
Day 30 – DIKELILINGI PELAYAN
Air mata berderai. Lambaian tangan belum juga berhenti. Yah, Linda dan Holly telah pergi, menjemput impian baru mereka di tanah Kanguru. Lantunan doa terucap di hatiku. Semoga perjalanan mereka selamat sampai ke tujuan. Semoga kami masih bisa dipertemukan dengan keluarga yang baik itu. Lalu bertiga Mardiani, diriku dan Hera kembali ke hotel tempat kami menginap.
Namum perut keroncongan minta diisi, sehingga kami memutuskan singgah di sebuah rumah makan. Tempatnya asri. Salah satu yang membuat aku jatuh cinta dengan Bali adalah suasananya yang cantik, setiap rumah memiliki keunikan mulai dari desain bangunan hingga penataan pekarangan halaman rumah.
“Apa kalian tidak merasakan tatapan para pelayan sejak kita masuk ke ruangan ini?” tanya hera pada kami.
Mardiani menjawab, “I think it is because Bali Bomb recently, so we were looked strange for them.
Tak lama aku mendengar salah satu pelayan mengatakan pada temannya “Sepertinya mereka tourist dari Malaysia, mereka berbicara menggunakan bahasa Inggris,”
Sedikit tertawa aku lalu berbicara kepada kedua temanku, “Let’s keep talking bilingual language”. They thought we are Malaysian.”
Jadilah kami tetap bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia sesekali. Sampai makanan kami disajikan dan kami segera menyantapnya. Lalu para pelayan itu mengelilingi meja kami. Serasa mendapakan pelayanan VIP namun dalam suasana yang ketar ketir. Suasana sedih yang kami rasakan sebelumnya menjadi hilang, berganti dengan perasaan aneh karena kami makan dikelilingi pelayan. Kami bertiga memang menggunakan hijab, sehingga tidak salah juga apa yang mereka pikirkan. Evenhthough kita tetap harus berhati-hati namun it’s a prejudice dan membuat orang lain menjadi tidak nyaman.
.
.
@cahyadi_takariawan
#belajarmenulis
#kmobasicbatch49
#antologi17
#200kata
#ceritavie
#viestory
#vienulis