Pernah tidak ketika kita menulis dan tiba-tiba stuck, blank , kehilangan ide dan tidak mampu meneruskan kembali tulisan kita.
Masalah ini sering sekali aku alami dalam menulis. Banyak halaman-halaman baru yang aku buat tapi tidak pernah selesai. Kemudian ketika terpikirkan untuk memulai kembali, kadang kesulitan baru pun muncul, bagaimana menghilangkan gap atau membuat koneksi sehingga ide sebelumnya dapat terhubung dengan ide baru.
Menanggapi pertanyaan ini, Graham Hancock, penulis buku bestseller The Sign and The Seal, Fingerprints of The God dan Heaven’s Mirror dalam perbincangan singkat kami di Garuda Lounge Bandar Udara Adisucipto Jogyakarta jumat (14/12) lalu mengisahkan bahwa semua penulis pernah dan sering mengalami hal di atas.
‘It’s about persistency Sulvi. When you stuck, sit still until the idea comes back. This happen a lot especially for the young writer so don’t worry.’
‘Semua itu tentang kegigihan Sulvi. Ketika kamu terhenti, tetap duduk sampai ide itu muncul kembali. Hal ini sering terjadi khususnya pada penulis-pemula jadi g perlu khawatir.’
Hehehe enak banget yah ngomongnya. Tapi lumayan juga sih dapat motivasi dari penulis hebat.
Hancock mulai bercerita muasal dia mulai menulis diawali dengan membuat puisi, lalu menjadi wartawan, menulis buku hingga ketertarikannya pada dunia Antropologi.
“Semua itu membutuhkan proses, laiknya sebuah pisau, semakin diasah akan semakin tajam. Begitupula dengan ilmu pengetahuan juga menulis. Semakin sering kita menulis, kemampuan dalam mengolah kata, membuatnya menarik akan semakin baik,” jelas Hancock.
Beliau juga menambahkan, ‘menulis itu sama dengan berbicara… it’s a story telling , bercerita adalah intinya. Bagaimana kita mau bercerita, bagaimana awal hingga akhir dari cerita itu, bagaimana cara kita meyakinkan jika benar cerita itu adalah nyata atau khayalan, bagaimana kita ingin mendapatkan respon dari pembaca. Disitulah seorang penulis dapat berimprovisasi.
“Start with something you were confident about! Let it flows like a river. Mulailah dengan hal-hal yang kamu percaya diri karenanya dan biarkan mengalir seperti sungai”, tambah Hancock.
Seakan tak ingin menyudahi perbincangan kami. Sayangnya.. belum ada tulisan yang aku buat dalam bahasa Inggris sehingga tak ada yang dapat kubuktikan padanya. Namun hal yang amazed ketika aku menghitung tulisan noteku di bulan Desember ini yang ternyata lebih dari target yang aku buat sendiri.
“See, you can write. You just need more confident about it. 15 writings in half month, means you write aprox once a day, amazing! Lihat, kamu dapat menulis. Hanya perlu lebih percaya diri. 15 tulisan dalam setengah bulan. Artinya kamu menulis kira-kira sekali sehari, luar biasa!” Ujarnya.
Aku sendiri termangu, menghitung tulisan yang aku buat pada blog yang baru saja aku mulai awal Desember ini. Iya yah… memang belum sekaliber para penulis-penulis profesional lainnya. Tetapi aku telah memulai untuk menulis dan harus aku lanjutkan terus sehingga kemampuan menulisku bisa semakin baik.
“A good writer should read someone else’s writing. They should learn how others writing is world worthed and become bestseller. So they can do it them self and learn to write better. Seorang penulis yang baik harus membaca tulisan orang lain. Mereka harus belajar bagaimana tulisan orang lain sangat layak di dunia dan mendapat penjualan terbaik. Sehingga mereka dapat belajar untuk keberhasilan mereka sendiri dan belajar untuk menulis lebih baik,” Jelasnya.
Panggilan untuk penerbangan kami berulang yang kedua. Akhirnya kami berpindah ke ruang tunggu untuk naik ke pesawat. Dengan penerbangan yang sama menuju Jakarta, mereka akan melanjutkan terbang pulang kembali ke London sementara Jakarta merupakan tujuan penerbanganku.
Sebelum berpisah, kembali Hancock mengingatkanku, “keep persistent and sit still when you get lost! Tetap bertahan dan tetap duduk ketika kau tersesat!” Teriaknya.
#RenunganVie