Jejak Bung Karno di Bandung

Aku bersyukur ya Allah… tiada hentinya nikmat yang Engkau berikan. Bahkan sebuah nikmat yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Nikmat yang tidak pernah aku impikan. Semuanya menjadi begitu nyata.. begitu mempesona, begitu membahana. Seperti hari ini, saat aku menelusuri jejak pemimpin bangsaku, tanpa perencanaan.

image

Terima kasihku untuk bu Aini Endis Anrika, Kepala DPPKAD Luwu Timur yang mengajakku turut serta mendampingi dalam sebuah kegiatan di kota Bandung. Tidak pernah aku sangka, kehadiranku di kota mojang geulis kali ini menghantarkan aku melacak sendiri jejak bung Karno.

image

Bukan pertama kali aku ke kota Bandung, dan bukan pertama kali aku memasuki museum Konfrensi Tingkat Tinggi Asia Afrika (KTT-AA) yang menjadi saksi sejarah perjuangan Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan seluruh bangsa di dunia ini. Namun kunjunganku kali ini diisi dengan keinginan untuk melihat, menyentuh bahkan merasakan kehadiran beliau dalam Konferensi di tahun 1955 itu.

image

Bermula dari rasa iseng untuk berkunjung kembali ke museum KTT Asia Afrika yang dekat dengan lokasi kegiatan Bu Endis. Karena hanya utusan dengan mandat yang bisa mengikuti kegiatan itu, sehingga aku tidak memiliki agenda apapun. Itupun setelah mengontak beberapa teman dan kami tidak dapat bertemu karena mereka semua sibuk berada di tempat kerja masing-masing.

Nah.. usai melihat-lihat di ruang pameran, berpose di beberapa spot-spot yang menarik termasuk pada dinding selfie, maka aku masuk ke ruang Koferensi. Seorang Bapak menyapaku, lalu kami berbincang.

image

Rupanya beliau adalah salah satu guide yang bertugas mendampingi dan memberikan penjelasan yang dibutuhkan tamu yang berkunjung. Seperti biasa, aku mulai bertanya ini dan itu, sampai akhirnya dia memintaku  untuk duduk dan berfoto di sebuah kursi yang menjadi kursi Preaiden Republik Indonesia dalam KTT-AA, mulai dari Soekarno dalam KTT 1955, Susilo Bambang Yudhoyono pada KTT 2005 hingga Joko Widodo di KTT 2015.

image

Wuih, terbayang deh, sudut pandang dari seorang Presiden yang duduk di kursi itu saat memandang ratusan bendera di panggung utama. Bahkan, Pak Kudri yang sudah mengabdi lebih dari 50 tahun di gedung Merdeka itu memperlihatkanku bahwa kursi-kursi dari bahan Jati kualitas terbaik yang dipesan sendiri oleh Bung Karno itu aslinya adalah aset Majelis Permusyarakatan Rakyat Sementara (MPRS) yang masih terawat dengan baik hingga hari ini.

image

Lalu Bapak itu bercerita panjang lebar mengenai alasan terpilihnya Bandung sebagai tempat pelaksanaan KTT Asia Afrika. Menurut beliau, alasannya adalah karena hubungan emosional Bung Karno yang sangat erat dengan kota Bandung.
1. Bung Karno pernah menetap di Bandung, menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB), arsitek gedung Merdeka adalah guru besar Bung Karno di ITB bahkan bung Karno pernah ditahan di Bandung.
2. Fasilitas Konferensi pada waktu itu sudah lengkap di Kota Bandung, diantaranya: Gedung Merdeka merupakan gedung terbesar se Asia, Hotel Savoy Homan Bandung memiliki fasilitas standart internasional, bandar udara yang tersedia, kendaraan, serta seluruh fasilitas pendukung konferensi ada di Bandung pada saat itu.
3. Masyarakat Bandung yang ramah untuk menjadi tuan rumah konferensi

image

Aishhh semakin tertariklah aku mendengarkan cerita Pak Kudri. Menyaksikan betapa antusiasnya beliau bercerita tentang kekagumannya pada Bung Karno. Bahkan aku seakan menangkap aura Bung Karno melalui cerita-ceritanya. Bagaimana emosi yang terbangun dalam setiap kata-katanya. Melihat seorang pencinta Bung Karno yang bercerita dengan menggebu-gebu tentang ide-ide besar pujaannya.

Menurutnya, KTT ini merupakan ide bung Karno. Beliau ingin memotivasi semua bangsa-bangsa terjajah untuk memerdekakan bangsanya. Karena kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Betapa bung Karno tidak menyetujui penciptaan senjata nuklir yang bahkan diperlombakan sebagai kekuatan keangkuhan keadidayaan sebuah negara.. juga terjadinya perang dingin karena pembagian blok barat dan blok timur, sebagai bentuk peniscayaan perbedaan. Selain itu beliau sangat anti rasialisme, perbedaan warna kulit yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Gagasan ini pun tercetus sejak tahun 1933  dan butuh 20 tahun untuk mewujudkannya di tahun 1955.

image

Sungguh luar biasa.. benar-benar informasi yang tidak pernah menarik perhatianku selama ini. Tapi dengan cara penyampaiannya, dengan antusiasmenya, aku dapat memetik pembelajaran daripadanya. Lalu pak Kudri bercerita tentang Hotel Savoy Homan sebagai salah satu saksi sejarah dari KTT Asia Afrika. Tentang jejak-jejak sejarah yang bisa aku telusuri dan sungguh menarik rasa keingintahuan yang luar biasa.

image

Suatu keberuntungan, karena lokasi kegiatan Bu Endis di hotel Savoy, maka dengan penuh percaya diri aku meminta ijin untuk melihat-lihat peninggalan sejarah KTT di hotel Savoy. Dengan ditemani pak David, Duty Manager hotel Savoy, berkelilinglah aku dengan decak kekaguman melihat benda-benda yang digunakan dulu.

image

Senangnya, akupun diajak berkeliling melihat kamar yang dulu digunakan bung karno. Meski tidak bisa melihat ke dalam kamr karena sedang digunakan tamu, paling tidak aku bisa melihat tempatnya hehhehe. Bahkan dari hasil googlingku, kutemukan tiga nomor keramat bagi beberapa orang dan ternyata merupakan tiga nomor kamar yang digunakan oleh tokoh-tokoh besar dunia ketika KTT Asia Afrika 1955.  Yakni kamar 144 digunakan oleh Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India, lalu kamar 244 oleh Soekarno, Presiden Republik Indonesia dan kamar 344 dipakai oleh Chou En Lai, Perdana Menteri RRC

image

Usai berkeliling.. oleh pak David, aku juga diperlihatkan sebuah buku tentang sejarah hotel Savoy Homan yang ternyata nama hotelnya diambil dari nama pemiliknya yakni seorang warga negara Jerman bernama Mister Homann.

image

Sungguh luar biasa perjalanku kali ini. Aku dapat menyaksikan sebuah perjalanan seorang Soekarno dalam mengembangkan gagasannya, pada sebuah bentuk kecil untuk mengenang kejadian kala itu.
Negara yang besar adalah negara yang menghargai sejarahnya.

image

Let a new Asia and new Africa born – Soekarno 1955.

Sumber foto: koleksi pribadi.

#viestory #

la_vie

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s