Ozy Life

Ozy Life gc girlssss nge-Ozy banget a623076877_644463_8838

The memories when I live, study and work in Australia from 2007-2009. Having new friends, family and community. Love to have the experience back but prefer to find more excitement in a new place for the future 😀 Every day was a new day for me, learn about the culture, about the language, about the people, about the political situation, the social life, fulfilling my life with more enjoyment moment, share all love and kindness. Always love to come back to Australia….

Menjadi Positif Ketika Berfikir Demikian

Lagi heboh di semua perbincangan bahwa Kementerian Kesehatan membagikan kondom gratis dalam event Pekan Kondom Nasional, peringatan Hari AIDS Se-Dunia sebagai bentuk kampanye seks yang aman.

Kebanyakan komentar yang saya baca adalah menolak kampanye ini dengan pertanyaan, apakah tidak pernah terpikirkan oleh kemenkes dan KPAN bahwa ketika kondom itu dibagi-bagi gratis, apakah tidak akan terlintas di benak sang penerima bagaimana cara menggunakanannya? Apakah mereka tidak akan menjadi penasaran dan akhirnya mencoba melakukan ‘seks’ yang tentunya belum punya pasangan sah suami istri.

Perlu diketahui bahwa kondom bukanlah alat pencegah HIV AIDS, melainkan alat kontrasepsi atau pencegah kehamilan karena dalam konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa penggunaan kondom aman tidaklah benar. Pori-pori kondom berdiameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila meregang pori-pori tersebut bisa mencapai 10 kali lebih besar. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Ini artinya… walaupun menggunakan kondom, tetap saja pengguna dapat terpapar virus HIV AIDS.

Menurut salah satu pakar yang gencar mengkampanyekan rendahnya efektivitas penggunaan kondom sebagai pelindung dan penangkal penyebaran virus HIV, Prof.Dr.dr.H.Dadang Hawari, kondom terbuat dari lateks (karet). Bahan ini merupakan senyawa hidrokarbon dengan polimerisasi yang berarti mempunyai serat dan berpori-pori. Di samping itu, karena proses pembuatan, maka kondom juga memiliki lubang cacat mikroskopis atau ‘pinholes’.

Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini sejak bertahun-tahun lalu gencar menyerukan fakta bahwa survei di lapangan dan penelitian di laboratorium membuktikan bahwa penggunaan kondom hanya dapat mereduksi resiko penularan, tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko penularan virus HIV AIDS.

Jadi kita jangan salah beranggapan bahwa dengan menggunakan kondom bisa terbebas dari virus HIV. Lebih baik, ketika pikiran sudah mulai terbebani dengan hawa nafsu, maka pilihlah satu laki-laki atau perempuan yang kamu suka, menikahlah dan hiduplah secara sehat bersama-sama.

Bisa juga baca catatan yuhana.wordpress.com/2007/11/29/kampanye-dukungan-untuk-menolak-pekan-kondom-nasional-2007 tentang detail bukti ilmiah kondom tidak 100% aman.

Jadi… jika kamu berfikir bahwa memerangi HIV dengan menggunakan kondom, coba deh direnungkan kembali… Lebih baik hindari free sex, hindari berhubungan dengan yang bukan pasangan kamu dan hidup lebih bersih.

 

#RenunganVie

Pentingnya Kontak Person

Sekalipun tidak pernah terlintas suatu waktu akan berurusan dengan Setwapres. Sampai akhirnya ada berita dari daerah bahwa aku harus mencari informasi di Setwapres terkait bantuan yang diberikan 6 tahun silam.

“Vie, tolong cek ke setwapres, bagaimana pengurusan dokumen kendaraan bantuan mereka 6 tahun lalu, sampai sekarang belum ada yah?”

Berbekalkan 2 lembar kertas fax tanpa kontak person, aku mulai  mencari nomor telpon di internet dan menghubungi beberapa nomor. Satu persatu kontak yang kuhubungi mulai memberikan arahan-arahan siapa orang-orang yang bisa kuhubungi lebih lanjut.

Namun, aku sempat terdiam ketika ku hubungi nomor selanjutnya dan mendapatkan informasi bahwa orang-orang yang aku cari sudah tidak lagi berhubungan dengan setwapres. 

“Maaf mba.. itu sudah lama sekali. Timnya sudah bubar… orang-orang itu sudah tidak lagi bekerja disini dan pejabat terkait sudah pada pensiun”, ujar lelaki penerima telpon di ujung sana.

Aku memburu jawaban, “Mas, jadi gimana caranya aku bisa mendapatkan info tentang bantuan ini?”

