saja kembali dari perjalanan panjang, long weekend melintasi tiga propinsi, libur Natal mulai menyapa… Akhhhhh plan berburu kuda pun menjadi pilihan.

Namun pertemuan siang itu di MNC Tower, membuyarkan harapan untuk berkuda minggu ini. Berhubung kami memutuskan untuk menghitung detik2 menjelang tahun baru di luar Jakarta, maka perjalanan minggu ini harus di posponed atau ditunda a.k.a hemat budget heheehehhe. 

Jadilah kita kembali menghabiskan malam dengan hunting lights di beberapa spot di Jakarta. Ga pake duit tebal-tebal koq.. dijamin gretongan hehehhe … Nah, buat kamu yang tertarik untuk kegiatan ini, berikut spot-spot unik yang patut kamu coba dan hasilnya wow luar biasa shower with sparkling lights

1. Lippo Kemang Village (Kemvil)

Spot Pertama, di patung Sinterklas sebelum masuk area Kemvil. 

Spot Kedua, Lampu-lampu bundar di tengah jalur kendaraan Kemvil.

Spot Ketiga, pelataran panggung.

Spot Keempat, Ornamen Christmas di dalam Lippo Mall Kemvil.

Spot kelima, bundaran Kemvil

Spot Keenam, Ornamen berlatar gedung Kemang Village Resident.

Spot Keenam, Bus Stop Kemvil

Spot ketujuh, di taman belakang patung rusa Kemvil

2. Lokasi di bawah jembatan layang flyover Antasari 

3. Monas

4. Ancol

Spot pertama di tulisan Welcome to Ancol

Spot kedua ikut di barisan pengguna trompah

Spot ketiga di bola-bola panjat

Spot keempat di bundaran utama Ancol

Spot kelima, di bawah batang pohon kelapa dengan warna-warna pelangi

Spot keenam, bola-bola berwarna

Spot ketujuh, taman lampu

Bener-bener cantik kan yakkk… Tentu saja lampu-lampunya hehehehe.

So… Always try to find your happiness, karena ga selamanya bahagia itu saat kamu punya duit banyak… Lihat saja disekitar kalian, banyak koq hal-hal unik yang membuat senyum merekah lebar 😍😍😍 seperti yang kami lakukan saat berkeliling Jakarta.

Selamat hunting yaaa… N don’t forget to tag me when you find a new spot yaaaaa


#viestory

Al Quran untuk Semua Makhluk

​Dari penjelasan berbagai ayat Al Quran dan hadits, terdapat macam orang alim atau ulama yang mengharuskan kita berhati-hati dalam menuntut ilmu agama. Dan sesuai dengan Qs 4:59 kalau kita menjumpai berbagai macam ulama maka kita diharuskan kembali pada Allah atau Rasulullah 
Firman Allah SWT :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْ ۚ  فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَـوْمِ الْاٰخِرِ   ؕ  ذٰ لِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(QS. An-Nisa’: Ayat 59)
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَاكَمُوْۤا اِلَى الطَّاغُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْۤا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ   ؕ  وَيُرِيْدُ الشَّيْـطٰنُ اَنْ يُّضِلَّهُمْ ضَلٰلًاۢ بَعِيْدًا

“Tidaklah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Tagut (manusia, selain hukum Allah), padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.”(QS. An-Nisa’: Ayat 60)
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوْلِ رَاَيْتَ الْمُنٰفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًا  

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,” (niscaya) engkau (Muhammad) melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu.”(QS. An-Nisa’: Ayat 61)
Al Quran itu diturunkan Allah bukan diperuntukkan bagi orang Islam saja, tapi bagi semua manusia, bahkan bagi seluruh alam.
 Firman Allah SWT :

هٰذَا  بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَّمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ

“Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Ali ‘Imran: Ayat 138)
اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰٮهُمُ اقْتَدِهْ    ؕ  قُلْ لَّاۤ اَسْـئَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا   ؕ  اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٰى لِلْعٰلَمِيْنَ

“Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an).” Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam.”(QS. Al-An’am: Ayat 90)
تَبٰـرَكَ الَّذِيْ نَزَّلَ الْـفُرْقَانَ عَلٰى عَبْدِهٖ لِيَكُوْنَ لِلْعٰلَمِيْنَ نَذِيْرَا  

“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia),”(QS. Al-Furqan: Ayat 1)
اِنْ  هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعٰلَمِيْنَ

“(Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh alam.”(QS. Sad: Ayat 87)
Jadi adalah keliru kalau Al Quran diturunkan hanya untuk segolongan manusia. Allah Tuhannya seluruh mahluk, Nabi Muhammad juga nabinya seluruh alam, begitu juga Al Quran. Jadi siapapun orang berhak membaca dan memahami Al Quran.
Astaghfirullahadzim…
Sumber: Kajian DIIAN

Mericaku Sayang Hutanku Malang

Pengumuman bahwa pesawat akan segera mendarat di Sorowako, menghentikan pembicaraan kami. Kawan yang duduk disebelahku memang berbagi kisah denganku sepanjang perjalanan. Pun membuat perjalanan terasa singkat. 

Sejenak aku melongokkan kepala ke jendela dan sungguh terperanjat menyaksikan hutan yang semakin gundul bergantikan tiang-tiang penyangga merica. Namun semakin miris, hutan gundul itu tepat di tepi danau Matano, yang sementara digadang-gadang menjadi danau warisan dunia dengan segala keunikannya.

Road to Morowali, Sulawesi Tengah

Usai singgah sebentar di rumah, aku melanjutkan perjalanan menuju Morowali, Sulawesi Tengah. Namun, aku sempatkan singgah menyapa kawan-kawan SMP ku yang tengah arisan di rumah salah satu kawan. 

Setelah itu perjalanan kulanjutkan, menggunakan raft, menyebrangi danau Matano dari desa Sorowako menuju desa Nuha, kedua desa masih dalam lingkungan kecamatan Nuha, kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Sepanjang perjalanan, keindahan pemandangan danau sungguh terganggu dengan hutan yang gundul. Belum pemandangan pabrik yang terpampang, lahan pertambangan yang kecoklatan mengkilat sesekali terpantul sinar matahari. Dan tentu saja pemandangan batang-batang kayu bakal tempat melekatkan tanaman merica yang menjadi pencaharian baru masyarakat di kampungku.

Namun pemandangan batang-batang merica tidak hanya sampai disitu. Pun begitu tiba di Nuha, pemandangan itu terpampang dengan indahnya. Sepanjang perjalanan, hingga ke kebun karet, rupanya, merica telah mendominasi. 

Tapi satu hal yang aku suka setiap melintasi jalan antar provinsi ini, adalah saat melewati perkebunan karet. Meskipun aku tak begitu suka dengan baunya heheheh, tetapi keunikan kemiringan batang-batang karet sungguh mengagumkan. Walhasil, kebiasaan selfie pun kembali hehehhe.

Menghabiskan dua hari di Morowali, mengganti pemandanganku dari Merica ke Sawit dan tambang nikel. Memasuki kota bungku, pemandangan sawit menjadi sajian utama di mata. Setelah melewati ibukota kabupaten bungku dengan beberapa desa di pesisir pantai Bungku, pemandangan berubah dengan kendaraan-kendaraan berat dari perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Morowali.

Oleh pemandu setempat, aku bahkan memperoleh cerita rakyat tentang Bukit Mateantina yang artinya adalah rela mati demi seorang perempuan. Bukit ini terletak di Desa Kolono, Bungku Timur. Matea = tempat mati dan Tina = perempuan. Alkisah, dahulu kala di puncak bukit itu ditinggali oleh seorang puteri cantik yang membuat sayembara untuk pernikahannya. Datanglah laki-laki dari berbagai penjuru angin berusaha memenangkan sayembara mendapatkan puteri jelita itu. Namun musibah terjadi saat mereka saling membunuh untuk mencapai sang puteri. Saat pangeran terakhir akhirnya bisa mencapai sang puteri dalam keadaan berdarah-darah usai pertarungan, pangeran itu pun meninggal di pangkuan sang puteri dan menimbulkan kesedihan. Sang puteri pun menjatuhkan dirinya dari atas bukit karena janji sehidup semati dengan lelaki yang menyentuhnya. Di sisi bukit yang hanya ditumbuhu ilalang itulah tempat pertarungan dan jatuhnya sang puteri, dan hanya ditumbuhi rerumputan saja, seakan pohon enggan bertumbuh di atasnya. Bukit itu pun diberi nama Meteantina, sebagai pengabadian cerita rakyat itu. 

