Judgemental Moment

Perempuan macam apa dia? Sekolah tinggi-tinggi tetap saja nyambangi suami orang. Emang udah gak laku  yah?

twitpic 2

Coba berandai-anda, kalau kamu yang mendapatkan predikat itu,  kira-kira marah tidak? Kira-kira, ada tidak perempuan di dunia ini yang bercita-cita  menjadi perempuan kedua dalam sebuah rumah tangga? Menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anak yang membencinya karena menyakiti ibu mereka?

Untuk ketampanan yang akan pudar seiring bertambahnya usia? Untuk harta yang bakalan habis juga setelah digunakan? Untuk kekuasaan yang akan hilang setelah masanya berakhir? Untuk kenyamanan yang akan terus terganggu dengan kemarahan orang-orang yang terabaikan?

Mungkin, bagi mereka yang hanya ingin mendapatkan kesenangan sementara dan having fun itu baik-baik saja, tapi jika seorang dengan harapan untuk mendapatkan hidup yang layak dan sakinah mawaddah wa rahmah… tentunya jalan seperti itu tidak akan bertahan lama.

dont judge

Nah, sekarang, atas dasar apa kamu berhak menghakimi seperti itu? Apa karena hidupmu sudah sempurna? Apakah karena sekarang kamu telah bersuami dan memiliki keluarga kecilmu sehingga begitu mudahnya kamu menghakimi seperti itu? Apakah kamu telah mendapatkan gambaran seluruh situasi sehingga kamu beranggapan seperti itu?

يَأُيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيْبُوا قَومًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Wahai orang-orang beriman! Jika datang kepadamu orang fasik yang membawa sesuatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum kerana kebodohan(kejahilan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”

(Q.S.Al Hujurat. 6)

Pernahkan kamu mencari tahu, seberapa akurat kebenaran semua informasi yang kamu terima? Atau di kepalamu lebih terpatri pada rasa kasihan dari semua air mata mereka-mereka yang merasa menjadi korban dari persoalan ini? Atau karena kebencianmu padanya, sehingga kamu mengabaikan keseimbangan informasi yang kamu terima dan menghakiminya seperti itu?

(إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ (النور :15

(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. (An Nur 15)

Kalau memang kamu merasa lebih baik, semoga kejadian seperti ini tidak akan pernah menimpamu. Semoga kehidupan kecilmu tidak akan pernah terganggu dengan kerikil-kerikil kehidupan seperti itu.

Jika suatu waktu nanti, hal yang tidak menyenangkan ini terjadi padamu, pahamilah, dia juga perempuan yang mempunyai rasa sepertimu. Belum tentu dia yang mendekati suamimu. Bisa saja suamimulah yang berusaha mendekatinya sebagai tantangan untuk ditaklukkan. Ego sebagai lelaki yang belum pernah ditolak oleh siapapun. Ego yang membuatnya berusaha mendapatkan apapun yang diinginkannya dengan cara apapun.

Bisa saja kelakuanmu justru semakin mendekatkan mereka. Tentu saja masyarakat akan mendukungmu dan menghakiminya dengan semua airmata  yang kau habiskan untuk menceritakan betapa perempuan itu telah merubah suamimu. Semakin kau lakukan itu, semakin pasti suamimu akan berusaha membuktikan kesungguhan padanya.

Sebaiknya rangkul dia, jangan gunakan emosimu yang meledak-ledak. Tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaiknya cari informasi sebanyak-banyaknya dari semua pihak sebelum kamu menghakiminya bersalah telah mengganggu keluarga kecil bahagiamu. Cari tau apa  yang disukai suamimu darinya. Hindari mencaci maki dengan menceritakan semua aib suamimu. Hal itu bukan semakin menjauhkannya dari suamimu. Justru memberikan lebih banyak informasi tentang suamimu yang seharusnya menjadi rahasiamu bersamanya. Bahkan lebih mempermalukan suamimu, menjatuhkan harga dirinya, membuatmu looks like a looser berusaha mempertahankan sesuatu yang sudah menjadi milik orang lain.

Apalagi jika kamu menceritakan masalahmu pada orang-orang yang tidak berkepentingan dalam hal ini. Meskipun kamu melakukan semua itu untuk mendapat simpati mereka. Yakinlah, tidak ada gunanya melakukan semua itu, karena bagus atau tidaknya kehidupan keluargamu, tidak membawa dampak yang besar bagi orang-orang di sekitarmu. Justru mereka hanya akan menambah kegamanganmu dengan rasa kasihan atau bahkan menertawakan kegagalanmu dalam mempertahankan rumah tanggamu setelah menampakkan rasa empati mereka.

safe_image

Ketika Ali bin Abi Thalib hendak diutus sebagai hakim ke Yaman, Rasulullah mengarahkannya dengan berkata

 إن الله سيهدى قلبك ، ويثبت لسانك ، فإذا جلس بين يديك الخصمان فلا تقضين حتى تسمع من الآخر كما سمعت من الأول ، فإنه أحرى أن يتبين لك القضاء 

“Semoga Allah senantiasa memberimu petunjuk dan meneguhkan lisanmu. Jika pihak berperkara menghadap kepadamu, maka jangan sekali-kali memutuskan perkara tanpa mendengar kedua belah pihak. Karena yang demikian akan memudahkan kamu memutuskan perkara dengan baik”

Intinya, hindari menghakimi siapapun yang kamu dengar melakukan kesalahan hanya mendengar informasi dari satu pihak. Carilah informasi yang seimbang, jangan menjadikannya fitnah. Tak peduli seberapa bencinya dirimu pada seseorang. Jangan jadikan itu alasan untuk tidak berbuat adil padanya. Be fair for your own good!

#RenunganVie

2 thoughts on “Judgemental Moment

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s