36 Jam di Perth, Australia

Dulu mimpi saya ingin menginjakkan kaki ke negara pemilik perusahan nikel di kampung saya yaitu Canada. Tak pernah terlintas sedikitpun mimpi untuk berkunjung ke negara yang terkenal dengan Kanguru dan Koalanya, Australia.

image

Semua bermula dari tahun 2006 saya diberi kabar bahwa Linda Griffin, teman yang sudah seperti ibu bagi saya akan pindah ke Australia mengikuti suaminya. Saya yang sudah lama memiliki passport, mencoba peruntungan untuk meminta visa masuk ke Australia berdasarkan undangan dari Linda. Saya tidak terlalu berharap mendapatkan visa karena banyak informasi yang saya terima mengatakan bahwa orang Indonesia susah mendapatkan visa setelah peristiwa bom Bali.

Seminggu setelah saya mengajukan permohonan visa kunjungan ke Australia, saya menemukan passport saya di tumpukan surat yang akan dikirim ke Sorowako di counter Inco di Bandara Hasanuddin Makassar. Begitu saya buka, sungguh saya senang sekali sekaligus bingung ternyata saya berhasil memperoleh visa tersebut.

Emailpun saya kirimkan ke Linda memberi kabar saya jadi berkunjung ke Perth. Tak sabar menanti waktu untuk melihat dunia luar, dunia yang selama ini hanya saya lihat di televisi saja.

* * * * *

Perjalanan saya dimulai dengan satu jam penerbangan dari Sorowako menuju Makassar. Dilanjutkan sejam penerbangan dari Makassar ke Denpasar Bali. Lewat tengah malam barulah penerbangan langsung Denpasar Perth selama 5 jam.

Alhasil aku tiba di Perth pagi hari dan dijemput Linda langsung di bawa ke rumahnya. Rumahnya luar biasa cantik dan lapang. Dari jalanan terlihat mungil namun begitu masuk akan terlihat besar.

image

Aku bertemu dengan Rory dan Holly yang sudah bertumbuh menjadi remaja yang tampan dan cantik. Bahkan Rory sementara mencari tempat untuk magang kerja pada sebuah coffee shop.

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku menerima telepon long distance yang berupa perintah aku harus membatalkan cuti dan segera kembali ke Sorowako karena ada tamu penting yang akan datang secara mendadak.

Alhasil rencana yang telah kami susun bersama harus dipadatkan dan aku harus mengatur ulang jadwal penerbangan kembali ke tanah air.

Darling, no tired coz you have limited time to see the beauty of Perth, lets start with wherever near by, and no more emails nor calls these 2 days! – sayang, tidak ada lelah karena waktumu terbatas untuk melihat keindahan Perth, kita mulai dengan tempat-tempat yang dekat dan tidak ada email dan telephone dalam 2 hari ini!’ Jelas Linda ketika kusampaikan bahwa aku harus kembali ke Sorowako dan mengikuti rapat kunjungan tamu pada hari Senin.

Kami pun segera mengunjungi Kings Park and Botanic Garden. Luar biasa taman ini. Pertama kalinya saya masuk ke dalam sebuah taman dimana makam bukanlah hal yang menyeramkan seperti di Indonesia. Di taman ini, ratusan makam dengan rapi tertutup rumput hijau bahkan beragam binatang berada disekitarnya terutama kanguru.

image

Di taman ini juga terdapat monumen-monumen yang dibangun untuk mengenang jasa-jasa warga Australia  yang meninggal pada perang Boer, Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Korea dan Vietnam, bahkan mereka yang meninggal di Afghanistan dan Iraq.

Yang luar biasa juga, di sepanjang jalan setapak yang dibuat, ditanam 1100 pohon eukalyptus dengan plang papan nama pahlawan Australia sebagai penghormatan atas jasa-jasa mereka.

image

Terdapat pula monumen bom Bali yang menewaskan 16 orang dari Australia bagian barat dan sebuah jam sebagai simbol untuk mengenang anggota parlemen perempuan pertama Edith Cowan.

Aku paling senang dengan pengaturan tata letak di taman ini. Tidak ada tempat yang tidak meninggalkan decak kagum. Taman yang dibuat laksana miniatur kota, lengkap dengan papan tanda penunjuk arah, nama-nama tanaman yang ada, taman-taman bermain anak yang

Puas mengitari 1.003 hektar taman yang terletak di tepi barat distrik bisnis pusat di Perth, kami kembali ke rumah dan makan malam.

