Jaga Lisanmu!

Wahai perempuan… jagalah lisanmu karena kemuliaan dan kehancuranmu berada di lisanmu. Karena syarat perempuan masuk ke dalam syurga sangat mudah pertama mekaksanakan shalat fardhu 5 waktu, kedua berpuasa pada bulan Ramadhan. Ketiga menjaga kehormatan dan keempat taat pada suami.

Tapi kenapa pengisi neraka kebanyakan perempuan? Padahal syarat-syaratnya jelas dan sudah disampaikan.

Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Surah At Tahrim ayat 6)

Imam At-Tobari (rahimahu ‘llah) menyatakan di dalam tafsirnya : “Ajarkanlah kepada keluargamu amalan ketaatan yang dapat menjaga diri mereka dari Neraka.”

WANITA PENGHUNI NERAKA

Mengenai hal ini, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud :

“Aku melihat ke dalam Syurga maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah fuqara’ (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam Neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (Hadis Riwayat Al- Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjelaskan kepada kita apa yang disaksikan oleh Rasulullah s.a.w tentang penghuni Syurga yang mayoritas adalah fuqara (para fakir miskin) dan Neraka yang majoriti penghuninya adalah wanita.

“ … dan aku melihat Neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita. Para sahabat pun bertanya : “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Baginda s.a.w menjawab : “Kerana kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Baginda menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) nescaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (Hadis Riwayat Imam Al-Bukhari)

Imam Qurthubi (rahimahu ‘llah) menjelaskan maksud hadis di atas dengan pernyataannya :

“Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Syurga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat kerana kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum lelaki dari akhirat disebabkan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.”

Untuk itu, mari kita sama-sama menjaga lisan kita. Jauhilah dari menceritakan kebaikan maupun keburukan orang lain. Karena ketika itu benar maka disebut dengan ghibah yang lebih buruk dari zina dan ketika informasi itu salah maka itu menjadi fitnah dan hukumnya lebih buruk dari pembunuhan.

#RenunganVie

Selesaikan Masalahmu Dengan Cerdas

Selagi membolak balik jenis karpet yang ada, polselku berdering. Melihat siapa yang menelpon, segera aku angkat.

“Kak, bagaimana ini? Saya ditegur tentang realisasi pekerjaanku, padahal saya tidak mau terlibat urusan keuangan. Cukup bendahara saja,” suara merdu terdengar di ujung telpon dengan sesekali dihela nafas panjang.

Setelah mendengarkan keseluruhan cerita, aku cuma berkata, “selesaikan masalahmu dengan cerdas!” Lalu aku tersenyum membayangkan kerutan kening gadis manis di ujung telpon seperti biasa ketika dia panik menemui suatu masalah baru.

“Selalu bicara data,” sambungku. “Apapun masalahnya, jika itu menyangkut pertanggungjawaban, maka kamu harus memiliki data yang konkrit untuk menjawab setiap pertanyaan,” jelasku panjang lebar.

Mulailah kami berdiskusi tentang semua hal terkait yang bisa dijadikan sumber informasi. Lalu telpon kami hentikan.

Aku kembali dalam kegiatanku. Namun pikiranku ke telpon barusan tidak berhenti. Aku mulai merangkai sedikit demi sedikit informasi yang tadi aku dengarkan. Kucoba cerna dan cermati.

Selang beberapa waktu, gadis itu menelpon kembali. “Kak, setelah kutelusuri, ternyata ada kejanggalan yang terjadi dengan situasi ini”. Mulailah aku mendengarkan penjelasannya yang panjang lebar. Sesekali kutimpali dia dengan pertanyaan-pertanyaan kecil yang dia jawab dengan lugas serta emosi yang meluap-luap.

“Sabar,” selaku. “Memang tidak mudah menghadapi hal seperti ini. Dalam dunia kerja, memang selalu saja ada orang yang berusaha mengambil keuntungan dari situasi yang ada. Sepanjang tidak merugikan kita, itu biasa-biasa saja. Namun ketika orang tersebut mengambil keuntungan sendiri namun dampaknya merugikan kita, nama baik kita, tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja,” tak sadar gadis itu kuceramahi.