Aku juga sempat mengunjungi Kolonedale, ibukota kabupaten Morowali Utara, yang merupakan pemekaran dari Morowali. Aku selalu suka berkunjung ke kota ini, karena pemandangan laut yang sangat indah saat kita memasuki kota kolonedale. Hanya sayangnya, kota ini tidak berkembang pesat laiknya kota Bungku. Dan di kota ini, masyarakat masih hidup dari hasil laut, pelabuhan dan pertambangan nikel.

Menikmati Suasana Kantor

Usai perjalanan ke Morowali, aku kembali ke Sorowako dan masuk kantor dengan perjalanan PP Sorowako-Malili setiap hari. Perjalanan berjarak 60km yang berkelok-kelok itu ditempuh kurang lebih 40-45 menit dengan mobil. Dan kembali lagi, pemadangan merica menjadi sajian di beberapa titik-titik perjalanan. 

Pulang dari kantor, aku juga menyempatkan mengunjungi kebun Bapak, yang sudah ditanami merica. Subhanallah, yang sebelumnya, menjadi pertanyaan besar dalam hatiku, mengapa warga masyarakat rela menggunduli hutan, ternyata terjawab saat aku merasakan bulir-bulir merica yang aku petik di kebun Bapakku. Aku ikut berdiskusi dengan warga yang sedang berkumpul dan membicarakan tentang harga pupuk dan harga jual merica. Sungguh harga yang fantastis bagi seorang petani yang menghabiskan hari-harinya, merawat tanaman merica itu laiknya seorang bayi yang bertumbuh. 

Aku menyadari rasa yang membuncah dari seorang warga yang membuka lahan hutan untuk bertanam merica. Dia menceritakan kerumitan saat berkejar-kejaran dengan polisi hutan, saat hutan terbakar dengan dahsyatnya. Lalu saat api telah padam, dia kembali untuk membersihkan lahan itu, memasang tiang-tiang penyangga merica, lalu mencari bibit. 

Menanam bibit merica juga tidaklah semudah yang aku bayangkan. Bibit baru itu harus ditanam di tanah gembur yang telah dicampur pupuk. setelah ditanam, bibit itu harus dinaungi karena tidak boleh terkena terik matahari langsung dengan tingkat kelembaban yang harus dijaga. Belum lagi, sekelilingnya harus bersih dari rerumputan liar. Bahkan cerita beberapa petani merica, bagi yang berduit, malah membeli popok hanya untuk menadah air di sekitar bibit baru sehingga kelembaban tanah terjaga. Hehehehe…

Akupun merasakan rasa bahagia ketika menemukan lada-lada yang telah memerah, sebagaimana mereka yang setiap pagi dan sore memetik lada-lada yang telah matang. 
Road to Routa, Sulawesi Tenggara

Mendapat informasi bahwa Professor Kathryn Robinson bertolak dari Kendari ke Routa membuatku ingin bertemu dengannya. Miss Kathy, panggilannya, adalah peneliti antropologi dari Australia National University  yang melakukan penelitian kondisi masyarakat Sorowako di sekitar pertambangan nikel di Sorowako sejak tahun 1970-an. 

Bersama Mardiani Pandego, kami pun melakukan perjalanan si Bolang menuju Routa. Bertolak dari pelabuhan Timampu, kecamatan Towuti, Luwu Timur menggunakan raft melintasi danau Towuti menuju desa Lengkobale. Kurang lebih 2 jam perjalanan air yang kami lalui, memberikanku kesempatan berdiskusi dengan penumpang yang ada. 