Pagi hari, Linda dan suaminya Paul Griffin serta Holly mengajak saya jalan ke Doggie Beach– pantai khusus untuk anjing. Wow, amazing… pertama kalinya saya melihat langsung pantai yang khusus dibuat untuk membawa anjing-anjing peliharaan berlatih dan bermain. Yang terasa luar biasa, si pemilik anjing akan terkena denda jikalau kotoran anjingnya ketahuan tidak diangkat. Untuk itu ketika memasuki daerah pantai ini, disediakan kertas gratis dan tong-tong sampah di sepanjang pantai untuk membuang kotoran anjing.

image

Setelah lelah berjalan, kami lalu mencari tempat sarapan dan akhirnya berhenti di cafe tempat Rory bekerja magang. Aku dan Holly memesan pancake yang ternyata sangat besar untuk ukuran orang Asia sepertiku hehehehe.

Belum panas tempat duduk, dia lalu mengajakku ke Fremantle Market dan oalahhhh ternyata bukan hanya sekedar pasar yang aku kunjungi, tetapi sebuah bangunan Victoria dengan arsitektur yang unik yang masih terawat baik sejak abad ke-19.

image

Aihhhh, belum puas rasanya aku harus kembali dan bersiap-siap berangkat ke bandar udara Perth Australia dan terbang ke Indonesia. Namun ternyata takdir berkata lain. Hanya terlambat 7 menit saja, check in tidak bisa kulakukan padahal aku booked seat dan sudah tahu akan duduk di kursi 17k.

Alhasil, flightku dipindahkan ke penerbangan berikutnya pada keesikan hari sehingga aku masih harus tinggal semalam di Perth. Linda lalu berkata, “Tidak ada waktu berkeluh kesah, gunakan sejam untuk menelpon bosmu dan email menyampaikan kondisi pesawat dan kamu akan kembali besok pagi ke Indonesia. Setelah itu kita akan menghabiskan waktu lagi melihat-lihat Perth.”

Begitu selesai, kami kembali ke rumah dan  berganti pakaian, lalu Linda mengajakku naik kereta. Aku sungguh terkagum-kagum dengan keteraturan serta jadwal dan peta kereta yang tersedia dimana-mana dan tidak sulit mengaksesnya. Bahkan bisa dicek secara online melalui internet. Hilang sudah galau yang melekat karena tidak bisa kembali ke Indonesia sesuai jadwal.

image

Belum habis rasa kekagumanku, Linda mengajak turun di Art Gallery of Western Australia. Aku menyaksikan beragam hasil cipta karya para seniman di Western Australia, pembuatan film hingga perpustakaan yang sangat nyaman untuk umum.

image

Sejenak terpaku membayangkan suatu waktu nanti di negaraku akan memiliki semua fasilitas seperti yang kunikmati saat itu. Aku mulai memilih buku dan terhanyut dalam bacaan hingga tak menyadari bahwa Linda telah kembali ke rumah karena tidak bisa menelponku berhubung baterai handphonenya off.

Hari menjelang sore, kuberanikan diri mencari kereta ke arah rumah Linda. Aku mengingat-ingat nama pemberhentian yang sama dengan tempat kami naik sebelumnya. Dan benar-benar takjub karena aku bisa sampai ke rumah berbekalkan peta di tangan.

Linda pun takjub tapi tidak heran katanya. Dia yakin aku bisa kembali ke rumah tanpa masalah. Hahahahha… andai aku hilang, yang paling pertama panik pasti dia orangnya 🙂

Malamnya terasa sangat capai. Aku memilih tidur lebih awal sehingga tidak terlambat tiba di bandara untuk kedua kalinya.

Kurang dari 36 jam kunjungan pertamaku ke Australia namum banyak pengalaman yang aku bawa pulang. Berharap akan kembali lagi mengunjungi Linda disana.

#VisitAustralia

Thanks for Visiting Us, En…

Shocking… that’s I felt after receiving a short message from Loraine, a long distance friend from Ambon.