Akhirnya, kembali aku ingatkan untuk menyelesaikan masalahnya ini dengan data. Kuminta dia mencari semua data-data terkait… berapa anggaran kegiatan yang disiapkan, apa-apa saja kegiatan yang direncanakan dan sudah terlaksana dan kegiatan apa saja yang sudah selesai dilakukan.

Ketika laporan rinci telah siap dan tersingkap kecurangan didalamnya, maka tanpa kata-kata penjelasanpun pimpinan dapat melihat masalah itu. Sehingga bola panas tidak berada pada diri kita.

Memang tidak mudah ketika kita hatus menyusuri sebuah permasalahn. Ibaratnya harus menggulung kembali benang yang telah kusut. Perlu kesabaran, ketelitian dan tentu saja perhatian. Namun ketika benang kusut telah tergulung kembali dengan rapi, akan nampak lebih indah dan lebih baik tentunya.

Begitu pula dengan segala permasalahan. Harus dihadapi dengan senyum, kelembutan dan kesabaran. Bukan dengan emosi. Karena api tidak boleh bertemu api. Api itu bagusnya bertemu air atau tanah. Sehingga dia menjadi dingin dan padam.

Ketika masalah yang dihadapi itu terkait dengan pertanggungjawaban maka selalu selesaikan masalah itu secara cerdas. Tentunya dengan data dan fakta.

#RenunganVie

Hello, Tidak Semua Tentang Kamu

Aduh aduh aduh, tidak perlu begitu juga koq. Hidup ini penuh liku-liku. Kadang diatas, kadang dibawah. Kadang di depan, kadang di belakang. Biasa aja kale’.

Setelah sekian lama, akhirnya aku bertemu kembali sobat lama. Walaupun kami satu kota, tetap saja jarak dan waktu memisahkan kami. Harus betuk-betul niat baru dapat bertemu atau dalam keadaan tidak terduga.

Seperti juga malam ini. Kami bertemu secara tidak sengaja. Aku hanya mampir ke tempat saudara temanku ini dan bertanya pukul berapa dia tiba di rumah.

Biasanya, pesan teks yang aku kirim akan dibalas ketika basi atau telah lewat waktunya. Tapi malam ini, hanya sesaat pesan teks ku pun di balasnya, bahwa dia sudah di jalan dan sebentar lagi akan tiba di rumah.

Akhirnya kuputuskan untuk menunggu temanku pulang. Berceritalah aku dengan keluarganya ngalor ngidul. Hingga dia tiba di tempat kami dan kami putuskan untuk cari makan berhubung perutku memang sudah keroncongan.

Dalam perjalanan dia mulai bercerita tentang berbagai hal yang menimpa diri dan keluarganya. Sungguh pedih.. namun terkadang, kita mendengarkan itu bukan untuk mendengarkan tapi untuk menimpali lawan bicara. Dan ternyata itulah yang kulakukan.

Aku selalu menunggu dia selesai bicara karena ternyata aku tidak dapat menahan diri untuk menyampaikan masalah yang kuhadapi sendiri. Aduhhhh.. jadi lebay deh.

Memang benar bahwa setiap manusia pasti memiliki masalah. Tinggal kita melihat, sejauh mana masalah itu bisa dihadapi, disikapi dan diterima oleh setiap individu.

Benar kata sobat saya itu, Allah SWT memberikan kita cobaan dalam berbagai bentuk, sedih, sakit, luka, bahagia, derita namun sejauh mana kita dapat menerima ujian itu dan menjalaninya maka selama itu pula yang menjadi tahapan penilaian Allah SWT untuk ujian kita.

Kadang membutuhkan waktu yang lama, kadangkala juga singkat. Semua kembali pada diri kita masing-masing. Dan tentu saja, apakah kita dapat melihat setiap situasi itu secara positif?
Karena apapun bentuknya, bagaimanapun kondisinya, ketika kita melihatnya secara positif maka tentu ada jalan keluar yang bisa kita dapatkan dari setiap masalah. Namun jika sebaliknya, kita senantiasa melihatnya dari sudut pandang negatif, maka yang muncul hanya masalah yang terus menerus berantai.

Yang pasti… setiap orang punya masalah dengan tingkatan masing-masing dan tidak semua itu tentang kamu 🙂

#RenunganVie