Subhanallah, rupanya penumpang di atas raft itu kebanyakan baru saja kembali dari menjual hasil merica mereka dan membeli barang-barang keperluan rumah tangga. Ada yang membeli mobil hilux baru, motor baru, ada yang membeli televisi, kipas angin dan banyak peralatan dan keperluan dapur lainnya. 

Ternyata, kondisi tepian danau Towuti tidak jauh berbeda dengan tepian danau Matano. Banyak lahan-lahan hutan yang telah gundul dan berganti dengan tiang-tiang penyangga merica. Hampir sama kondisi di tepian danau Matano

Miris, namun menyaksikan sendiri si kecil Rian berlari memeluk televisi yang dibawa ayahnya, lalu berteriak kegirangan sambil berteriak “ada TVku, ada TV baruku”, sungguh trenyuh. 

Tiga tahun lalu, pertama kali menginjakkan kaki ke Routa, kampung ini sangat terpencil. Saat ini, kampung ini tetap terpencil dari ibukota kabupaten Konawe, namun dengan merica, kampung ini menjadi berbeda. Bahkan satu orang pemilik kebun, bisa memiliki hingga 12 ribu batang merica, yang artinya di lahan seluas 6 hektar.

Kalau di kampung lain, pagi dan sore ramai anak sekolahan yang terlihat, namun di kampung Routa ini, anak sekolahan terlihat hanya saat gurunya datang mengajar. Selebihnya, justru yang ramai adalah para petani merica saat pagi berangkat ke kebun dan kembali di sore hari. 

Sungguh mericaku sayang hutanku malang. Sepanjang kampung Routa, meskipun rumahnya masih berbadan kayu dan biasa-biasa saja, namun motor saja bisa 3-5 tergantung penghuni rumah. Dan semua dari hasil merica meninggalkan fungsi hutan sebagai penyerap air danauku.

Yaaaaa.. libur sudah selesai… Meskipun perjalanan ke Routa tidak sempat bertemu Miss Kathy, perjalanan mengelilingi tiga provinsi harus selesai. Menyisakan kisah mericaku sayang hutanku malang. Berharap, masyarakat tetap bijak mengelola hutan dengan memelihara lingkungan meskipun keuntungan merica sangat menggiurkan. Namun jika hutan tetap terjaga, maka danau pun akan terjaga dan kehidupan masa depan generasi kedepan juga akan terjaga.

Kerjakan yang Diperintahkan

بَلْ هُوَ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ فِيْ صُدُوْرِ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ  ؕ  وَمَا يَجْحَدُ بِاٰيٰتِنَاۤ اِلَّا الظّٰلِمُوْنَ
“Sebenarnya, (Al-Qur’an) itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.”

(QS. Al-‘Ankabut: Ayat 49)
اِتَّبِعُوْا مَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوْا مِنْ دُوْنِهٖۤ اَوْلِيَآءَ    ؕ  قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”

(QS. Al-A’raf: Ayat 3)
وَلْتَكُنْ  مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ  عَنِ الْمُنْكَرِ  ؕ  وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

(QS. Ali ‘Imran: Ayat 104)
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ  نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ  لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

(QS. At-Tahrim: Ayat 6)
وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاحْذَرُوْا  ۚ  فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْۤا اَنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ

“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat) dengan jelas.”

(QS. Al-Ma’idah: Ayat 92)
Disadur dari Kajian DIIAN

Allah di Kalbuku

Pada suatu kesempatan, di tengah danau Towuti, aku melipat mukenah yang baru selesai kugunakan usai menunaikan sholat ashar. Kala itu aku mengikuti tim Towuti Drilling Project yang melakukan penelitian iklim dengan subject endapan lumpur danau Towuti.

Diyakini, bahwa endapan lumpur yang tersimpan di dasar danau Towuti, dapat bercerita tentang perubahan iklim hingga 60juta tahun lamanya. Endapan itu sendiri tampak seperti layer atau lapisan menyerupai buku dengan lembaran-lembaran halamannya. 

Ketertarikan akan lapisan-lapisan ini yang membuat kami penduduk lokal juga bertanya-tanya, mengapa para peneliti asing tertarik untuk datang ke kampung kami, bahkan dengan rangkaian peralatan yang sangat wah, bahkan membutuhkan crane yang paling besar untuk mengangkatnya.