I knew En, her short name, in July 2011. It was when I attended a National Public Relations Workshop in Ambon. Ambon is part of the Maluku Islands of Indonesia. It took 2 hours flight from Makassar in Sulawesi, which is another islands in Indonesia and it takes 12 hours by bus from where I lived, Sorowako.

image

My first accidental meeting with En was when I just landed at Pattimura Airport in Ambon. She was sat with a cup off coffee on her transportation bureau uniform. I suddenly greet and mentioned her name Loraine, asked how she was as an old friend first meet 😀

She was a bit surprise but changed the circumstances immediately and reply me back. We shook hands and introducing each other. She asked if I could wait and together we could drive to the city.

image

Since it was my first visit and I found her nice and friendly, I accepted her offer and we sit for a while and figure out several common habits on both.

First, she took me to her house. A lovely tiny house up the hill with great view to the sea.

image

Loraine's house at the hillside

Than we took a fery cross Ambon Bay to the city. There are several transportation offers around.

image

Loraine shows various transportation across the Ambon Bay

Arrived the other side, there is a man stealing my attention. He smiled at me and said ‘welcome to Molucca Archipelago’.

image

Welcome to Molucca Archipelago

He could read this is my first visit and thanks for the greetings.

I stayed at Swiss Bell Hotel Ambon when the event also been held. She took me for walk during break time and showed me the beauty of Ambon.

image

Swiss Bell Hotel, Ambon

After checked in, En took me to met her friend Whilma whom work for the election commission. Than we went for lunch

image

Whilma, Sulvi, Loraine (left to right)

image

Grilled fish with colo-colo for lunch

Yummy lunch served at Raja’s house. Prepared by his grandmother, a grilled fish ikan komu asar served with colo-colo, green and reddish tomatoes are diced with red chili along with onion. It mixed with fresh lime and basil.

With a full stomach we continued the trip to Liang Beach, about 32 kilometers from the city. The secluded bay offers white sand, crystal clear turqoise water, some shade from the trees and if you are lucky to see a group of dolphin.

image

image

image

The Dolphin

Ambon is a lovely place to visit, some blogger even says a breathtaking beautiful place and it’s true! I wish on my next trip to Ambon, the major problem of rubbish could be menicured by the city so the beauty of Molucca will not downtrodden by it.

image

View from my room at Swiss Bell

En, thanks for visiting us in Sorowako. Your visit reminds me of our first met and finally I wrote about it.

You might see the Buginesse Culture of Wedding ceremony already but now you have experienced the groom’s family sides. Hope you enjoy it yaaaa….

See you again on the next trip 😀

#CourtesyVisit

Minggu yang ‘hectic’

Day-1
Cuaca cerah. Beberapa hal harus Sulvi dipersiapkan sebelum berangkat ke Makassar. Pun menyempatkan mengunjungi dokter gigi di RS.Premier dan mengingatkan adiknya Adhy tentang keberangkan malam itu.

21.00 setelah janjian bertemu di lampu merah perdatam poros pasar minggu, Sulvi dan Adhy pun berangkat ke Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng Jakarta dengan Damri.

Day-2
00.45 Menunggu cukup lama di Lounge Garuda, akhirnya panggilan untuk memasuki pesawat pun terdengar. Mereka pun bergegas ke gate 4 seperti arahan pengeras suara yang terdengar.

Setelah semua penumpang duduk di tempat masing-masing dan para pramugari mulai memperagakan Safety Induction, perlahan pesawat bergerak meninggalkan bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Makassar. Dua jam perjalanan pun menjadi tidak terasa karena mereka berdua tidur sepanjang perjalanan.

04.05 Pesawat Garuda yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di bandara Hasanuddin, Maros Makassar. Masih terkantuk-kantuk, mereka turun dari pesawat dan mengambil bagasi.

Rupanya terjadi kesalahan komunikasi sehingga begitu mereka keluar dari ruang pengambilan bagasi, tidak ada jemputan. Sulvi mulai panik dan menelpon iparnya, Anti. Ternyata memang bekerja dengan persepsi itu selalu menjadi kendala.

Dalam perjalanan dari Perdatam ke bandara, Adhy menerima pesan singkat dari Edhy tentang rencana penjemputan di bandara Hasanuddin Maros, Makassar. Adhy menyampaikan kepada Edhy, sopir yang akan menjemput bahwa mereka akan tiba dari Jakarta pukul stengah empat. Edhy minta Adhy untuk menyampaikan ke Budi tentang jam penjemputan dan menunggu perintah. Namun disampaikan melalui bahasa sms galau yang alay dengan segala bentuk singkatan.