“Bagaimana yah mba? Lagian ini sudah 6 tahun… lebih dari 5 tahun itu arsip-arsipnya pasti sudah tidak ada lagi di setwapres. Apalagi pejabatnya sudah berganti. Tim bantuan juga sudah berganti. Mba ke kantor saja, biar lebih jelas,” jawab penerima telpon di seberang sana.

Ku kontak lagi beberapa nomor, kebanyakan tidak memberikan jawaban dari pertanyaanku. Bahkan teman yang kuharapkan memberikan informasi lebih banyak karena dulu bekerja disana pun hanya bisa menyarankan aku mencari informasi lewat facebook. 

Jiah…. memang kadang kala facebook itu sangat berguna ketika kita mencari informasi tentang seseorang atau sebuah lembaga. Disamping kekurangannya yang selalu memanfaatkan kelemahanku untuk senantiasa update informasi melalui dunia maya. Membuatku ketagihan! Hahahaha, tidak bermaksud promo yah, segala sesuatu itu ada dampak positif dan negatifnya, tergantung kita mau melihatnya dari sudut mana.

Ketika akhirnya bertemu dengan halaman orang yang kucari, kucoba meng-inbox beliau, berharap segera dibalas. Namun ternyata balasan itu tak kunjung aku terima. Padahal sms dan telpon dari daerah bertubi-tubi kuterima di hpku.

Bahkan aku menjadi kesal ketika aku menerima sms bahwa sangat mudah untuk mencari informasi tentang kendaraan itu. “Tinggal ke kantor yang bersangkutan, buka komputer, masukkan nomor mesin dan nomor rangka, enter dan akan tersambung ke informasi dimana registrasinya dikeluarkan, karena sistem online jadi tidak pake lama,” bunyi pesan singkat yang kuterima.

Aku heran bisa berhubungan dengan orang model begini. Yah, aku jawab saja, “kalau memang mudah, ga perlu aku bantu dong. Aku off saja. Silahkan cari sendiri”. Padahal sudah dua hari aku telah menelpon beberapa nomor yang berbeda hanya untuk mendapatkan informasi siapa kontak person yang terkait dengan bantuan tersebut dan bagaimana menghubunginya.

Kadang terasa mengesalkan ketika kita bertemu orang-orang yang terlalu menggampangkan sesuatu tapi tidak mau mengerjakannya sendiri. Kalau memang mudah, kenapa harus melibatkan orang lain yah? 

Sebenarnya sih tidak akan menjadi masalah seandainya infirmasi yang diberikan itu jelas. Siapa yang dikontak dan no telpon berapa yang dihubungi. Kalau seperti itu, kan kerjanya mudah. Nah ini, diperintahkan mencari informasi dengan hanya berbekalkan 2 lembar fax yang buram dan kebanyakan huruf-hurufnya sudah hilang tanpa nomor telpon kontak yang dihubungi, terus, dapat sms yang memudahkan seperti itu. Kira-kira ada yang tidak kesal g yah?

Namun ternyata itu hanya modus. Teman yang mengirimkan pesan tersebut, ternyata memiliki harapan yang berbeda. “Maunya kita sampaikan ke pimpinan agar saya bisa diberangkatkan ke Jakarta mencari informasi tentang kendaraan ini, lumayan bisa perjalanan dinas lagi di akhir tahun,” lanjutnya membalas pesan singkatku yang kesal.

Aduh… luar biasa yah orang-orang yang bekerja dengan cara seperti ini. Dan tidak sedikit yang berfikiran seperti ini. Bagaimana caranya bisa memanfaatkan perjalanan dinas keluar daerah tanpa mempertimbangkan efektifitas dan efisiensinya. -padahal katanya mudah yah… tinggal buka komputer, masukkan nomor registrasi langsung link karena sistem online. Artinya tidak harus ke Jakarta bukan? Hehehehehehhee.

Anyway busway, akhirnya saya pun menuju kantor Setwapres. Syukur alhamdulillah, bapak yang saya temui ternyata dulu bagian dari tim, walaupun bukan orang yang saya cari. Namun beliau bisa memberikan beberapa informasi terkait. 

Lalu saya dipertemukan dengan beberapa orang lainnya, seperti rantai yang bertaut satu sama lainnya. Walaupun pada akhirnya semua orang yang saya temui di setwapres tidak terkait langsung, karena pada dasarnya semua pengurus bantuan kendaraan tersebut memang sudah tidak aktif lagi di setwapres tapi pengalaman telah memberikan pelajaran kepada saya bahwa sangat penting untuk menyimpan informasi yang lengkap terutama kontak person dari orang-orang yang terkait langsung dengan suatu kegiatan atau pekerjaan. Karena ketika waktu berlalu dan kita harus kembali pada informasi kegiatan itu, akan memudahkan siapapun yang mencari informasi terkait.

#renunganvie