Alhasil, dengan ketertarikanku pun, aku mem-volunteer-kan diri untuk ikut bersama-sama menyaksikan langsung kegiatan penelitian ini. Begitupun hari itu saat tim peneliti berusaha mengambil endapan lumpur dengan sebuah alat.

Baru saja kulipat mukenahku, aku mendengar teguran dari salah satu peneliti. “Sulvi, shalat itu seperti break ya. Di tengah pekerjaan, kalian berhenti dan membasuh wajah kalian, tentu rasanya segar sekali. Apalagi ditengah cuaca dan teriknya matahari.”

Kalimat itu tidak salah. Di melihat posisi sholat sesuai dengan kacamata akal pikiran semata. Padahal sholat itu memiliki makna yang sangat dalam. 

Dalam sholat, kita meminta, memohon dengan doa, agar segala aktivitas kita mendapat perlindungan, mendapat ijin, ridha dan kehendak. 

“Tidakkah Allah Maha Melihat diriku? Hasbunallahu wanikmal wakil. Cukuplah Allah bagiku. Sungguh Ia adalah sebaik-baik penolong.

Allah SWT telah berfirman: “Ingatlah diri-Ku supaya Aku pun akab mengingatmu.”

Dalam firmaNya yang lain “jikalau para hamba-Ku bertanya kepadamu tentang diri-Ku maka katakanlah bahwa Aku lebih dekat dengan mereka. Bilamana mereka berdoa, maka Aku pun akan mengabulkannya. Oleh karena itu, berimanlah mereka kepada-Ku dan tunaikanlah panggilan-Ku. Semoga mereka mendapati jalan yang benar.”

Hakikat doa adalah meminta untuk kebaikan hidup di dunia dan di akhirat, kebaikan untuk diri sendiri dan seluruh umat manusia. 

Kekuatan doa dan pengaruhnya pada stres bahkan menjadi dasar penelitian di RS. San Fransisco kepada 393 penderita penyakit jantung. Dari penelitian itu, 150 pasien mengalami kesembuhan lebih cepat karena selalu didoakan. Begitupun hasil yang diperoleh Dr. Mehmet OZ dari Universitas Cornell. Dari 750 penderita gangguan jantung, pasien yang cepat sembuh adalah yang sering berdoa.

Seorang ilmuwan Harvard bernama dr. Herbert Benson bahkan menghabiskan 30 tahun melakukan penelitian memgenai pengaruh doa terhadap fisiologi manusia. Dari hasil peneleitiannya dia mendapatkan bukti bahwa doa dapat menghilanhkan stres, menenangkan jiwa dan mempercepat kesembuhan. dr. Benson juga mendapatu adanya pergerakan aktif dalam otak dari foto MR saat seseorang sedang berdoa.

Intinya, sholat senantiasa akan mengingatkan kita kepada sang pencipta, sang Khalik, Pemilik langit dan bumi. Sholat merupakan wadah komunikasi langsung kita kepada Allah. Tempat kita meminta dan memohon pertolongan kepada Allah, SWT. Sehingga, alangkah meruginya orang-orang yang tidak sholat. Merugilah orang-orang yang tidak mengingat Allah di kalbunya.

Pohon Tua 

Niatnya mencari lokasi berkuda, ternyata begitu tiba, kami tak beruntung. “Jalanannya sedang proses betonisasi” ucap seorang bapak di pos ronda menjawab pertanyaan kami.”Cari jalan lain saja mba, lurus saja, nanti belok kiri. Tidak lama setelah itu belok kiri lagi, itu jalan masuk. Tapi mungkin tutup mba” lanjutnya menjelaskan.

Setelah mengucapkan terima kasih, kami pun berlalu. Tapi rasa penasaran membuat Rinie, Wie dan dirikupun melanjutkan pencarian, menelusuri jalan yang disebutkan oleh si Bapak di pos ronda.

Walhasil, akupun membelokkan mobil ke sebuah jalan kecil. Wah…. Yang terpampang di hadapan kami adalah sebuah potret hutan dengan kayu-kayu besar dan tua yang ternyata berusia hingga ratusan tahun.