Karena Adhy merasa bahwa Edhylah yang bertanya jam berapa penjemputan maka Adhy berasumsi bahwa sudah ada perintah dari kakaknya Budi kepada Edhy untuk menjemput. Sehingga Adhy tidak lagi menghubungi kakaknya seperti permintan Edhy, disamping dia juga bingung membaca isi pesan Edhy yang alay.

Ketika Edhy melapor kepada Budi bahwa pesawat pukul setengah empat subuh, maka Anti, istri Budi berasumsi bahwa Sulvi dan Adhy baru berangkat stengah empat dari Jakarta dan tiba sekitar pukul tujuh pagi.

Jadilah, tidak ada penjemputan pukul stengah empat subuh. Adhy dan Sulvi akhirnya nongkrong lagi di salah satu warung kopi bandara menunggu hingga Edhy tiba menjemput.

06.15 Edhy tiba dengan terkekeh dan minta maaf atas kesalahan informasi ini. Dan mereka melanjutkan perjalanan ke rumah Budi di Pangkep.

13.00 Adhy masih tidur dan sengaja tidak dibangunkan karena akan menyetir mobil perjalanan panjang ke Sor. Sulvi bersama iparnya Anti serta dua kemenakannya Alifia dan Reza berangkat menuju Makassar. Mereka menghadiri undangan pernikahan di rumah Andi Camme, di perumahan RS.Faisal.

Lama bercerita akhirnya mereka pamit karena Sulvi harus bertemu temannya, Andriani, di Pizza Hut Pettarani, Makassar.

Pertemuan Sulvi dengan Andriani tidak terlalu lama karena harus kembali ke Pangkep dan melanjutkan perjalanan menuju Sorowako.

00.30 Sulvi dan Adhy berangkat ke Sorowako.

Day-3
06.30 Adhy berhenti di sebuah mesjid di Bua. Sulvi menyempatkan berganti pakaian karena hendak singgah di Bank BCA Palopo. Sudah cukup lama dan akhirnya urusan dengan Bank BCA pun dapat terselesaikan sebelum mereka melanjutkan kembali perjalanan ke Sorowako.

Sempat beberapa kali mereka singgah untuk sarapan, membeli semangka dan membeli mangga dalam perjalanannya. Sungguh menyenangkan kembali ke kampung halaman ketika musim buah tiba. Hingga mereka pun tiba dengan selamat di Sorowako.

Day-4
Persiapan dan menerima tamulah yang menjadi tugas Sulvi di rumah. Ruang tamu sudah diubah menjadi lamin pengantin. Para kerabat mulai berdatangan.

Mendapat surprise sahabat dari Ambon memberi kabar bahwa dia dalam pesawat menuju Makassar pagi itu, sempat membuat Sulvi terpana tak percaya. Namun telpon Loraine yang jauh dari jangkauan meyakinkan Sulvi bahwa sohibnya itu sudah ada di pesawat dan dalam perjalanan melintasi laut Banda.

Begitu En, panggilan sohibnya menelpon dan mengabari ketibaannya di bandar udara Hasanuddin, Maros Makassar, Sulvi hanya dapat memberikan instruksi kepada sahabatnya untuk ke terminal Daya dan naik bus jurusan Sorowako.

Sekali lagi Sulvi mendapat telpon dari En hari itu memberi kabar bahwa dia telah duduk manis di Bus Megamas menuju Sorowako.

Day-5
06.00 Hinggar bingar dentuman suara musik dari lapangan Campsite terdengar kencang. Bahkan elekton yang dipasang di rumah Sulvi pun menjadi mubazur karena tidak jadi digunakan. Lebih kencang suara musik di lapangan untuk persiapan pengukuhan pengurus organisasi jantung sehat kecamatan Nuha oleh puteri Bupati Luwu Timur yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif DPR RI dari partai Golkar.

08.45 En menelpon Sulvi mengabari bahwa dirinya sudah tiba di Sorowako dan menunggu di terminal. Sulvi lantas membangunkan Adhy dan memintanya menjemput En ke Campsite.

Ternyata jalanan menuju terminal bus tertutup warga yang mau mengikuti senam jantung sehat, alhasil Adhy menjemput En dengan berjalan kaki. Untungnya, En hanya membawa tas tangan sehingga tidak ribet.

En disambut meriah di rumah Sulvi. Diperkenalkan pada seluruh kerabat. Sulvi paham tentunya En lelah namun persiapan keberangkatan mengantar calon mempelai pria tetap dilaksanakan. Sehingga Sulvi meminta sahabatnya itu sarapan lalu mandi dan membiarkannya istirahat sampai tiba waktu berangkat ke Bua, Luwu.

14.00 Persiapan selesai. Seorang tokoh agama tiba dan memimpin doa agar perjalanan dan seluruh rangkaian pernikahan dapat terselenggara dengan baik dan lancar serta rombongan kembali dengan selamat ke Sorowako.

15.00 Iringan rombongan pun berangkat. 8 kendaraan penuh penumpang menemani calon mempelai pria menuju kediaman calon istrinya. Memasuki kota palopo, iringan ini pun berpapasan dengan rombongan lain namun dengan tujuan yang sama menghadiri pernikahan anak, saudara, kemenakan, cucu, kerabat, teman dan rekan sekerja mereka, Andry Suardy dan Indrawati.

20.00 rombongan pengantin laki-laki diterima di rumah pengantin wanita yang baru saja selesai melaksanakan adat pacci. Adat Mapacci ini merupakan rangkaian prosesi pernikahan berupa penyucian diri bagi masyarakat Bugis Makassar, Sulawesi Selatan.

image

Dalam upacara Mapacci  secara sederhana dilakssnakan pada malam pengantin dengan mendudukkan pengantin di lammin atau kursi khusus yang dihias dan disiapkan di ruang tamu. Lalu protokol mulai mempersilahkan pembaca barzanji atau lantunan syair dan doa untuk memulai disertai dengan para tetamu dan undangan yang telah ditetapkan untuk maju satu persatu ke arah pengantin menambil sedikit daun pacci yang telah dihaluskan dan meletakkannya pada telapak tangan calon pengantin.

Setelah semua tetamu yang ditetapkan telah melakukan ritual mapacci maka seluruh hadirin melantunkan doa semoga calon pengantin direstui oleh Yang Maha Kuasa dan agar kelak keduanya dapat menjadi suri tauladan karena harkat dan martabatnya yang tinggi– Cukkong muwa minasae, nakkelo puwangnge naiyya ma’dupa.

Day-6
Pagi-pagi semua sudah pada ribut. Tidak peduli dengan kondisi sekelilingnya, Sulvi mengambil ember dan air lalu mulai melap mobil yang semalam dikendarainya dari Sorowako.

Setelah itu dia menjalani ritual mandi yang dilanjutkan dengan merias. Setelah itu semua rombongan satu persatu mulai didandani dan mengenakan pakaian yang telah disiapkan.

image

Sempat terjadi insiden kecil ketika baju seragam untuk laki-laki tiba, ternyata janji ‘indo botting‘ untuk memberikan pakan baru ternyata bohong. Justru pakaian kumal, pudar bahkan ada yang sobek yang diberikan untuk dipakai.

Keluarga mempelai laki-laki meradang. Merasa tidak terima dan meminta ayah dari pengantin perempuan untuk mengenakan jas hitam biasa. Untunglah setelah mengirim foto ayah mempelai pria mengenakan baju yang kebesaran dan pendek, pihak mempelai wanita menyetujui permintaan mereka sehingga ayah mempelai wanita mengenakan jas hitam.

image

Barulah ketika semua siap, maka rombongan mempelai pria bertandang ke rumah mempelai wanita untuk melangsungkan pernikahan.

10.00 Walimah pernikahan pun dilaksanakan. Semua berjalan mulus dan lancar.

image

Usai ijab kabul dan mempelai pria menjemput mempelai wanita ke kamarnya untuk menyelesaikan proses administrasi bersama-sama, kedua mempelai menuju tenda pelaminan dan menyapa tamu undangan yang sudah lebih dahulu menunggu.

image

Suasana pesta yang meriah  para tetamu datang silih berganti mengucap selamat. Para keluarga saling bertemu dan bersilaturahmi. Indahnya jalinan kekeluargaan yang baru terbina.

image

13.30 Resepsi berakhir, kedua mempelai kembali ke rumah mempelai wanita dan tamu-tamu serta kerabat telah meninggalkan tenda pelaminan. Demikuan pula keluarga mempelai pria.