Hujan pun turun, menemani perjalanan kami. Kami berhenti pada jalanan yang semakin rusak, setelah berbalik, kami pun mengetahui bahwa jalanan itu tidak mengarah ke tempat yang kami tuju. 

Hujan yang tercurah dari langit menambah efek semakin mendramatisir suasana siang itu. Rintik hujan yang semakin deras, ternyata tak mampu menahan keinginan kami untuk mengabadikan suasana dan keindahan yang tercipta.

Akhirnya kami bertemu pak Heri yang bercerita tentang usaha keluarga yang telah dirintis Abah Ubay sejak tahun 60-an. Usaha yang sebelumnya dimulai di Rawa Belong ini, mendapat kerjasama dengan Graha Bintaro sehingga mereka memilih pindah dan mendapatkan lahan sekitar 3000 meter.

Kami bahkan diperlihatkan sebuah pohon yang berusia lebih dari 100 tahun dengan nilai jual diatas Rp. 200jt. Dari tekstur saja sudah berbeda, begitupun warna dan guratan pada dasar pohon tua itu. wah… Saya jadi penasaran siapakah gerangan yanh akan membeli pohon ini, yang menurut pak Heri, kisaran harga pohon-pohon tua yang di jual di harga 7jt – 200an juta. Ihhhhhh kebayang deh.. pasti pembelinya kolektor atau penyayang pepohonan tua yakkkk hehehhehe.

Namun yang tak ketinggalan, kami pun mengambil kesempatan berpose di antara pohon-pohon tua yang ada di lokasi itu. Fantastik…

Meskipun tak bertemu kuda yang kami cari, setidaknya perjalanan kami tidak sia-sia. Kami mememukan alternatif menikmati turunnya hujan yang awet. Xoxo

Kegelisahan Hati

Entah mengapa

Gelisah ini semakin menyiksaku

Kata demi kata yang kubaca

Terasa semakin menyesakkan dada
Gemuruh keraguan menenggelamkanku

Kerapuhan semakin menyiksaku

Akankah ketakutan ini akan selalu

Menyelimutiku
Setiap mereka hanya peduli

Dirinya, kelompoknya, kekuasannya

Sedang aku terdiam disini

Memilih untuk berdiam tak menyapa
Kuharap duka negeriku

Tidak akan lagi meneteskan air mata

Ibu pertiwi

Karena Tuhan tidak akan diam

Saat nista menjadi aksi atas firman-Nya
@ampera, 22.11.2016

Maaf Ku Tak Bisa Bantu

Handphoneku berdering. Melihat nama penelpon yang tertera di layar membuatku berfikir untuk segera mengangkatnya. Tentu ada hal yang  urgent hingga ia menelponku. 

“Anakku harus masuk rumah sakit. Jika saat ini aku mengurus  Prudential apakah bisa aku gunakan segera untuk pengobatan anakku, karena sekarang harus dirawat di rumah sakit?” Tanyanya dengan nada kecemasan.

“Siapa sakit mba?”tanyaku ingin tahu.

“Dede”, jawabnya.

Ya Allah… Pikirku dalam hati, ku sangat ingin membantu, sayangnya, saat ini ku tak bisa bantu apa-apa selain doa.

                                * * * * *

Sesaat kulihat ada missedcall di hp ku. Ada apa orang rumah menelponku. Ku-dial nomor kontak kembali, dan kudapatkan informasi yang membuatku freezing.

“Kak, anakku kecelakaan. Tadi dia tertabrak motor.”,jelas suara di seberang.

“Astaghfirullah, bagaimana kejadiannya?”, tanyaku khawatir.

Cerita itupun mengalir dan membuatku sangat terpukul. Terbayang polis Prudential yang lapsed atas nama kemenakanku. 

“Ya Allah, berikan kekuatanMu… Aku tak bisa bantu selain doa untuk keselamatannya”, pekikku dalam hati.

                              * * * * *

“Ping!”

Lampu notifikasi bbm ku menyala, rupanya ada colekan dari kawan yang juga calon nasabahku.