15.00 Usai berpamitan, rombongan keluarga mempelai pria meninggalkan Bua menuju Sorowako.

Day-7
06.00 Belum hilang letih, pagi datang disertai riuh persiapan acara syukuran di rumah mempelai pria. Meskipun kedua mempelai tidak dapat hadir, namun perhelatan syukuran pernikahan yang dirangkaikan dengan syukuran kembalinya ibunda mempelai pria dari menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah tetap dilangsungkan.

19.30 Para tetamu mulai berdatangan. Acara diawali permohonan maaf Shohibul bait atau tuan rumah atas ketidakhadiran kedua mempelai serta ucapan terima kasih atas kehadiran tamu undangan. Lalu para tamu dipersilahkan menyantap hidangan makan malam yang telah disediakan.

Day-8
06.00 Pagi menjelang. Matahari terbit di ufuk timur. Hari terakhir sebelum Sulvi kembali ke Jakarta. Diapun mengajak sohibnya berkeliling kota bersana kedua kemenakannya Alifia dan Reza serta saudara sepupunya Inna yang seumuran Reza untuk berenang ke danau Matano. Tak lupa disempatkannya menjemput Lydia, salah satu teman yang sempat diperkenalkannya kepada En saat masih di Jakarta.

image

Merekapun memilih pantai Salonsa untuk berenang dan berendam. Lalu berkeliling Salonsa untuk berfoto juga ke Pantai Ide di Pontada. Selepas itu… menjemput iparnya, Anti dan makan bakso di warung pojok YPS Sorowako.

image

Akhirnya semua kembali ke rumah dan beristirahat.

20.00 Sulvi bersama Adhy dan Loraine serta kakaknta Budi sekeluarga menigggalkan Sorowako menuju Makassar. Awalnya hendak singgah menjemput kedua mempelai di Bua untuk bersana-sama ke Makassar. Namun berhubung salah satu saudara ibunya, Tante Mini ikut di rombongan, akhirnya tidak jadi.

image

21.00 Di tengah perjalanan, rombongan singgah makan malam di warung Aroma Laut Lampia, Malili. Hidangan seafood pun disajikan dan sempat-sempatnya kak Budi ikut memancing usai makan malam.

image

Day-9
08.00 Hujan mengguyur kota Maros dengan derasnya. Namun kuterbangun ketika mobil berhenti tiba-tiba karena menghindari motor yang tiba-tiba menyalip di depan tanpa tanda.

Akh, sudah pagi. Lapar pikirku. Bak gayung bersambut, iparku menerima telpon dan kami berhenti untuk pertukaran posisi antara tante dan kakakku. Namun ternyata iparku salah, maksud kakakku bukan berhenti begitu saja tetapi sekalian singgah untuk sarapan dan kemudian bertukar tempat.

Jadinya singgalah kami di warung coto. Setekah sarapan barulah tanteku pindah ke kijang putih sementara kakak dan kemenakanku reza pindah ke inova. Perjalanan ke Makassarpun dilanjutkan kembali.

Begitu tiba di Solthana, Makassar semua tepar, mencari posisi masing-masing untuk tidur.

13.00 Aku pamit ke rumah sakit menjenguk calon mertua.

18.00 Aku tiba di Solthana, ternyata adikku Adhy masih tidur dan belum bangun. Padahal pesawat kami kembali ke Jakarta pada pukul 19.45. Sementara di luar juga hujan lebat dan awan gelap. Cukup mengkhawatirkan untuk ke bandara.

Akhirnya kuputuskan untuk menunda penerbangan. Selain alasan cuaca, juga menjaga kualitas tuan rumah yang baik. Sehingga En dapat berangkat terlebih dahulu ke Ambon baru kami berangkat ke Jakarta.

D-10
03.00 Kubangunkan seisi rumah dan bersiap-siap ke bandara karena pesawat yang di tumpangi Loraine ke Ambon akan berangkat pukul 04.50. Syukurlah karena semalam sudah check in lebih awal sehingga ke bandara tidak terlalu tergesa-gesa.

En berangkat, sementara adhy dan diriku masih menunggu waktu keberangkatan kami. Hingga akhirnya waktunya tiba dan kami terbang bersama Garuda Indonesia menuju Jakarta.

Sungguh minggu yang padat dan melelahkan.

#CourtesyVisit