“Kak, tabungan yang kakak buatkan sepertinya terlalu besar. Aku dapat informasi, bisa menabung Rp. 300.000,- saja.” isi pesan yang kuterima.

Panjang lebar ku menjelaskan, selalu ada jawaban agar nilai premi bulanan yang kami sepakati bisa diturunkan ke nilai yang lebih kecil. 

Sekali lagi, aku minta maaf, ku tak bisa bantu. Jika dengan nilai itu, asuransi lain mungkin bisa membantu, tetapi karena aku memikirkan masa depannya, maaf, aku tak bisa membantu.

                          * * * * *

Tak banyak yang bisa memahami kesedihan yang aku rasakan, saat tak bisa membantu mereka yang aku sayangi. Aku hanya bisa berteriak dalam hatiku, “apa guna aku berada di sekitar mereka yang membutuhkan bantuanku di saat-saat seperti itu?”

Memiliki asuransi lebih sering dianggap sebagai pemborosan, hanya sekedar membuang-buang uang, tidak berguna sama sekali. Lebih baik uangnya ditabung, dibelikan aset, diinvestasikan di beragam metode investasi.

Tapi bagaimana meyakinkan mereka, bahwa semua itu bisa mereka lakukan setelah kebutuhan asuransi mereka terpenuhi. Terutama kesehatan, kecelakaan dan jiwa. 

Kenapa asuransi menjadi kebutuhan? Karena asuransi adalah proteksi atau perlindungan yang tidak nampak secara fisik. Fungsinya sama dengan life jacket atau parasut di pesawat terbang, sama dengan payung atau jas hujan, sama dengan fire extinguisher atau tabung pemadam kebakaran, sama dengan helm saat berkendara motor atau sepeda. Sama dengan Auto Breaking System (ABS) pada mobil.

Apakah semua itu dibutuhkan saat kita beraktifitas? TIDAK adalah jawabannya. Tapi saat dibutuhkan, kita bisa menggunakannya karena telah tersedia. Karena kalau tidak ada, tidak akan ada artinya lagi saat resiko hidup kita hadapi.

Sama seperti kejadian 1, kejadian 2 dan kejadian 3 diatas. Pertimbangan yang berlebih untuk kepemilikan asuransi akan sangat berdampak pada kondisi finansial kita saat kondisi kritis itu terjadi. Tak peduli berapapun banyak uang, aset dan segala yang kita miliki, biaya kesehatan tidak pernah murah.

Tak banyak yang bisa memahami kesedihanku, saat aku tak dapat membantu mereka yang aku sayangi. Padahal ada sebuah produk bagus yang aku mengerti yang dapat membantu kerugian finansial mereka saat kondisi kritis terjadi pada diri mereka.

Tak banyak yang bisa memahami kesedihanku, saat aku tak bisa memaksakan mereka membeli produk asuransi. Aku memahami kondisi ekonomi mereka, memahami kecemasan mereka, meskipun asuransi itu dapat meringankan beban mereka dari kondisi kritis.

Tak banyak yang bisa memahami, betapa sedih diriku, saat aku hanya bisa memanjatkan doa untuk kesembuhan mereka, membawakan buah tangan dan menemani mereka melewati waktu, dan memberikan semangat, saat aku tahu ada produk hoki Two in One  yang dapat mereka angsur untuk masa pemanfaatan yang panjang secara maksimal.

Sekali lagi maaf, aku tak bisa bantu, saat kondisi itu menimpamu, dan kau tak memiliki proteksi apa-apa pada dirimu. Namun dengan segala keterbatasanku, hanya satu harapku, saat usiamu masih produktif, kalau betul kau menyayangi keluargamu, milikilah proteksi kesehatan, kecelakaan dan jiwa yang akan sangat membantu saat kondisi kritis menimpamu dan berdampak pada kondisi financial keluargamu.

*Catatan 19112016 saat aku sedih tak dapat membantu lebih selain doa demi kesembuhan mereka yang aku sayang dan keluarga harus bergumul dengan kondisi financial karena tidak memiliki proteksi kesehatan… 😢😢😢